Warta Ekonomi

Utang Rp35 Triliun Bikin Neraca Keuangan AP 1 Tak Sehat, Strategi Restrukturisasi Disiapkan

PT Angkasa Pura 1 yang bergerak pada jasa pengelolaan bandar udara ini tengah memiliki utang senilai Rp35 triliun.

Editor: Feryanto Hadi
Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo meninjau fasilitas Bandara Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA) di Kabupaten Kulon Progo, Jumat (31/1/2020). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengungkapkan, kondisi keuangan PT Angkasa Pura I (Persero) saat ini sedang kurang sehat.

Pasalnya, BUMN yang bergerak pada jasa pengelolaan bandar udara ini tengah memiliki utang senilai Rp35 triliun.

"Kita memang sedang diskusi dengan Angkasa Pura I. Memang Angkasa Pura I ini tekanannya sedang berat sekali," ujar Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo dalam paparannya bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (2/12/2021).

Baca juga: Kinerja Bandara-bandara yang Baru Dibangun Tak Optimal, Utang Angkasa Pura I Tembus Rp35 Triliun

Baca juga: Pendapatan Anjlok, Bos AP I Blak-blakan Kondisi Keuangan Perseroan Sedang Tak Sehat

"Kondisi keuangan mereka ini, utangnya mencapai Rp35 triliun," sambungnya.

Kartika mengungkapkan, hal tersebut terjadi pada Angkasa Pura I karena beban berat dari adanya bandara-bandara baru yang kinerjanya kurang optimal imbas adanya pandemi Covid-19.

Manajamen PT Angkasa Pura I langsung mengamini pernyataan tersebut.

Menurut Perseroan, pihaknya mengalami tekanan kinerja operasional dan finansial akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga kini.

Menyikapi hal ini, manajemen tengah menyiapkan program restrukturisasi operasional dan finansial perusahaan, yang diharapkan rampung pada Januari 2022 mendatang.

Direktur Utama PT Angkasa Pura I, Faik Fahmi mengungkapkan, dalam hal restrukturisasi, akan melakukan berbagai upaya.

Seperti asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru (transformasi bisnis). 

Baca juga: Geram dengan Tindakan Menteri Risma, Ibu Penyandang Disabilitas: Sangat Menyakiti Hati Saya

"Kami optimis dengan program restrukturisasi ini dapat memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan. Terutama kemampuan kami untuk memastikan penambahan pendapatan cash in, efisiensi biaya dan upaya fund raising," ungkap Faik dalam keterangannya, Minggu (5/12/2021).

Selain itu, untuk mendorong peningkatan pendapatan lainnya, transformasi bisnis usaha juga dilakukan Angkasa Pura I.

Yakni adalah menjalin kerja sama mitra strategis untuk Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, Bandara Lombok Praya, pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bali, dan mengembangkan airport city Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) serta eks Bandara Selaparang Lombok.

"Manajemen tengah berupaya keras untuk menangani situasi sulit ini dan berkomitmen untuk dapat survive dan menunaikan kewajiban perusahaan kepada kreditur, mitra, dan vendor secara pasti dan bertahap," papar Faik.

"Dengan berbagai inisiatif strategis tersebut kami optimis dapat bertahan menghadapi kondisi sulit ini dan mulai bangkit pada 2022 serta dapat mencatatkan kinerja keuangan positif," pungkasnya

Baca juga: Haji Lulung Jalani Perawatan di RS Harapan Kita Akibat Serangan Jantung, Ahok Kirim Doa

Sebagai informasi, total target hasil restrukturisasi akan mencapai tambahan dana Rp3,8 triliun, efisiensi biaya sebesar Rp704 miliar dan perolehan fund raising sebesar Rp3,5 triliun.

Dan perlu diingat, dengan adanya pembangunan bandara Angkasa Pura I maka secara konsolidasi menambah aset perusahaan.

Di 2021 ini akan mencapai Rp44 triliun dari semula Rp24 triliun di 2017, saat proyek-proyek pengembangan bandara mulai dilaksanakan.

Baca juga: Erick Thohir Beberkan Ada 6 BUMN Berstatus “Tbk” tapi Kinerja Sahamnya Tidak Optimal

Kinerja bandara baru tidak optimal

Sebelumnya diberitakan, PT Angkasa Pura I tengah mengalami tekanan kinerja operasional dan finansial akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga kini.

Menyikapi hal ini, manajemen PT Angkasa Pura I tengah menyiapkan program restrukturisasi operasional dan finansial perusahaan yang diharapkan rampung pada Januari 2022 mendatang sehingga perusahaan kemudian dapat bangkit dalam beberapa waktu ke depan.

Direktur Utama PT Angkasa Pura I, Faik Fahmi mengungkapkan, pandemi Covid-19 yang mulai terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara Angkasa Pura I.

Baca juga: Erick Thohir Beberkan Ada 6 BUMN Berstatus “Tbk” tapi Kinerja Sahamnya Tidak Optimal

Sebagai gambaran, pada 2019, trafik penumpang di bandara Angkasa Pura I mencapai 81,5 juta penumpang.

Namun ketika pandemi Covid-19 melanda pada awal 2020, trafik penumpang turun menjadi 32,7 juta penumpang dan pada 2021 ini diprediksi hanya mencapai 25 juta penumpang.

"Seperti diketahui, sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19 di mana pandemi ini masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir. Situasi pandemi yang berkepanjangan membawa tekanan kepada kinerja operasional dan keuangan Angkasa Pura I," ucap Faik secara tertulis, Minggu (5/12/2021).

Baca juga: Kinerja Bandara-bandara yang Baru Dibangun Tak Optimal, Utang Angkasa Pura I Tembus Rp35 Triliun

"Namun di tengah situasi sulit ini, manajemen telah menyiapkan sejumlah inisiatif strategis untuk meminimalisir dampak pandemi terhadap kinerja Angkasa Pura I, yaitu dengan melakukan restrukturisasi operasional dan finansial," sambungnya. 

Faik kembali mengungkapkan, pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura I tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi lack of capacity.

Bandara-bandara tersebut seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp12 triliun, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp2,3 triliun, Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp2,03 triliun, dan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp2,6 triliun.

Tak hanya sampai di situ, terdapat juga beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, Bandara El Tari Kupang.

Di mana kesemuanya dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.

Baca juga: Lakukan Restrukturisasi Perusahaan, Krakatau Steel Membayar Utang Yang Jatuh Tempo di Desember 2021

Adanya pandemi Covid-19 membuat kondisi keuangan dan operasional perusahaan mengalami tekanan cukup besar. 

Pendapatan 2019 yang mencapai Rp8,6 triliun anjlok di 2020, di mana perusahaan hanya meraih pendapatan Rp3,9 triliun dan diprediksi pada 2021 ini pendapatan juga akan mengalami sedikit penurunan akibat anjloknya jumlah penumpang yang hanya mencapai 25 juta orang.

Dengan situasi trafik yang menurun dan adanya tekanan keuangan, Angkasa Pura I harus dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara.

Baca juga: Pimpinan MPR Minta Sri Mulyani Dipecat, Muhaimin Iskandar: Biasanya Malah Dipertahankan oleh Jokowi

"Kami optimis dengan program restrukturisasi ini dapat memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan. Terutama kemampuan kami untuk memastikan penambahan pendapatan cash in, efisiensi biaya dan upaya fund raising," pungkas Faik. (Ismoyo)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved