Virus Corona
Indonesia Jadi Negara Menengah Bawah Lagi, Rizal Ramli: Tanya Sama yang Biasa Ngomong Ecek-ecek
Pendapatan per kapita Indonesia turun dari 4.050 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2019, menjadi 3.870 per dolar AS di 2020.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Pendapatan per kapita Indonesia turun dari 4.050 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2019, menjadi 3.870 per dolar AS di 2020.
Penurunan pendapatan per kapita ini membuat Indonesia kembali masuk pada kategori negara berpendapatan menengah bawah alias lower middle income country.
Mantan Menteri Keuangan Rizal Ramli menanggapi laporan Bank Dunia berjudul World Bank Country Classifications by Income Level: 2021-2022 tersebut.
Baca juga: Satgas Bilang Finis Pandemi Covid-19 Mulai Kelihatan, Ini Tanda-tandanya
Menurutnya, penurunan kelas Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah bawah sangat wajar saat pandemi Covid-19.
"Sangat relevan," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews, Kamis (8/7/2021).
Dia mengaku pesimistis ada sosok di pemerintahan yang mampu kembali mengangkat derajat Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah atas.
Baca juga: Jumlah Karyawan Perusahaan Esensial-Kritikal yang Bekerja di Kantor Selama PPKM Darurat Bakal Diubah
"Tanya sama yang biasa ngomong ecek-ecek, tanpa simulasi," ucapnya.
Indonesia sempat masuk kategori negara berpendapatan menengah atas atau upper middle income country di era Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Indonesia masuk kategori itu dengan pendapatan per kapita mencapai 4.050 dolar AS di 2019, sedikit di atas ambang batas minimal, yakni 4.046 per dolar AS.
Baca juga: Catat! Ini Jadwal Vaksinasi Covid-19 Massal di Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi Besok
Sebelumnya, pendapatan per kapita Indonesia turun dari 4.050 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2019, menjadi 3.870 per dolar AS di 2020.
Hal itu terungkap dalam laporan 'World Bank Country Classifications by Income Level: 2021-2022.'
Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan pendapatan per kapita hampir semua negara di dunia.
Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Melonjak Jadi 96, Jawa Membara, Bali Cuma Satu
Penurunan pendapatan per kapita ini membuat Indonesia kembali masuk kategori negara berpendapatan menengah bawah alias lower middle income country.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengungkapkan, pandemi Covid-19 merupakan tantangan besar.
Menurut dia, krisis kesehatan telah memberi dampak sangat mendalam pada kehidupan sosial dan aktivitas ekonomi global.
Baca juga: 80 Persen Pasien Covid-19 di Indonesia Terinfeksi Varian Delta, yang Positif Cenderung Harus Dirawat
“Pandemi telah menciptakan pertumbuhan ekonomi negatif di hampir seluruh negara, termasuk Indonesia di 2020."
"Dengan demikian, maka penurunan pendapatan per kapita Indonesia merupakan sebuah konsekuensi yang tidak terhindarkan," ujarnya melalui siaran pers, Kamis (8/7/2021).
Meskipun demikian, melalui respons kebijakan fiskal yang adaptif dan kredibel, pemerintah dinilai mampu menahan terjadinya kontraksi ekonomi yang lebih dalam.
Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Berkurang Jadi 16, Sumatera Utara Dominan
Pada 2020, perekonomian Indonesia minus 2,1 persen, lebih baik jika dibandingkan beberapa negara peers G-20 dan Asia Tenggara (ASEAN).
Antara lain India minus 8 persen, Afrika Selatan minus 7 persen, Brazil minus 4,1 persen, Thailand minus 6,1 persen, Filipina minus 9,5 persen, dan Malaysia minus 5,6 persen.
"Hanya beberapa negara yang masih dapat tumbuh positif di 2020 yaitu Cina 2,3 persen, Turki 1,8 persen, dan Vietnam 2,9 persen," beber Febrio.
Revisi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III
Pemerintah memutuskan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III, akibat dampak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia masih punya kekuatan dari sisi ekspor pada periode ini.
"Kita melakukan revisi terhadap pertumbuhan, karena kita melihat bahwa di kuartal III yang menjadi penting dan menjadi andalan adalah ekspor," ujarnya saat konferensi pers secara virtual, Senin (5/7/2021).
Baca juga: Tingkat Kepatuhan Masyarakat Pakai Masker 85 Persen, 20 Provinsi Masih Ada yang di Bawah Itu
Airlangga menjelaskan, ekspor Indonesia hingga Mei 2022 relatif stabil, dengan capaian pertumbuhan yang terus bisa dipertahankan selama 13 bulan.
"Surplus sebesar 10,06 miliar dolar AS di Bulan Mei kemarin, tentu dengan harga komoditas baik itu CPO, batu bara, nikel, karet, dan aluminium yang baik."
"Ekspor diharapkan kita bisa pertahankan terus karena dari segi permintaan global juga meningkat," ucapnya.
Baca juga: Satpol PP DKI Pastikan Segel Kantor PT Equity Selama PPKM Darurat, Perusahaan Sempat Membantah
Kemudian, belanja pemerintah diharapkan bisa terus dijaga konsistensinya, sehingga penekanan terhadap ekonomi kuartal II itu akibat dari tingkat konsumsi.
"Oleh karena itu, pemerintah diperkirakan di kuartal III itu terjadi kontraksi, tapi relatif masih positif."
"Angkanya di antara 3,7 persen sampai 4 persen," papar Airlangga.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 7 Juli 2021, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 610.303 (23.4%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 425.206 (17.2%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 276.598 (11.3%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 184.624 (8.3%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 81.763 (3.8%)
RIAU
Jumlah Kasus: 73.726 (3.4%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 69.470 (2.6%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 66.268 (3.3%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 60.672 (2.7%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 54.187 (2.5%)
BALI
Jumlah Kasus: 52.828 (2.5%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 37.425 (1.7%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 36.832 (1.8%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 30.510 (1.4%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 29.456 (1.1%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 27.342 (1.2%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 23.622 (1.0%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 22.613 (1.0%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 21.799 (0.9%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 21.276 (1.1%)
ACEH
Jumlah Kasus: 19.898 (0.9%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 16.921 (0.8%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 16.277 (0.6%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 14.279 (0.7%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 13.982 (0.7%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 13.617 (0.6%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 13.436 (0.7%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 12.557 (0.5%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 12.188 (0.6%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 11.306 (0.5%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 9.952 (0.4%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 6.230 (0.2%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 6.172 (0.3%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 6.112 (0.3%). (Yanuar Riezqi Yovanda)