Gus Yahya: NU Besar dan Kuat, Tak Harus Mengekor Negara Lain Soal Wawasan Keagamaan
Persaingan antar-negara, kata Gus Yahya, dibangun melalui pendekatan yang halus atau soft power.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengajak warga NU mandiri.
Menurutnya, kemandirian harus dimaknai dalam berbagai dimensi. PBNU, menurutnya, tidak perlu mengikuti negara lain dalam hal agenda ke-Islaman.
"Dalam dimensi wawasan kebangsaan, kita ini, NU ini harus mandiri."
Baca juga: Ubedilah Badrun Tolak Minta Maaf Meski Dipolisikan karena Laporkan Dua Putra Jokowi ke KPK
"Kita tak perlu mengekor kepada agenda-agenda yang terkait Islam, dari belahan dunia Islam yang lain," ujar Gus Yahya dalam acara yang disiarkan TV9 Official, Sabtu (15/1/2022).
Dirinya menilai saat ini dunia sedang berkecamuk.
Persaingan antar-negara, kata Gus Yahya, dibangun melalui pendekatan yang halus atau soft power.
Baca juga: Usut Kontrak Bermasalah Pengadaan Satelit di Kemenhan, Kejagung Belum Niat Periksa Ryamizard Ryacudu
Agama, menurutnya menjadi salah satu cara untuk membangun kekuatan tersebut.
"Pengaruh-pengaruh politik dan menjadikan wacana wawasan keagamaan sebagai salah satu kendaraannya," ulas Gus Yahya.
Sehingga, dirinya meminta PBNU tidak harus mengikuti wawasan keagamaan negara lain.
Baca juga: Belum Tentu Kasus Korupsi, Jaksa Agung Bilang Pengadaan Pesawat Garuda Bisa Jadi Cuma Risiko Bisnis
"Jadi PBNU tidak boleh harus ikut Saudi, harus ikut Emirat, harus ikut Mesir, atau Yaman."
"Tak harus ikut mana-mana. Kita harus mandiri dalam wawasan keagamaan, karena kita punya mandat peradaban," tegasnya.
Gus Yahya mengatakan, saat ini telah terbukti belahan dunia yang lain gagal dengan masalahnya sendiri.
Baca juga: Mardani Ali Sera Desak Ubedilah Badrun Dapat Perlindungan Usai Laporkan Dua Putra Jokowi ke KPK
Sehingga, PBNU harus memiliki kepercayaan diri dalam memberikan solusi serta gagasan.
"Saya sering kali agak emosional ketika bicara soal ini, karena saya melihat bahwa banyak dari antara kita ini yang kurang percaya diri."
"Tidak percaya bahwa NU besar dan kuat," ucap Gus Yahya. (Fahdi Fahlevi)