Muktamar NU
Said Aqil Siraj Jamin Tak Ada Pesantren dan Dai NU Terpapar Paham Radikal
Said Aqil mengatakan, PBNU memahami radikalisme disebabkan pemahaman keagamaan yang sempit dan kaku.
WARTAKOTALIVE, LAMPUNG - Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj menjamin pesantren yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU) di seluruh Indonesia, tidak ada yang terpapar radikalisme.
Hal ini ia tegaskan saat memberi laporan pertanggungjawaban dalam rangkaian Muktamar ke-34 NU di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Said Aqil mengatakan, PBNU memahami radikalisme disebabkan pemahaman keagamaan yang sempit dan kaku.
Baca juga: JADWAL Lengkap Misa Offline dan Online Malam Natal dan Natal 2021 di Jabodetabek
Pemahaman keagamaan yang sempit dan kaku, kata Said Aqil, biasanya dibangun oleh pengetahuan yang sempit pula.
Pendidikan yang dibangun pun kerap belum bisa memilah secara jelas nilai keagamaan yang benar, dan yang ternyata malah disalahgunakan.
"PBNU menjamin tidak ada satupun dai-dai yang berpaham radikal."
Baca juga: Malaysia Sedang Butuh Banyak Tenaga Kerja Asal Indonesia, Pemerintah Naikkan Daya Tawar
"Pesantren pesantren NU tidak ada yang tersusupi dan terkontaminasi dengan radikalisme," tegas Said Aqil, Kamis (23/12/2021).
Pihaknya juga mendukung lahirnya Undang-undang Anti-terorisme yang lebih tajam dan lebih mampu mengantisipasi potensi terjadinya aksi terorisme.
Dia mengampanyekan lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan NU untuk membangun daya kritis generasi muda, dalam mencerna informasi di dunia maya.
Baca juga: Kasus Omicron di Indonesia Jadi 8, Tiga Pasien Baru Pekerja Migran Pulang dari Kongo dan Malaysia
"Sebab, paham radikalisme banyak menyusup melalui dunia pendidikan," ucapnya.
Selain itu, lanjut Said, PBNU juga meminta agar Kemenkominfo tegas menutup situs penyebar radikalisme.
"Karena, dari sinilah akar paham yang menyuburkan aksi terorisme," tegasnya.
Baca juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 RI 23 Desember 2021: Suntikan Pertama 154.494, Dosis Kedua 109.257.071
Dia mengatakan, selama kepemimpinannya yang sudah dua periode, NU aktif menjaga kesatuan dan persatuan di Indonesia.
"Lewat berbagai pengamalan dan kepercayaan masyarakat yang begitu besar, peran NU bukan hanya membentuk peradaban bangsa, tapi juga menjadi inspirasi peradaban dunia."
"Kiprah NU dalam menangkal rongrongan kelompok-kelompok yang ingin mengganti ideologi bangsa, mendapat pengakuan dari Indonesia."
Baca juga: Laporan Dugaan Bisnis Tes PCR Direspons KPK, PRIMA Ingin Ditemui Langsung oleh Firli Bahuri
"Sejumlah negara mengapresiasi peran dan eksistensi NU dalam menjaga kedamaian dalam kebhinekaan, toleransi dalam keberagaman, keharmonisan, serta keutuhan bangsa-bangsa," paparnya.
Dalam konteks keindonesiaan, Said menyebut NU menjadi organisasi yang berperan penting dalam integrasi Islam dan negara.
Terbukti hingga kini, lanjutnya, NU berkomitmen menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan konsisten menjaga ideologi Pancasila, dan Undang-undang Dasar 1945.
Baca juga: Mayoritas Pemilih PDIP Pilih Ganjar, Wasekjen: Ketua Umum Sudah Keluarkan Surat untuk Tidak Komentar
"NU dengan konsisten menolak setiap kelompok mana pun yang hendak mengubah bentuk negara, baik negara agama maupun negara sekuler."
"NU mendukung pemerintah membubarkan organisasi yang berkeinginan mengusung khilafah di Indonesia."
"NU juga menilai bahwa gerakan 212 bukanlah kebangkitan Umat Islam, melainkan gerakan politik."
"Penggagasnya jelas memiliki tujuan dan motif politik mengatasnamakan Agama Islam," ucap Said Aqil. (Reza Deni)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/said-aqil-siraj.jpg)