Konflik Palestina Israel
Sikapi Wawancara Abu Janda dengan Tentara Israel, Ketum KNPI: Berlawanan dengan Sikap Pemerintah
Sebagian publik bahkan menduga Abu Janda sedang 'menjalankan misi' propaganda pro Israel kepada warga Indonesia
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Kemunculan video wawancara khusus Permadi Arya alias Abu Janda dengan seorang tentara Zionis Israel mengundang perhatian publik.
Dalam video tersebut, tentara Zionis menerangkan sisi lain tentang konflik Israel-Hamas yang berbeda dengan pandangan kebanyakan masyarakat Indonesia yang lebih membela Palestina.
Menurut tentara yang mengaku beragama muslim itu, ia berperang membela Israel untuk melawan teroris.
Belum diketahui lokasi tepatnya dan kapan video itu dibuat.
Baca juga: Imbau Santri NU Jangan Jadi Buzzer, Gus Nadirs: Mending Manut Kiai, Mosok Manut sama Kakak Pembina
Pernyataan ini ramai dibahas oleh publik Indonesia.
Sebagian publik bahkan menduga Abu Janda sedang 'menjalankan misi' propaganda untuk memengaruhi warga Indonesia agar tidak membenci Israel.
"Bayaran mahal masuk ke zionis u/wawancara mencari fakta pembelaan yg konyol kenapa nggak ke duanya di wawancara coba pergi ke palestin biar tau...penjahat ya tetap penjahat perusak persatuan n kesatuan," tulis akun @60036782totok
Ramai dituduh pro Zionis, Abu Janda kembali membagikan video yang menegaskan dirinya bukanlah antek zionis.
Baca juga: Israel Ingin Rebut Tanah yang Dijanjikan, Rocky: Bisa-bisa Keturunan Gajahmada Klaim Asia Tenggara
Ia hanya ingin memberikan penjelasan dalam sudut pandang berbeda.
Sementara itu, Ketua KNPI Haris Pertama heran dengan video keberadaan Abu Janda di Israel tersebut.
"Rakyat Indonesia dihimbau untuk dilarang melakukan mudik, tapi kenapa ini Abu Janda (Heddy Setya Permadi) bisa datang ke ISRAEL ??? Apakah ini manusia sedang melakukan perjalanan dinas atau perjalanan bisnis?" tanya Haris di akun Twitternya, dilihat pada Minggu (16/5/2021).
Haris juga menyoroti aktivitas Abu Janda yang mewawancarai tentara Zionis yang seolah-olah menyudutkan Palestina.
Baca juga: Diserang Simpatisan Zionis karena Getol Bela Palestina, Gus Ulil: Ya, Saya Kadrun, I Dont Care
Baca juga: Sebut Dukungan RI ke Palestina Tak Banyak Berpengaruh, Rocky Gerung: Nggak Ada yang Kenal Pak Jokowi
"Abu Janda bukan hanya menghina Palestina, tapi dia membela Israel dan mengatakan bahwa Israel sedang perang dengan teroris. Bagaimana ini pak?" sebut Haris.
Haris pun meminta bersikap tegas terhadap tindakan Abu Janda.
Terlebih, pemerintah Indonesia hingga saat ini masih berkomitmen mendukung Palestina dan mengutuk tindakan yang dilakukan Israel.
"DPP KNPI mendesak ketegasan sikap @DivHumas_Polri @PolriBareskrim @CCICPolri terhadap ABU JANDA. ABU JANDA ini harus ditangkap karena perilaku dia tidak sesuai dengan sikap resmi pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan pak Presiden @jokowi yang mendukung kemerdekaan Palestina," tulis Haris.
Gus Ulil singgung gerakan propaganda Israel
Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil pun mengajak masyarakat untuk melawan propaganda yang digaungkan oleh Zionis Israel dan simpatisannya.
Seperti diketahui, Israel menggunakan media sosial untuk menyebarkan propaganda mengenai konflik yang terjadi di Yerussalem maupun jalur Gaza, Palestina.
Bahkan, Gus Ulil menyebut, kini di Indonesia sudah mulai banyak simpatisan pendukung Zionis Israel akibat propaganda besar-besaran yang dilancarkan.
Baca juga: Semakin Memanas, Pasukan Berani Mati Brigade Al Qassam Tewaskan Tentara Israel di Perbatasan Gaza
Baca juga: Dilempar Batu, Alasan Israel Serang Jamaah Al Aqsa, Habiburokhman: Persis Belanda Bantai Rakyat Dulu
"Suara kita di medsos amat penting. Melawan propaganda Israel dan simpatisannya di Indonesia (dan seluruh dunia), sama pentingnya dengan perjuangan di lapangan," tulis Gus Ulil di media sosial Twitter, dilihat pada Sabtu (15/5/2021).
"Propaganda mereka harus dilawan, supaya legitimasi moral negara Israel makin keropos," imbuhnya.
Gus Ulil menilai, dukungan yang diberikan Indonesia kepada Palestina memang tidak akan banyak mengubah keadaan.
Israel, akan terus melancarkan aksinya demi mencapai ambisi besar mereka yakni menguasai tanah Palestina.
Baca juga: Israel Tewaskan Empat Ahli Rudal Hamas setelah Pertahanan Iron Dome Berhasil Ditembus
Baca juga: Strategi Israel Gunakan Buzzer di Medsos untuk Raih Simpati, Okky: Di Mana-mana Buzzer Memang Serupa
Meski demikian, perlawanan melalui media sosial menurut Gus Ulil tidak kalah penting untuk memberikan dukungan kepada rakyat Palestina.
"Ada yang bilang, apakah pembelaan orang-orang Indonesia atas Palestina ini akan mengubah keadaan? Jawabannya: jelas tidak. Seluruh dunia Islam bersatupun membela Palestina, mungkin tak mengubah keadaan. Tetapi minimal kita bersuara atas kezaliman," imbuhnya.
Jaring dukungan
Diberitakan Kompas,com, sekelompok buzzer asal Israel beberapa waktu lalu menggiatkan kampanye media sosial untuk menjaring dukungan bagi normalisasi diplomasi.
Meski berisi ajakan damai, pesan mereka enggan menggaung di kalangan masyarakat Arab.
Dari dalam kantor yang sempit dan dipenuhi peta Timur Tengah, sekelompok buzzer Israel melancarkan kampanye sosial media untuk memupuk penerimaan warga Arab terhadap negeri Yahudi tersebut.
Satuan tugas yang dibentuk Kementerian Luar Negeri itu menggunakan bahasa Arab untuk menyapa pengguna Facebook, Twitter atau Instagram.
Mereka adalah bagian dari upaya diplomasi Israel pasca-normalisasi hubungan dengan sejumlah negara Arab, seperti yang dilansir dari DW Indonesia pada Kamis (14/1/2021).
Namun, meredakan permusuhan yang dibina selama beberapa generasi bukan tugas mudah.
November lalu, sebuah unggahan swafoto selebriti Mesir, Mohamed Ramadan, bersama penyanyi pop Israel, Omer Adam, di Dubai memicu badai kecaman.
Terutama Ramadan dijadikan sasaran amukan publik Mesir. Padahal unggahan itu dibubuhi kalimat "seni menyatukan kita semua.”
Pejabat Israel mengakui tantangan yang diemban para buzzer pemerintah, terlebih ketika lini masa media sosial kadung dipenuhi konten pro-Palestina, atau bukti visual pelanggaran HAM oleh tentara pendudukan Israel.
Baca juga: Joel Carmel Pilih Berhenti Jadi Tentara Israel, Tak Kuat Melihat Kekejaman Zionis kepada Muslim
Yonatan Gonen yang mengepalai unit media sosial berbahasa Arab di Kemenlu mengatakan, foto Mohamed Ramadan diunggah untuk mempromosikan "normalisasi” antara bangsa Arab dan Israel.
Dia mengaku badai kecaman di media sosial memang mengecewakan, tapi menyadari prosesnya "membutuhkan waktu, orang mengubah pola pikirnya selama beberapa generasi.”
Baca juga: Ngabalin Sebut Busyro Muqoddas Ber-otak Sungsang, Ketua Muhammadiyah: Merusak Citra Jokowi
Baca juga: Hendropriyono Luluh, Tak Kuat Menahan Air Mata Saksikan Video dari Istri Jenderal Andika Perkasa
Harapan diutarakan Ofir Gandelman, juru bicara perdana menteri Israel. Menurutnya kini semakin banyak warga Arab yang melihat Israel sebagai sekutu, ketimbang musuh.
"Ketika perdamaian regional meluas, kemampuan berbicara dengan negara jiran dalam bahasa mereka sendiri menjadi sangat penting,” kata dia.
Tapi Dr Ala'a Shehabi, peneliti Inggris berdarah Bahrain di London, mengatakan sentimen publik Arab masih pro-Palestina.
Ihwal kampanye buzzer Israel, dia mengatakan "tidak bisa dikatakan sukses jika kampanye ini belum bisa mengubah pandangan umum.”
Diplomasi digital jangka panjang Israel membutuhkan dukungan publik Arab terhadap kesepakatan damai yang ditandatangani baru-baru ini.
Baca juga: Israel Tewaskan Empat Ahli Rudal Hamas setelah Pertahanan Iron Dome Berhasil Ditembus
Namun kesepakatan serupa yang sudah dijalin dengan Mesir sejak 1979 atau Yordania sejak 1994, hingga kini belum diterima sepenuhnya oleh masyarakat.
Oktober lalu, Kementerian Urusan Strategis melaporkan, antara Agustus dan September 2020 tercatat lebih dari 90 persen unggahan berbahasa Arab di media sosial membiaskan "normalisasi” sebagai hal negatif.
Baca juga: Slank Dicaci Warganet, Dituding Bungkam saat KPK Dilemahkan Hanya karena Dukung Jokowi
Baca juga: Semakin Memanas, Pasukan Berani Mati Brigade Al Qassam Tewaskan Tentara Israel di Perbatasan Gaza
"Israel harus menyiapkan kampanye online jangka panjang untuk meyakinkan bangsa Arab agar mendukung kemitraan yang lebih kuat dengan Israel,” begitu bunyi penggalan laporan tersebut, seperti dilansir Reuters.
Seorang pejabat kementerian mengklaim, pada Januari jumlah unggahan negatif terkait normalisasi, anjlok sebanyak 75 persen.