Megawati: Orang Indonesia Memang Tidak Bisa Disiplin, tapi Gotong Royongnya Luar Biasa

Megawati berseloroh, di masa pandemi Covid-19, masyarakat Indonesia memang sulit untuk disiplin.

Twitter@PDI_Perjuangan
Presiden kelima RI Megawati Sukarnoputri mengatakan, ayahnya, Presiden pertama Indonesia Ir Soekarno, tidak pernah mengatakan telah membuat Pancasila. 

Amarulla mengatakan, sidang senat akademik Unhan telah menerima hasil penilaian Dewan Guru Besar Unhan atas seluruh karya ilmiah Megawati Sukarnoputri.

Baca juga: Diciduk Satpol PP Tangerang di Hotel, ABG Lulus SMA Jadi PSK: Mama Tahu Kok Kerjaan Saya

Hal itu sebagai syarat pengukuhan menjadi Profesor Kehormatan Ilmu Pertahanan bidang Kepemimpinan Strategik pada Fakultas Strategi Pertahanan.

Ia mengatakan, pemberian gelar itu juga tidak terlepas dari kepemimpinan Megawati dalam menghadapi krisis multidimensi di era pemerintahannya.

“Unhan RI mencatat keberhasilan Ibu Megawati saat di pemerintahan dalam menuntaskan konflik sosial seperti penyelesaian konflik Ambon, penyelesaian konflik Poso, pemulihan pariwisata pasca-bom Bali, dan penanganan permasalahan TKI di Malaysia,” beber Amarulla.

Baca juga: Pelaku Pungli Bisa Kantongi Rp 6,5 Juta per Hari dari Sopir Truk Kontainer, Ditampung Pakai Kardus

Megawati, lanjut dia, menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia.

Selain itu, kata dia, di era Megawati pertama kalinya diselenggarakan pemilihan umum legislatif dan presidensial secara langsung.

Para Menteri Kabinet Gotong Royong di bawah kepemimpinan Ibu Megawati dan sejumlah guru besar dari dalam dan luar negeri pun mengakui peran Megawati, dan telah memberikan rekomendasi akademik atas kuatnya karakter kepemimpinan Megawati.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Kudus, Bupati: Vaksinasi Bikin Masyarakat Abai Prokes, Merasa Kebal

Ia juga mengungkap sejumlah guru besar telah menjadi promotor Megawati menjadi Profesor Kehormatan.

Beberapa guru besar dari dalam negeri tersebut, kata dia, memberikan rekomendasi akademik berasal dari beberapa perguruan tinggi negeri papan atas.

Sedangkan guru besar dari luar negeri, kata dia, berasal dari Jepang, Cina, Korea Selatan, dan Prancis. (Taufik Ismail)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved