Kewirausahaan UMKM Lokal
Titan88 Roti, Kisah Usaha Modal Dengkul yang Kini Hidupi Puluhan Pegawai dan Reseller
Di tengah pandemi Covid-19, Titan88 Roti, usaha yang dirintis Siti Hamidah dan Rasiyo Asriyanto, bisa mempertahankan usahanya meski omzet anjlok.
Mata Siti Hamidah berkaca-kaca, bibirnya terkatup, kelihatan sedikit bergetar. Ia mengenang perjuangan menghidupkan usaha Titan88 Roti bersama suaminya, Rasiyo Asriyanto.
WARTAKOTALIVE.COM, PONDOK AREN - Sebelum memiliki dapur produksi sendiri, sanggup menyewa toko, hingga mempekerjakan 25 karyawan, Siti berjualan roti berkeliling kampung sembari jalan kaki.
Ia mengetuk satu pintu rumah, kemudian pindah ke rumah lainnya. Hal ini dilakukan Siti pada awal tahun 2013. Saat itu ia, suami, dan ketiga anaknya mengontrak di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten.
Rasiyo, suami Siti, masih bekerja pada salah satu perusahaan pembuat roti di kawasan Tangerang. Namun Siti merasa hasil keringat suaminya jauh dari kata cukup.
Padahal suaminya berangkat sejak pagi buta dan kadang pulang hingga malam hari. Namun kondisi perekonomian Siti dan keluarganya masih serba pas-pasan.
Istilahnya buat makan saja tak mereka sering kesulitan. Siti kemudian mengambil keputusan berani. Ia meminta suaminya keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai dan membuat usaha roti sendiri.
"Nah mulai dari Januari 2013 itu suami saya paksa resign kerja. Suami saya ini punya keahlian bikin roti, saya pikir kenapa kami enggak coba mandiri, berjuang bersama-sama? Kondisi juga memaksa sebab anak kami sudah tiga, semuanya perlu biaya sekolah," kata Siti kepada Warta Kota, Jumat (12/11/2021) sore.
Kendala berikutnya muncul karena Siti tak memiliki dana untuk memulai usahanya. Beruntung, Siti dan suami dipinjami modal oleh empunya kontrakan yang juga memiliki warung sembako.
Pasangan suami-istri ini kemudian mengambil terigu, gula, mentega, dan lain-lain. Bila dikonversi ke dalam rupiah, nilainya sekitar Rp 50.000.
Rasiyo dibantu anak pertamanya, Yogi Aditia Pratama, mengolah bahan-bahan tadi menjadi 20 buah donat.
Yogi sebelumnya kerja di toko penjual empek-empek. Gajinya harian dan digunakan untuk menutup ongkos kebutuhan makan sehari-hari seluruh anggota keluarga.
Setelah Rasiyo berhenti bekerja, Yogi memutuskan untuk total membantu sang bapak. Mereka bersama-sama mengolah adonan kue.
Begitu menjadi kue, Siti menjualnya keliling kampung. Semua donat ditaruh di kantong plastik merah. Ia masuk dari satu gang ke gang lain.
Setiap kali ada warga yang berkumpul, perempuan kelahiran Kabupaten Brebes, Jawa Tengah ini ikut nimbrung. Ia menjajakan kue buatan suaminya.
Apa hasilnya? Meski seluruh donat terjual, uang yang didapat Siti hanya Rp 40.000, tekor Rp 10.000.