Berita Nasional
Bangun Banyak Jalan Tol, Keuangan Waskita Karya Kian Terpuruk, Tanggung Utang hingga Rp89 triliun
Dalam laporan yang dirilis perusahaan, kerugian pada tahun 2020 lalu disebabkan adanya peningkatan beban pinjaman dari investasi jalan tol.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Pembangunan infrastruktur secara masif di kemepimpinan Presiden Joko Widodo berimbas pada melejitnya utang negara.
Termasuk utang para sejumlah perusahaan BUMN yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur tersebut.
Hal ini dialami oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Kondisi keuangan PT Waskita Karya (Persero) Tbk tengah dalam kondisi berdarah-darah.
BUMN karya ini bahkan mencatatkan rugi mencapai Rp 7,38 triliun.
Baca juga: Bongkar Utang yang Makin Menggunung, Said Didu Sarankan Pemerintah Bertaubat dan Buat Surat Wasiat
Dalam laporan keuangan perusahaan tahun 2020, angka rugi tersebut merupakan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.
Selain rugi cukup besar, perusahaan negara di bidang konstruksi ini juga terlilit utang menggunung plus beban bunga yang sangat tinggi.
Masih dalam laporan keuangan 2020, total utang perusahaan tembus Rp 89,011 triliun.
Dalam laporan yang dirilis perusahaan, kerugian pada tahun 2020 lalu disebabkan adanya peningkatan beban pinjaman dari investasi jalan tol.
Penyebab lainnya antara lain penurunan produktivitas proyek, serta beban operasional yang cukup besar akibat pandemi Covid-19.
Baca juga: WADUH, Tarif Listrik Bakal Naik di Tengah Pandemi, Segini Rincian Kenaikan Tagihan 900 dan 1.300 VA
Baca juga: Sebut Ahok Reinkarnasi Sun Go Kong, Lia Eden Sampaikan Pesan dari Tuhan Agar Ahok Jadi Presiden
Selain itu, proses divestasi yang telah direncanakan oleh Waskita pun tertunda pelaksanaannya akibat pandemi Covid-19.
Dari 5 ruas yang ditargetkan untuk dapat dilepas, hanya divestasi 1 ruasyang dapat terealisasi.
Di sisi lain, Waskita Karya membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 16,2 Triliun pada tahun 2020, atau terkoreksi 48 persen dibandingkan dengan Rp 31,4 Triliun pada 2019.
President Director Waskita, Destiawan Soewardjono mengatakan bahwa produktivitas Waskita pada tahun 2020, yang diukur dengan rasio order book burn rate to sales, hanya mencapai 24,6 persen.
Baca juga: Nama Jalan Tol Japek menjadi Jalan Layang MBZ, Adhie Massardi Anggap Aneh: Sebenarnya Ada Apa?
Capaian tersebut jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019 dimana rasio burn rate dapat mencapai 35 persen.
“Penurunan produktifitas secara langsung berdampak pada seluruh kinerja keuangan perusahaan,” kata Destiawan.
Waskita Karya juga mencatatkan beban operasi sebesar Rp 19,87 triliun atau 123 persen dari capaian pendapatan usaha pada periode 2020.
Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan beban bahan baku dan beban overhead akibat pandemi, serta adanya beberapa klasifikasi ulang dalam pos laba rugi.
Selama pandemi Covid-19, Waskita Karya pun harus mengeluarkan biaya tambahan untuk implementasi protokol kesehatan di lingkungan kerja perusahaan.
Meski secara konsolidasi mencatatkan rugi bersih, namun segmen bisnis jasa konstruksi Waskita Karya masih profitable biarpun diterpa pandemi.
Baca juga: Analis Sebut Iklim Main Forex di Indonesia Belum Kondusif, Beda dengan di Luar Negeri
Segmen bisnis jasa konstruksi tercatat menyumbang 90 persen dari total pendapatan Waskita di 2020.
Segmen tersebut mencatatkan pendapatan sebesar Rp 14,5 triliun dengan keuntungan bruto sebesar Rp 1,17 triliun atau rata-rata margin laba bruto sebesar 8 persen.
“Pada lini bisnis konstruksi yang menjadi core compentecy, Waskita masih sangat kuat,” terang Destiawan.
“Ditambah dengan transformasi yang sedang kami lakukan, kedepan kami yakin kami akan jadi lebih efisien sehingga keunggulan kompetitif kami juga meningkat,” sambung Destiawan.
Baca juga: Dikecam Banyak Pihak, Kajian Ramadan di PT Pelni Tidak Jadi Dibatalkan, Kristia Budiyarto Minta Maaf
Jual tol
Dia optimistis divestasi terhadap sejumlah ruas tolnya dapat terlaksana sehingga mampu mengurangi beban utang BUMN karya tersebut.
"Kami optimistis bahwa divestasi ruas tol tersebut dapat terlaksana, dan setelah satu ruas tol telah terealisasi ternyata investor banyak sekali yang ingin mengakuisisi ruas-ruas tol Waskita Karya," ujar Destiawan dilansir dari Antara.
Tahun ini Waskita Karya merencanakan ada 9 ruas tol yang disiapkan untuk divestasi.
Satu ruas tol sudah deal dan sudah dieksekusi oleh Waskita Karya.
Kemudian satu ruas lainnya dalam proses, sedangkan tiga ruas tol dilakukan divestasi dengan pola share swap.
"Masih ada lima ruas tol dan ini kami targetkan bisa terlaksana, apalagi tahun 2021 ini sovereign wealth fund Indonesia (INA) telah berfungsi dan beberapa ruas sudah kami bahas untuk diakuisisi oleh INA," kata Destiawan.
Dia mengatakan upaya divestasi ini akan membantu mempercepat, dan kalau itu terjadi maka upaya tersebut bisa mengurangi beban hutang Waskita Karya.
Baca juga: Bukit Algoritma Trending Topik, Megaproyek Bernilai Rp18 Triliun yang Dihandle Budiman Sudjatmiko
Baca juga: Farid Gaban Kuliti Budiman Sudjatmiko soal Konsep Silicon Valley yang Telan Anggaran Rp18 Triliun
Dalam paparannya, ia juga memaparkan strategi divestasi tahun ini di mana Waskita Karya melakukan proses penawaran terbuka untuk menarik minat investor lama dan baru.
Kemudian memberikan izin investor baru mengambil sebagian dari pembangunan jalan tol dengan imbalan hak pengusahaan dengan pembatasan waktu.
Strategi berikutnya adalah kesepakatan pertukaran saham non tunai dengan pemegang saham Waskita Tol Road yang ada.
Terakhir menerbitkan instrumen ekuitas seperti reksa dana penyertaan terbatas ekuitas danareksa (RDPT) sebagai alternatif bagi investor.
Sebelumnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR melalui Direktorat Jenderal Bina Marga memaparkan sembilan ruas tol yang akan didivestasikan atau pelepasan saham kepada pihak swasta pada tahun ini.
Baca juga: Muncul Gerakan Lengserkan Cak Imin, Pengamat Singgung Karma Masa Lalu saat Cak Imin Kudeta Gusdur
Baca juga: Giliran PKB Diterpa Gonjang-ganjing, Ratusan Ketua DPC Desak Munaslub Lengserkan Cak Imin
Sembilan ruas tol yang akan didivestasikan BUMN PT Waskita Karya kepada pihak swasta yakni ruas tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat, Cibitung-Cilincing, Cinere-Serpong, ruas tol Bogor-Ciawi-Sukabumi.
Kemudian ruas tol Depok-Antasari, ruas tol Pemalang-Batang, ruas tol Batang- Semarang, dan tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar. Porsi kepemilikan saham Waskita Karya di sembilan tol yang akan didivestasi tersebut berkisar mulai 25 persen sampai dengan 99,9 persen.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waskita Karya Rugi Rp 7,38 Triliun, Apa Sebabnya? "