Virus Corona

Epidemiolog Swiss Ungkap Virus yang 96 Persen Mirip Covid-19 Ditemukan di Cina Sejak 2013

Ada kemungkinan virus yang sangat mirip dengan SARS-CoV-2 ini ditemukan pada tahun 2013, dan fakta ini justru disembunyikan.

Istimewa
Didier Pittet, ahli penyakit menular utama di Rumah Sakit Universitas Jenewa dan mengungkapkan, virus yang sangat mirip SARS-CoV-2 kemungkinan sudah ada sejak 2013 silam. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Didier Pittet, ahli penyakit menular utama di Rumah Sakit Universitas Jenewa dan mengungkapkan, virus yang sangat mirip SARS-CoV-2 kemungkinan sudah ada sejak 2013 silam.

SARS-CoV-2 atau merupakan virus yang menyebabkan penyakit Covid-19.

"Pada tahun 2013, di Cina, sekitar 1.100 kilometer atau 683,5 mil dari Wuhan, di gua-gua yang dijelajahi speleologis, ditemukan virus yang 96 persen mirip dengan Covid-19."

Baca juga: Tes Wawasan Kebangsaan Dibilang Maladministrasi, KPK Kirim Surat Keberatan kepada Ombudsman

"Dan itu bisa menular ke orang-orang yang bekerja di gua itu."

"Dan yang belum jelas hingga saat ini adalah bahwa virus ini mungkin diidentifikasi oleh salah satu laboratorium di Wuhan," ungkap penemu hand sanitizer tersebut.

Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (6/8/2021), Pittet menambahkan, beberapa publikasi dan disertasi telah dibuat oleh orang-orang yang bekerja di laboratorium itu, namun kini disertasi itu menghilang.

Baca juga: Kejaksaan Agung Segera Pecat Pinangki Usai Dieksekusi ke Lapas, Tak Terima Gaji Sejak September 2020

"Saat anda mengerjakan virus baru, anda akan membekukannya sebagai sampel, namun ternyata laboratorium gagal menemukan sampel itu."

"Dan ini merupakan hal yang agak mengkhawatirkan," tutur Pittet.

Namun, Pittet mengatakan bukan berarti virus tersebut dibuat secara artifisial.

Baca juga: Arief Poyuono Tantang DPR Keluarkan Mosi Tidak Percaya dan Bentuk Pansus Penanganan Covid-19

Namun, ada kemungkinan virus yang sangat mirip dengan SARS-CoV-2 ini ditemukan pada tahun 2013, dan fakta ini justru disembunyikan.

"Dan untuk menjadi pandemi, virus itu harus beredar di alam untuk sementara waktu."

"Jadi, mungkin virus ini telah bersama kita lebih lama dari yang bisa kita bayangkan," ulasnya.

Baca juga: Kemenag Dorong 608.806 Masjid dan Musala di Indonesia Dijadikan Sentra Vaksinasi Covid-19

Pittet pun menyebut ada bukti yang menunjukkan orang-orang di Eropa dan Asia pernah terjangkit Covid-19 sebelum virus ini dikenal secara global.

Situasinya harus diteliti secara rinci untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan virus untuk berubah menjadi pandemi.

Menurutnya, penelitian ini sangat penting untuk merespons secara cepat, saat virus serupa muncul di masa depan.

Baca juga: Pedagang di Terminal Kampung Rambutan: Baru Kali Ini Saya Benar-benar Merasakan Susah Cari Uang

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved