Virus Corona

Menteri Agama: Varian Omicron Perlu Dikhawatirkan tapi Jangan Berlebihan

Yaqut meyakini para anggota Komisi VIII DPR, varian Omicron tak perlu dikhawatirkan berlebihan.

Tribunnews.com
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menilai varian baru Covid-19 Omicron tak perlu terlalu dikhawatirkan. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menilai varian baru Covid-19 Omicron tak perlu terlalu dikhawatirkan.

Apalagi, ibadah umrah bakal kembali dilaksanakan pada Desember 2021.

Yaqut meyakini para anggota Komisi VIII DPR, varian Omicron tak perlu dikhawatirkan berlebihan.

Baca juga: Zona Kuning Covid-19 di Indonesia Terus Menyusut Menjadi 461 Daerah, Merah dan Oranye Masih Nihil

Hal itu ia sampaikan dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR, Selasa (30/11/2021).

"Memang Omicron, Bapak Ibu sekalian, ini cucu dari virus Covid-19, yang menurut data yang saya punya memang, gimana ya, perlu dikhawatirkan tapi tidak perlu berlebihan," kata Yaqut di ruang rapat Komisi VIII DPR, Senayan, Jakarta.

Berdasarkan data yang didapat dari Kementerian Kesehatan, Yaqut menjelaskan Omicron mengkhawatirkan lantaran memiliki kombinasi key mutation dari varian lain.

Baca juga: Antispasi Varian Omicron Masuk Indonesia, Jokowi Larang Pejabat Negara ke Luar Negeri

Yaqut menyatakan, seluruh varian berbahaya Covid-19 menyatu dalam Omicron.

Dia mengatakan, Omicron mengkhawatirkan lantaran memiliki kemungkinan penularan yang tinggi, namun bisa menghindari antibodi yang selama ini dibentuk tubuh.

Kendati demikian, Yaqut menekankan belum ada bukti Omicroni memiliki keparahan yang tinggi.

Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Melonjak Jadi 53, Sumatera Mendominasi

"Omicron memiliki potensi atau kemungkinan penularan tinggi dan penurunan efektivitas respons imun antibodi, yang sebelumnya terbentuk dari infeksi maupun vaksinasi."

"Jadi antibodi yang sudah dibentuk karena pernah kena atau karena vaksin itu bisa dihindari oleh jenis virus Omicron ini, tapi tidak ada bukti keparahan yang tinggi dibanding varian of concern lainnya," bebernya.

Di sisi lain, Yaqut menilai alasan tingkat penularan tinggi varian Omicron di Afrika tinggi lantaran vaksinasi di sana masih rendah.

Baca juga: Tes PCR Masih Bisa Deteksi Varian Omicron Meski Tak Mampu Pantau Gen S

"Kenapa tadi dikatakan Bu Sely kenaikan 500 persen, bukan 500 kali ya, 500 persen di Afrika?"

"Karena memang Afrika itu, secara umum Benua Afrika, baru 3,5 persen yang divaksin."

"Jadi sangat jauh dibanding kita yang sudah 70-an persen."

Baca juga: Diajak Konsultasi, Komisi II DPR Minta KPU dan Pemerintah Sepakati Dulu Jadwal Pemilu 2024

"Jadi saya kira kita perlu waspada, tapi tak perlu khawatir terlalu berlebihan."

"Indonesia terus antisipasi ini," paparnya. (Chaerul Umam)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved