Operator Pelabuhan Semestinya Belajar dari Operator Kereta Api untuk Bersihkan Pungli dan Premanisme
"Operator KA punya nyali, mestinya operator pelabuhan meniru operator KA bagaimana membersihkan aksi premanisme di Pelabuhan."
Penulis: Mohamad Yusuf | Editor: Mohamad Yusuf
Jika di sekitar kawasan tersebut masih terdapat kemiskinan, lanjut Djoko itu bukan tugas dan kewajiban pihak operator pelabuhan untuk mengurusinya.
Namun, kewajiban Pemda setempat untuk mengurus dan membereskan kemiskinan itu.
"Tapi harus ada keseimbangan pula, misalnya ada keluarga dari masyarakat yang bekerja tidak benar di Pelabuhan demi anaknya yang sedang menempuh pendidikan, terutama kuliah," katanya.
"Operator Pelabuhan dapat memberikan bantuan beasiswa terhadap anak-anak di sekitar kawasan pelabuhan untuk melanjutkan sekolahnya. Dapat diambilkan dari CSR atau dari gaji bulanan sejumlah Direksi dan Komisaris Operator Pelabuhan," tambahnya.
Tampang Pelaku Pungli
Aksi pungutan liar (pungli) terhadap sopir kontainer di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara termasuk pelabuhan menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bahkan Jokowi memerintahkan langsung Kapolri untuk bertindak terhadap aksi pungli dan premanisme di kawasan Tanjung Priok.
Salah satu pelaku pungli yang berhasil diringkus adalah oknum karyawan outsourcing PT MTI.
Polisi menangkap pria bernama Ahmad Zainul Arifin (39), Jumat (12/6/2021) malam.
Baca juga: DUH! Selain Sembako Kena Pajak, Dalam Draf RUU KUP, Sekolah Pun Bakal Dikenakan PPN
Baca juga: Penasaran dengan Suara Berdenyit di Kamar, Suami di NTT Pergoki Istri Telanjang dengan Pria Lain
Baca juga: Ternyata di Arab Saudi, Habib Rizieq Bertemu Tito Karnavian, Budi Gunawan dan Dihubungi Wiranto
Berdasarkan informasi yang dihimpun Zainul Arifin punya peran penting di kasus pungli sopir kontainer.
"Atasan yang tujuh orang kemarin ditangkap," kata Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok AKBP Putu Kholis Putu, Sabtu (12/6/2021).
Sebelumnya pada Kamis (10/6/2021) ada tujuh orang yang ditangkap tidak lama setelah sopir truk kontainer mengeluhkan soal pungutan liar kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Putu menambahkan Zainul berperan memberi perintah kepada setiap operator crane untuk memilih truk mana saja yang boleh dibongkar muat terlebih dahulu.
"Yang bersangkutan tahu aktivitas para operator di bawah pengawasannya yang melakukan pungli dengan modus meletakkan kantong plastik atau botol air mineral," ujar Putu.
Sebagai atasan dari para operator, tersangka kerap mengambil uang sebesar Rp 100-150 ribu per hari dari hasil pungli.
Uang itu dipakai untuk keperluan pribadi seperti membeli sepatu bola.