Lari jarak jauh

Andriyanto, Jalan Hidup Seorang Pelatih Lari

Andriyanto, pelatih lari populer tersebut menceritakan perjalanannya menekuni dunia lari hingga menjadi pelatih.

Warta Kota/Max Agung Pribadi
Andriyanto tengah berdiskusi dengan para pelari kantoran yang dibinanya di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Rabu (6/4/2022) pagi. Mantan wartawan Reuters itu mantap menapaki jalan hidupnya sebagai pelatih lari. 

HAWA sejuk sisa hujan semalam masih menyelimuti Stadion Soemantri Brodjonegoro, Rabu (6/3/2022). Pukul 06.00 WIB itu mentari seperti enggan menggeliat.

Tapi puluhan orang pria wanita sudah lari menapaki lintasan kerikil merah yang basah. Keringat mengucur deras di antara deru nafas.

Andriyanto berdiri di tepian lintasan memperhatikan para pelari. Sesekali ia melirik jam pintar yang dipakainya untuk menghitung waktu.

"Ini latihan rutin klub Track Team. Seminggu sekali mereka latihan bersama disini hari Rabu. Di luar itu mereka latihan individu atau berkelompok lebih kecil dan akhir pekan latihan bersama long run dimana saja. Kadang BSD, PIK atau lokasi lain yang nggak terkena stop," tutur Andri yang akrab dipanggil coach oleh anak-anak asuhnya.  

Klub memang berbeda dengan komunitas yang lebih terbuka. Klub punya aturan lebih ketat. Masuknya pun diseleksi. Bukan apa-apa, sekitar 35 anggota Track Team ini adalah mereka yang memang sudah lebih fokus untuk lari dan membangun performa individu.

Anggota klub biasanya sudah punya orientasi untuk mengikuti event-event lari berskala besar atau lari jarak jauh.

Seperti pagi itu, sekitar 10 anggota klub sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti maraton di Kopenhagen.  

MJ misalnya, sudah menyelesaikan seluruh persyaratan yang diperlukan untuk event full maraton di Kopenhagen 15 Mei mendatang, termasuk tiket pesawat dan visa.

“Gue ngincar tiket untuk ikut Boston Maraton (bagian dari World Marathon Majors atau WMM). Tiket itu bakal dapat kalau lolos batas waktu tertentu yang ditetapkan di Kopenhagen,” tuturnya.  

MJ (kiri depan), salah satu pelari asuhan Andriyanto, tekun berlatih untuk mempersiapkan diri mengikuti maraton di Kopenhagen, 15 Mei 2022 mendatang.
MJ (kiri depan), salah satu pelari binaan Andriyanto, tekun berlatih untuk mempersiapkan diri mengikuti maraton di Kopenhagen, 15 Mei 2022 mendatang. (Warta Kota/Max Agung Pribadi)

Demikianlah setiap orang punya niat dan tujuan tersendiri dengan keikutsertaannya di event maraton. Niatan itu bisa menjadi motivasi yang kuat untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Sebagaimana diungkapkan Andri, para pelari kantoran itu, disela kesibukannya tetap menyediakan waktu untuk berlatih.

Mereka punya tujuan dan fokus untuk mencapai tujuan itu lewat program latihan yang telah dirancang bersama.

Porsinya pun berbeda-beda, disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi tubuh, dan event yang akan diikuti.

Baru setahun terakhir mereka berlatih bersama di klub Track Team, tapi rentang waktu mereka menekuni lari sudah cukup panjang, berkisar 8-10 tahun. Dari segi usia, rentangnya cukup lebar, dari 20 tahun sampai di atas 50-an tahun.

Andri sendiri mulai mencintai lari sejak kisaran 2010, saat lari sebagai olahraga hobi atau rekreasi belum seramai sekarang. Ketika itu event lari langka, hanya satu-dua dalam setahun.

“Sampai-sampai kami nggak pernah kebagian slot dan ikut lari saja beramai-ramai bersama peserta resmi,” tuturnya. Berbeda dengan di AS yang saat itu dalam setahun bisa menyelenggarakan 1.000 event lari.

Andriyanto memberi arahan kepada para pelari di klub Track Team.
Andriyanto memberi arahan kepada para pelari di klub Track Team. (Warta Kota/Max Agung Pribadi)

Mantan jurnalis di kantor berita Reuters itu menuturkan, kecintaanya pada olahraga lari berkembang saat semakin banyak kawan di lingkungannya yang membutuhkan arahan.

Bagaimana berlari dengan benar atau mempersiapkan program untuk meningkatkan performa lari guna mengikuti event besar atau bagaimana mempersiapkan diri untuk lari jarak jauh, itu sebagian pertanyaan yang kerap muncul.

Andri mendalami olahraga ini sebagai sebuah sains. Ia tak mau setengah-setengah mendalami hobinya.

Maka buku-buku mengenai lari dilahapnya. Ia juga banyak berdiskusi dengan pelatih lari atau pengajar di berbagai lembaga pelatihan lari, terutama di AS.

Dengan begitu ia tak hanya menguasai teori, tapi juga penerapannya dalam praktek.

Andri aktif berlari bersama komunitas di kantornya. Ia dituakan sehingga banyak pemula yang bertanya-tanya kepadanya.

Tiga tahun kemudian dengan semakin berkembangnya dunia lari, ia memutuskan untuk mendalami kepelatihan. Menjadi pelatih lari mulai dilihatnya sebagai jalan hidup.

“Ya, hidup kan harus memilih. Kalau saya lari hanya untuk mengejar pencapaian individu, ya berhenti sampai di situ. Saya pikir ilmu yang saya dapat selama mendalami kegiatan ini sangat sayang jika tidak dibagikan kepada yang lain. Maka saya memilih untuk menjadi pelatih, dari situ mulai mendalami semua aspek tentang kepelatihan lari,” tuturnya.

Andri mendalami ilmu kepelatihan lari dari berbagai sumber, utamanya literatur, riset, kursus, dan diskusi.

Dalam suatu kesempatan Andri juga mengikuti kursus di AS dan berhasil menggenggam dua sertifikat kepelatihan lari dari UESCA dan Revo2lution Running.

Berbekal dua sertifikat tersebut, ia merangkul semakin banyak kalangan untuk mencintai lari sekaligus melatih mereka menghadapi lari jarak jauh atau ikut event besar.

Sampai kini disela melatih, Andri tetap menjaga performa individunya dengan lari 60-70 kilometer dalam seminggu. Ia lari di sekitar rumahnya di kawasan Halim Perdanakusuma atau bersama klub di berbagai tempat.

Di kalangan komunitas lari, namanya cukup populer. Unggahannya di akun https://www.instagram.com/andriyanto.run/ selalu mendapat respons tinggi.

Apalagi, ia tak pelit berbagi ilmu dengan unggahan positif yang bersifat teknis maupun memotivasi banyak orang.

Kesehatan dan keselamatan

Soal pedoman untuk melatih lari, Andri selalu memegang prinsip yang utama adalah kesehatan dan keselamatan.

Sebagai pelari hobi atau rekreasi, maka kebugaran tubuh dan keselamatan harus menjadi faktor utama yang dipertimbangkan saat menyusun program latihan.

Apalagi, ia bertanggungjawab penuh atas program yang dibuatnya.

Kerap kali ia mengingatkan anak asuhnya untuk mengikuti program yang telah dibuat dan tidak berlatih diluar batas atau melebihi program.

Ia pernah marah saat mendapati pelari binaannya berlatih melebihi porsi. Di saat lain, ia justru menambah porsi latihan bagi pelari yang kemampuan sebenarnya sudah lebih maju.  

Sebab, Andri mengingatkan, membangun performa untuk lari jarak jauh tidak bisa instan. Perlu proses dan ketekunan untuk menjalaninya dengan kesabaran. 

Tak ada gunanya berlatih begitu keras namun akhirnya mengorbankan performa individu, bahkan keselamatan pelari.

Karena itu pula Andri selalu menyusun program latihan benar-benar disesuaikan dengan kondisi pelari binaannya yang kebanyakan pebisnis, bankir, dan eksekutif perusahaan.

“Untuk bankir misalnya, ada waktu-waktu tertentu dimana mereka begitu sibuk di kantor seperti bulan Maret-April. Maka pada waktu itu kita nggak akan susun program yang padat atau terlalu berat, kita susun yang ringan-ringan saja agar performa tetap terjaga dan tidak terlalu meletihkan,” tuturnya.

Pria kelahiran Jakarta 29 Oktober 1971 itu kini melatih sejumlah besar pelari tak hanya di kota-kota besar Indonesia tapi juga mancanegara.

Ada yang di Inggris, Jepang, AS, dan Brasil. Mereka intens berdiskusi soal program latihan dengan sarana whatsapp maupun email.

“Sekarang ada banyak aplikasi untuk sport tapi setelah dicoba, semua maunya pakai whatsapp, mungkin karena lebih simple. Jadi ya sudah itu yang kita jalankan,” tuturnya.

Setiap individu ditangani secara personal. Artinya semua program dan kemajuan yang diraih individu tersebut terekam, tercatat, dan terus dievaluasi.

Berlatih, salah satu kunci keberhasilan pelari meningkatkan performa individu.
Berlatih, salah satu kunci keberhasilan pelari meningkatkan performa individu. (Warta Kota/Max Agung Pribadi)

Berlari, kata Andri, khususnya lari jarak jauh bukan sekedar bergerak melayang di atas lintasan.

Lari sejauh 42,195 kilometer bukan perkara mudah. Daya tahan manusia akan diuji saat berlari tiga hingga enam jam di rute maraton. Karena itu, tubuh harus benar-benar sehat dan bugar.

Dalam salah satu unggahan di media sosialnya Andri mengungkapkan, kemampuan berlari tidak dibangun dalam 1-2 bulan.

Kalau kita hendak membangun performa lari maka harus sadar bahwa kita akan menyusuri jalan panjang yang berkelok.

Eliud Kipchoge, pelari Kenya juara dunia maraton 2018 dan pemegang emas maraton di dua olimpiade, mulai berlatih terprogram sejak SMP, usia belasan tahun. Ia baru memecahkan rekor dunia maraton 2.01 pada 2018 dalam usia 34 tahun.

Andri juga menyarankan agar pelari tidak vakum latihan terlalu lama karena membuat performa yang sudah kita bangun menurun. Musim lomba selesai bukan berarti tak berlatih.

Jadi performa yang sudah dimiliki harus dijaga dan dirawat dengan tetap berlari. Dengan begitu lari sudah menjadi bagian atau gaya hidup.

“Jangan berlatih semata-mata demi lomba lalu mundur dari lintasan. Lomba adalah selebrasi dari sebuah proses latihan. Seusai berlomba ya berlatih lagi, beitu seterusnya,” tutur Andri.

Berkat ketekunannya di lintasan lari, Andri kini menuai hasil. Badan bugar, hidup dinamis, dan relasi luas. Muridnya begitu banyak dan tersebar di berbagai komunitas lari yang tumbuh bak cendawan di musim hujan.

Seperti setiap langkahnya di lintasan, Andriyanto makin mantap menapaki jalan hidup sebagai pelatih lari. (max)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved