Timnas
Asisten Pelatih PSIS Semarang Imran Sudah Tahu Sejak Awal Pratama Arhan Akan Jadi Pemain Berkualitas
Asisten pelatih PSIS Semarang, Imran Nahumarury, mengatakan kualitas Pratama Arhan sudah terlihat saat masih memperkuat PSIS Semarang junior.
Penulis: Abdul Majid | Editor: Sigit Nugroho
Permasalahan itu bukan kali pertama buat Yudha.
Pria kelahiran Bogor 19 tahun silam itu juga pernah membuat Shin Tae-yong kesal.
Saat masih menjalani TC bersama Timnas U-19 di Jakarta, Yudha keluar malam dan kedapatan berada di klub malam.
Keesokan harinya Yudha langsung dicoret oleh Shin Tae-yong.
Mendengar masalah yang dialami Yudha membuat Imran geram.
Pria yang kini menjabat sebagai asisten pelatih PSIS Semarang itu pun mewanti-wanti para pemainnya, agar tidak melakukan tindakan seperti itu.
Baca juga: Luizinho Passos Pelatih Kiper Persib Yakin Aqil Savik Akan Jadi Kiper Hebat Bersama Timnas Indonesia
Baca juga: Pelatih Djajang Nurjaman Ungkap Alasan Yudha Febrian Tak Lagi Jadi Pemain Barito Putera
Baca juga: Imran Nahumarury Asisten Pelatih PSIS Semarang Ungkap Dampak Positif Hadirnya Piala Menpora
Caranya dengan melakukan pendekatan atau memberikan ilmu bukan soal sepak bola saja.
"Sangat disayangkan, dia punya potensi, tetapi seperti itu kelakuannya. Alhamdulillah, lingkungan PSIS Semarang sangat kondusif. Mereka juga sudah diajarkan sejak Elite Pro Akademi,” kata Imran.
"Di sini, mereka tidak hanya dilatih soal sepak bola saja, tetapi juga diajarkan dari sisi religiusnya. Dari itu, mereka bisa punya batasan mana yang baik dan mana yang tidak baik," ujar Imran.
Imran menyadari, kemudahan mendapatkan popularitas di zaman sekarang ini jadi faktor pemain muda mengalami star syndrome.
Mereka yang tak kuat bakal melakukan hal-hal yang merugikan dirinya seperti apa yang dilakukan Yudha.
Oleh karena itu, dia kerap memberikan arahan atau nasihat kepada para pemain muda PSIS Semarang, agar tetap fokus dan dewasa dalam menyikapi sesuatu hal terutama di media sosial.
"Sekarang, kami tahu sangat mudahnya orang terkenal bisa berbeda dengan dulu. Tetapi kalau tidak bisa dikelola dengan baik, timbulnya bisa star syndrome. Merasa dirinya hebat dan bebas melakukan hal apa pun. Umumnya terjadi sama pemain-pemain muda,” papar Imran.
"Itu memang jadi kebiasaan mereka. Makanya, saya selalu memberikan nasihat dan contoh kepada pemain saya, agar bisa mengontrol diri," ucap Imran.
"Terkadang, saya berikan contoh pemain-pemain muda Eropa yang berjaya di masa muda, tetapi menghilang ketika ke level senior, karena tak bisa mengontrol dirinya," terang mantan pemain Persija Jakarta itu.