Virus Corona

Sulit Deteksi Kasus Positif, Epidemiolog Sarankan Pemerintah Tunda Penghapusan Syarat Tes Covid-19

Ato menyebutkan, penerapan kebijakan tersebut akan mempersulit terdeteksinya kasus positif.

Warta Kota/Desy Selviany
Dr M Atoillah Isfandiari dr MKes, epidemiolog dari Universitas Airlangga (UNAIR) mengatakan, penghapusan syarat tes antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan domestik, kurang tepat sasaran. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Dr M Atoillah Isfandiari dr MKes, epidemiolog dari Universitas Airlangga (UNAIR) mengatakan, penghapusan syarat tes antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan domestik, kurang tepat sasaran.

Pelonggaran pemeriksaan tes antigen dan PCR itu, katanya, lebih baik ditujukan bagi mereka yang telah divaksin booster, karena lebih meningkatkan keamanan saat perjalanan.

Syarat tersebut juga dapat mendorong masyarakat untuk divaksin booster.

Baca juga: Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan: Rem Sudah Sangat Bisa Dilonggarkan

“Kenyataannya, sebagian masyarakat ikut vaksin bukan karena kesadaraan mendapatkan kekebalan, tapi agar dapat mengakses yang tidak bisa diakses tanpa vaksin,” tuturnya, dikutip pada Rabu (16/3/2022).

Ato menyebutkan, penerapan kebijakan tersebut akan mempersulit terdeteksinya kasus positif.

Pencabutan syarat tes antigen dan PCR akan menghilangkan salah satu kontributor terbesar dalam tracing Covid-19.

Baca juga: 101 Kepala Daerah yang Habis Masa Jabatannya Bakal Digantikan oleh ASN JPT Madya dan Pratama

“Saat mobilitas meningkat, risiko ISPA akan meningkat."

"Di sisi lain, kita tidak tahu ISPA yang meningkat disebabkan oleh Covid atau bukan,” ujarnya.

Wakil dekan bidang II Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) itu juga menuturkan, gelombang ketiga memang telah melewati puncak dan konsisten mengalami penurunan.

Baca juga: La Nyalla: DPD Palang Pintu Jangan Sampai Ada Penambahan Masa Jabatan Presiden

Penerapan kebijakan penghapusan syarat tes antigen dan PCR untuk perjalanan domestik lebih baik ditunda dua minggu lagi.

Penundaan tersebut juga akan membuat kondisi lebih stabil saat memasuki Bulan Ramadan dan musim mudik.

“Kalau kita mau bersabar dua minggu lagi, kita ada di posisi yang sama dengan akhir Januari, posisi dasar gelombang. Saat ini kita masih berada pada lereng gelombang,” ulasnya.

Baca juga: Dasco Bilang Silaturahmi KPU-Bawaslu Terpilih Dilakukan Semua Pimpinan DPR, Bukan Cuma Cak Imin

Dalam mencegah penularan, pakar epidemiologi itu mengimbau masyarakat untuk tidak lengah menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Ia menegaskan, vaksinasi bukan satu-satunya cara untuk menghindari gejala berat.

Jika tidak dapat menghindari kerumunan, Ato menyarankan masyarakat berkumpul di ruang terbuka.

Baca juga: Ogah Kaitkan Profesi dengan Terorisme, IDI Sukoharjo: Jangan Sebut Dokter, tapi Bapak Sunardi

“Kita memang sedang dalam proses penurunan gelombang, tapi, pandemi belum selesai."

"Saat ini kita hidup berdampingan dengan Covid, preventing jauh lebih penting daripada sesal kemudian,”pesannya. (Rina Ayu)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved