Hari Raya Idul Fitri

Pemudik Nekat Bakal Dikarantina Setibanya di Kampung Halaman, Menko PMK: Pemerintah Tidak Main-main

Pemerintah telah menyediakan dana untuk menyediakan fasilitas karantina untuk para pemudik.

istimewa
Pemantaun di pos penyekatan Sasak Jarang. Polda Metro Jaya menambah dua pos penyekatan larangan mudik di Bekasi. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, masyarakat yang nekat mudik akan dikarantina di kampung halamannya.

Pemerintah telah menyediakan dana untuk menyediakan fasilitas karantina untuk para pemudik.

"Tadi saya sudah meminta jaminan dari Kemendes PDTT dan Kemendagri, bahwa pembiayaan untuk itu akan ada dan sudah disediakan," ujar Muhadjir melalui keterangan tertulis, Senin (10/5/2021).

Baca juga: Rizieq Shihab Mengaku Kirim Surat Protes kepada Raja Arab Saudi, Baru Akhirnya Cekal Dicabut

Pemerintah, kata Muhadjir, telah jauh-jauh hari berkoordinasi agar Satgas Covid-19 dapat bersiaga mulai dari tingkat dusun, kelurahan, hingga kabupaten/kota.

Masing-masing juga telah menyediakan tempat karantina bagi pemudik yang nekat sampai di kampung halaman.

"Jadi ini tidak main-main pemerintah untuk memperketat mudik ini, sampai di tujuan akhir dari mereka yang nekat mudik."

Baca juga: Dites Acak, 4.123 Pemudik Dinyatakan Positif Covid-19

"Yang datang juga akan kita tangani, kita urus betul, kita karantina."

"Akan percuma saja nanti mudiknya," tutur Muhadjir.

Muhadjir melakukan pengecekan ke Gerbang Tol Cikarang untuk memastikan kelancaran di pos penyekatan keluar dari DKI Jakarta menuju Cikampek, Kaliurip, dan seterusnya.

Baca juga: LIVE STREAMING Konferensi Pers OTT KPK Terhadap Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat

Menurutnya, pelaksanaan protokol kesehatan telah dijalankan secara baik oleh petugas maupun pengguna jalan.

Hal itu sebagai upaya mencegah penularan atau munculnya kluster baru Covid-19.

Mantan Mendikbud ini mengungkapkan, proses pemutarbalikkan calon pemudik yang masih nekat telah diatur sedemikian rupa.

Baca juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 RI 10 Mei 2021: Dosis Pertama 13.475.087, Suntikan Kedua 8.755.256 Orang

Sehingga, tidak terjadi kekisruhan apalagi sampai menimbulkan kerumunan massa.

"Karena ini berkaitan dengan masalah kesadaran, yang belum sadar, disadarkan."

"Kalau pun seandainya nanti memang akhirnya ada yang lepas, pemudik itu pasti tetap akan diurus sampai di tingkat tujuan akhir dia," ucap Muhadjir.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Indonesia 10 Mei 2021: Pasien Baru Tambah 4.891, Sembuh 6.338 Orang, 206 Wafat

Pelarangan mudik ini, menurut Muhadjir, bukan untuk memutus tali silaturahmi.

Tetapi, untuk memutus penularan Covid-19, terutama dari desa ke kota.

4.123 Pemudik Positif Covid-19

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, ribuan pemudik positif Covid-19, saat dites oleh petugas pada penyekatan Operasi Ketupat di sejumlah lokasi.

Terdapat 4.123 orang pemudik yang dinyatakan positif Covid-19, dari 6.742 pemudik yang dites secara random.

"Operasi Ketupat kemarin jumlah pemudik yang dirandom testing dari 6.742, konfirmasi positifnya 4.123 orang," ujar Airlangga usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (10/5/2021).

Baca juga: Pembuat Video Ajak Lawan Larangan Mudik Bekas Wakil Ketua FPI Aceh, Kini Jadi Tersangka dan Ditahan

Mereka yang dinyatakan positif Covid-19, kata Airlangga, sebagian di antaranya ada yang kemudian dirawat di rumah sakit, dan sebagian lainnya isolasi mandiri.

"Dilakukan isolasi mandiri 1.686 orang dan dirawat 75 orang," bebernya.

Aparat kepolisian, kata Airlangga, melakukan penyekatan di 381 lokasi.

Baca juga: OTT Bupati Nganjuk Dikabarkan Dipimpin Pegawai KPK Tak Lulus TWK, ICW: Melampaui Cinta Tanah Air

Jumlah kendaraan yang telah diperiksa ada 113.694 unit, dan 41.097 di antaranya diminta putar balik.

"Pelanggaran travel gelap adalah 346 kendaraan," ungkapnya.

Berulang Kali Bilang Hati-hati, Jokowi Masih Sangat Khawatir Banyak Warga Mudik Lebaran

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta semua kepala daerah mewaspadai kenaikan kasus Covid-19, jelang Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah.

Hal itu disampaikan Jokowi saat memberikan pengarahan kepada kepala daerah Se-Indonesia, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (28/4/2021).

Berikut ini isi lengkap pernyataan Jokowi, dikutip dari laman setkab.go.id:

Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Melonjak Drastis Jadi 19, Jawa Nihil

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera bagi kita semuanya,

Om Swastiastu,

Namo Buddhaya,

Salam Kebajikan.

Yang saya hormati Bapak Wakil Presiden, para Menteri yang hadir;

Yang saya hormati para Gubernur, Wakil Gubernur, para Bupati, Wakil Bupati, para Wali Kota, Wakil Wali Kota beserta seluruh jajaran Forkopimda;

Bapak-Ibu hadirin yang berbahagia.

Saya ingin menyampaikan beberapa hal, utamanya mendekati Hari Raya Idul Fitri yang sebentar lagi akan datang, yaitu di pertengahan Bulan Mei.

Kenapa pertemuan sore hari ini kita adakan? Ada dua hal penting yang ingin saya sampaikan; yang berkaitan dengan Covid-19, yang kedua yang berkaitan dengan ekonomi. Saya ulang-ulang terus ini.

Kenapa Covid-19? Karena kita tahu perkembangan Covid-19 di India. Yang ini perlu saya ingatkan, karena kita juga menjelang masuk ke Hari Raya Idul Fitri.

India di bulan menuju ke Oktober, November, Desember menuju ke Januari, berhasil melandaikan kurvanya, dan bahkan saya ingat di Bulan Januari kita telepon pada Menteri Kesehatan India, kuncinya apa?

Beliau menyampaikan, kuncinya adalah micro lockdown. Sehingga kita adopsi di sini menjadi PPKM Skala Mikro.

Saat itu India berhasil menurunkan sampai ke 10 ribu kasus per hari, tetapi kita tahu hari-hari ini terjadi sebuah lonjakan yang sangat eksponensial di India, menjadi 350 ribu kasus aktif per hari.

Ini yang menjadi kehati-hatian kita semuanya. Hati-hati dengan perkembangan yang ada di India.

Dan juga tidak hanya di India, ada di Turki, kemudian ada di Brasil, dan beberapa di Uni Eropa.

Hati-hati, sekecil apapun kasus aktif yang ada di provinsi, di kabupaten, di kota yang Bapak Ibu pimpin, jangan kehilangan kewaspadaan.

Ikuti angka-angkanya, ikuti kurvanya, ikuti harian. Begitu naik sedikit, segerakan untuk ditekan kembali, agar terus menurun.

Hati-hati dengan yang namanya libur panjang, kita ini mau libur panjang di Idul Fitri.

Ingat tahun lalu, ada empat libur panjang yang kenaikannya sangat melompat.

Idul Fitri tahun lalu naik sampai 93 persen, libur Agustus tahun lalu naik sampai 119 persen, libur Oktober naik 95 persen, libur tahun baru kemarin naik sampai 78 persen.

Oleh sebab itu, hati-hati, hati-hati. Libur Paskah dua minggu yang lalu, naik kurang lebih hampir 2 persen, hati-hati.

Saya melihat beberapa daerah ini sudah mulai terjadi kenaikan, perlu saya sampaikan hati-hati.

Di daerah-daerah Sumatra Selatan, Aceh, Lampung, Jambi, Kalbar (Kalimantan Barat), NTT (Nusa Tenggara Timur), Riau, Sumbar, Bengkulu, Kepri (Kepulauan Riau), hati-hati ada kenaikan, karena grafis dan kurva harian itu selalu kita ikuti.

Saya ingat betul, pada Bulan Januari (2021) kita pernah mencapai 14 ribu sampai 15 ribu kasus aktif harian.

Sekarang, kita sudah berada di angka 4 ribu, 5 ribu,6 ribu, berhasil kita tekan di bulan Januari. Bed Occupancy Ratio (BOR) kita berada di atas 80 persen dan saya juga selalu memantau.

Ini yang selalu saya pantau harian itu di Wisma Atlet pernah mencapai 92 persen, tapi sekarang, dua minggu yang lalu turun menjadi 21 persen.

Sekarang, naik kembali sedikit jadi 25-26 persen, tapi terus akan kita tekan.

Jadi sekali lagi hati-hati dengan mudik Lebaran, hati-hati. Cek, kendalikan, dan pengaturan yang mudik itu sangat penting sekali.

Survei yang terkait dengan mudik, sebelum ada larangan mudik, yang mau mudik itu 89 juta orang, 89 juta orang, kurang lebih 33 persen dari penduduk kita.

Begitu ada larangan mudik turun menjadi 11 persen, tetapi juga angkanya masih 29 juta (orang).

Begitu kita sosialisasi, kita sampaikan, Gubernur, Bupati, Wali Kota juga menyampaikan mengenai larangan mudik, turun menjadi 7 persen, tapi angkanya juga masih besar, hati-hati, 18,9 juta orang yang masih akan mudik.

Oleh sebab itu, harus disampaikan terus mengenai larangan mudik ini agar bisa berkurang lagi.

Yang paling penting bagaimana kita menekankan sekali lagi mengenai disiplin, disiplin yang ketat terhadap protokol kesehatan, kuncinya ada di situ, kuncinya ada di situ.

Disiplinkan masyarakat secara ketat mengenai protokol kesehatan.

Saya betul-betul masih khawatir mengenai mudik di Hari Raya Idul Fitri yang akan datang.

Tapi saya meyakini apabila pemerintah daerah dibantu oleh Forkopimda, semuanya bergerak mengatur, mengendalikan mengenai disiplin protokol kesehatan, saya yakin kenaikannya tidak seperti tahun lalu 93 persen.

Kemudian, yang kedua mengenai vaksinasi. Saya titip terus vaksinasi massal,vaksinasi di daerah, jangan sampai ada yang berhenti.

Tugas pemerintah pusat, tugas saya adalah bagaimana menyiapkan vaksinnya, tapi kalau ada vaksin, jangan sampai ada yang distok. Stok itu cukup 5 persen.

Segera disuntikkan ke masyarakat, segera disuntikkan kepada target-target prioritas yang sudah beberapa kali saya sampaikan.

Karena sampai 27 April (2021), yang kita suntikkan baru kurang lebih 19 juta dosis (vaksin) dan harus kita kejar terus, agar target kita di Bulan Juli nanti bisa mencapai kurang lebih 70 juta orang.

Siapa yang harus disuntik dahulu? Saya kira, saya sudah berkali-kali saya sampaikan dan tidak perlu saya ulang.

Kemudian, yang berkaitan dengan ekonomi. Dengan kondisi yang sekarang kita kerjakan, bisa menekan laju penyebaran Covid-19, kasus harian Covid-19 bisa kita tekan.

Bulan Maret, April ini sudah kelihatan. Ekonomi sudah hampir menuju pada posisi normal, sehingga target kita secara nasional di tahun 2021 ini, target pertumbuhan kita 4,5 sampai 5,5 persen itu bisa kita capai.

Itu dimulai sangat tergantung sekali pada pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021. Artinya apa? April, Mei, Juni ini sangat-sangat menentukan.

Kalau kita bisa menekan Covid-19-nya tanpa membuat goncangan di ekonomi, inilah keberhasilan.

Target kita kurang lebih 7 persen harus tercapai. Kalau itu bisa tercapai, insyaallah kita pada kuartal berikutnya akan lebih memudahkan.

Kenapa kita optimis? Karena sudah kelihatan sekarang pabrik, industri, manufaktur, sudah bergerak.

Itu tercermin di dalam yang namanya Purchasing Managers Index (PMI), yang pada sebelum pandemi itu berada di angka 51 persen, sekarang justru sudah di atas kenormalan sebelum pandemi, yaitu sudah di angka 53,2 persen, sebelum pandemi itu di angka 51 persen.

Kemudian konsumsi listrik, sudah terjadi pertumbuhan. Konsumsi listrik sudah berada di angka naik, yang biasa negatif, negatif, negatif.

Ini sudah naik kurang lebih 3,3 persen, baik itu di industri, di rumah tangga, di pemerintahan, semuanya konsumsinya naik. Ini juga patut kita syukuri.

Kemudian, impor barang modal. Ini supaya kita semuanya juga tahu, impor itu penting, tetapi harus barang modal bukan barang konsumsi, itu sudah meningkat 33,7 persen, yang sebelumnya negatif. Sudah tumbuh 33,7 persen.

Kemudian indeks keyakinan konsumen juga naik. Yang sebelumnya 84,9 persen, 85,8 persen, ini sudah 93 persen. Ini juga patut kita syukuri. Artinya kita harus optimis.

Kemudian, indeks penjualan retail meningkat sampai 182,3 persen di Bulan Maret, artinya ada demand di situ, ada permintaan di situ, ada belanja di situ, ada konsumsi, kelihatan di indeks penjualan retail. Angka-angka seperti ini perlu kita ketahui semuanya.

Oleh sebab itu, saya mengajak kepada seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, segerakan yang namanya belanja pemda, belanja APBD segerakan.

Karena angka-angka yang saya lihat, yang tinggi itu baru belanja pegawai, tapi juga baru di angka 63 persen.

Belanja modal per akhir Maret kemarin, belanja modalnya baru 5,3 persen, baru 5 persen, 5,3 persen, baru 5 persen.

Padahal yang namanya perputaran uang di sebuah daerah itu sangat menentukan pertumbuhan ekonomi.

Jadi transfer dari pusat ke daerah itu tidak dibelanjakan, tapi ditaruh di bank. Ini yang menyebabkan nanti mengerem laju pertumbuhan ekonomi, ya di sini, hati-hati.

Akhir Maret saya lihat di perbankan daerah ada Rp 182 triliun, tidak semakin turun, semakin naik, naik 11,2 persen. Artinya, tidak segera dibelanjakan.

Bagaimana pertumbuhan ekonomi di daerah mau naik, kalau uangnya disimpan di bank?

Hati-hati, saya sudah sampaikan bolak-balik ke Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk mengingatkan semua daerah agar segera menyegerakan belanja, belanja APBD, baik belanja aparatur maupun belanja modal.

Tapi yang paling penting, belanja modal ini disegerakan, sehingga terjadi peredaran uang yang ada di daerah.

Hati-hati Rp182 triliun, ini uang yang gede sekali. Ini kalau segera dibelanjakan itu uang berputar di masyarakat akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang tidak kecil.

Bansos, bantuan UMKM, BLT Desa, segera dorong agar ini bisa diterima oleh masyarakat, tersampaikan kepada masyarakat, sehingga mereka bisa belanja.

Kalau ada belanja, artinya ada permintaan. Kalau ada permintaan, berarti akan ada pertumbuhan ekonomi di daerah itu.

Jadi segera cairkan BLT Desa, karena yang saya lihat per April kemarin yang sudah tersalurkan baru 32 persen, masih kecil sekali 32 persen, baru Rp1,5 triliun.

Angka-angka seperti ini selalu saya ikuti. Sehingga sore hari ini saya ingatkan kembali, karena itu penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.

Kalau daerah ada pertumbuhan ekonomi, kemudian secara agregat akan menjadi pertumbuhan ekonomi nasional.

Yang juga perlu saya ingatkan, yang terakhir mengenai investasi. Ini juga berulang-ulang kali saya sampaikan agar kemudahan pelayanan, kecepatan pelayanan itu diberikan oleh daerah, terutama yang berkaitan dengan perizinan.

Ini saya ulang-ulang terus, karena masih banyak saya dengar urusan perizinan terhambat dan lama, sehingga investasi baik dari yang kecil maupun yang menengah maupun yang besar, terhambat gara-gara perizinan yang tidak cepat.

Undang-undang Cipta Kerja mengamanatkan kita untuk cepat melayani perizinan.

Sekali lagi, kunci pertumbuhan ekonomi kita, ekonomi nasional kita, ekonomi daerah itu sangat tergantung sekali kepada investasi, karena APBN itu tidak bisa tumbuh signifikan.

APBD coba dilihat year-on-year (YoY)-nya juga tidak tumbuh secara signifikan.

Artinya, yang kita butuhkan adalah investasi dari swasta.

Investasi dari swasta itu akan muncul kalau pelayanan perizinan, kecepatan kita melayani mereka, bisa kita lakukan.

Kuncinya ada di situ, kunci pertumbuhan ekonomi nasional kita ada di investasi.

Kalau ada investasi, artinya akan ada tambahan peredaran uang yang ada di daerah maupun secara nasional.

Kalau ada investasi artinya income pajak kita akan naik. Kalau ada investasi di sebuah daerah, artinya akan terbuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada sore hari ini.

Saya tutup.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. (Fahdi Fahlevi)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved