Busyro Muqoddas: Ganti Cat Biru Pesawat Kepresidenan dengan Merah Ditinjau dari Aspek Apa?
Mantan Ketua KPK itu menilai, pengecatan ulang pesawat kepresidenan merupakan langkah absurd.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Busyro Muqoddas mengkritik pengecatan ulang pesawat kepresidenan di masa pandemi Covid-19.
Mantan Ketua KPK itu menilai, pengecatan ulang pesawat kepresidenan merupakan langkah absurd.
Terlebih, di tengah pandemi Covid-19 yang membutuhkan sensitivitas terhadap kondisi rakyat yang terpuruk.
Baca juga: DAFTAR Terbaru 240 Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Jatim, Jateng, dan Sumatera Masih Membara
"Jadi ada absurditas atau kekacauan-kekacauan persepsi dan sikap etis tadi."
"Belum pas waktunya untuk kegiatan yang mengganggu sensitivitas kepada rakyat," kata Busyro kepada Tribunnews, Rabu (4/8/2021).
Langkah absurd yang dimaksud Busyro adalah ketidakjelasan logika dan urgensi yang diajukan pihak Istana, untuk mengecat ulang pesawat kepresidenan.
Baca juga: Pasutri Mantan Menteri Kesehatan Farid dan Nila Moeloek Positif Covid-19, Kini Dirawat d RSCM
Untuk itu, ia meminta agar pemerintah menjelaskan langsung secara transparan mengenai hal tersebut kepada masyarakat.
Terutama dari urgensinya dan penggunaan dana yang digunakan untuk melaksanakan proyek tersebut.
"Harusnya dijelaskan secara jelas, maksud dan penjelasan pemeliharaan pesawat itu apakah sudah saatnya diganti?"
Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Pegunungan Arfak Papua Barat Tak Tersentuh
"Apa hubungannya ganti cat biru dengan merah, dan ditinjau dari aspek apa?"
"Patut dipertanyakan sekaligus diperjelas, karena uang rakyat harus jelas penggunaannya agar masuk nalar dan intuisi yang jelas," tuturnya.
Ia juga mempertanyakan penggunaan anggaran sebesar Rp 2 miliar lebih untuk pengecatan ulang pesawat kepresidenan.
Baca juga: Daun Sungkai Disebut Ampuh Obati Covid-19, Satgas: Asal Ada Izin BPOM, Pemerintah Mendukung
Angka itu ia nilai cukup besar, dan jangan dimaknai sebatas nominal semata.
Busyro berpandangan nominal itu harus dipandang sebagai nilai yang berharga, terlebih jika dibandingkan untuk penanganan pandemi Covid-19.