Kebakaran Kilang Minyak
Dua YouTuber Terancam Enam Tahun Penjara, Sebarkan Hoaks Koban Kilang Balongan, Ini Deretan Faktanya
Kepolisian Polres Indramayu menangkap dua YouTuber pria dan wanita yakni SH (32) dan BS (19) akibat sebarkan kabar hoaks soal korban kilang Balongan.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Kepolisian Polres Indramayu menangkap dua YouTuber pria dan wanita, yakni SH (32) dan BS (19).
Dua YouTuber tersebut ditangkap kepolisian Polres Indramayu ini lantaran nekat menyebarkan kabar hoaks atau berita bohong
Kabar hoaks disebarkan YouTube ini mengenai adanya kasus pencurian terhadap para korban kebakaran kilang minyak Pertamina.
Diketahui sebelumnya, kilang minyak Pertamina terbakar di Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada Senin (29/3/2021) lalu.
Baca juga: UPDATE Kebakaran Kilang Balongan, Pertamina Klaim Berhasil Padamkan Api di Seluruh Tangki
Baca juga: Muncul Dugaan Kilang Balongan Sengaja Dibakar, Fahmy Radhi: Kalau Akibat Petir, Saya Tidak Percaya
Baca juga: POPULER Jabodetabek-Nasional: Kilang Balongan Sengaja Dibakar Hingga Motif Pencurian Rumah Kosong
Kini, SH dan BS harus berurusan dengan pihak kepolisian Polres Indramayu dan diketahui keduanya terancam hukuman penjara selama enam tahun.
Berikut ini informasi lengkap kasus dua YouTuber sebar hoaks soal korban kilang minyak Balongan jadi korban pencurian dan penjarahan.
Penjelasan Polisi
Mengenai kasus ini dijelaskan Kasat Reskrim Polres Indramayu, AKP Luthfi Olot Gigantara melalui Kanit II Tipidter Sat Reskrim Polres Indramayu, Ipda Ardian.
Ia mengatakan, dalam postingannya, mereka menyebut banyak sepeda motor hingga televisi milik warga dijarah maling karena ditinggal penghuninya.
Padahal, dalam insiden tersebut rumah-rumah warga aman dari aksi pencurian.
Baik petugas maupun warga yang masih bertahan di rumah banyak bersiaga di sejumlah titik mengamankan rumah-rumah warga yang kosong.
"Awalnya kita profiling, kita dapatkan identitas pengunggah awal, setelah itu kita amankan untuk kita bawa ke Polres dan kita mintai keterangan," ujar dia kepada Tribuncirebon.com di Mapolres Indramayu, Rabu (31/3/2021) malam.

Kepolisian Polres Indramayu menangkap dua YouTuber pria dan wanita, yakni SH (32) dan BS (19). (Kolase Tribunnews: Pennington Country Sheriff's Office dan Tribunjabar/Handika Rahman)
Ipda Ardian melanjutkan, penangkapan ini berdasarkan aduan dari masyarakat yang kini menjadi pengungsi akibat bencana tersebut.
Mereka mengaku resah dengan berita bohong yang dibuat pelaku dan melaporkan postingan itu ke polisi.
Dua Youtuber itu kemudian diamankan polisi pada Selasa (30/3/2021).
Dari tangan pelaku, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti meliputi gadget, laptop, dan tangkapan layar postingan pelaku.
Atas perbuatannya, dua Youtuber itu kini diancam dengan hukuman penjara paling lama 6 tahun dan denda paling banyak Rp 1 Miliar.
"Dua Youtuber ini kita kenakan Pasal 28 Ayat (2) Jo Pasal 45 Ayat (2) UU RI Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan atas UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik," ujar dia.
Permintaan Maaf
Mengaku kapok , dua Youtuber asal Kabupaten Indramayu ini berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Mereka juga meminta maaf telah membuat kegaduhan dengan postingan berita hoaks atau bohong yang dibuat keduanya.
Yakni soal banyaknya rumah warga korban pengungsi ledakan tangki BBM milik PT Pertamina RU VI Balongan yang kemalingan.
"Intinya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, mohon dimaafkan kepada seluruh masyarakat, terutama yang terdampak kejadian kemarin," ujar Youtuber SH kepada Tribuncirebon.com di Mapolres Indramayu, Rabu (31/3/2021) malam.
SH mengakui, informasi banyaknya warga yang kehilangan sepeda motor hingga televisi adalah tidak benar.
Ia membuat postingan tersebut atas dasar desas-desus yang beredar tanpa mengkonfirmasi kebenaran tersebut.
Dalam ini, ia mengakui, postingan itu sengaja dibuat demi konten.
"Karena saya pikir itu informasinya benar namun ternyata seperti yang disampaikan tim kepolisian ternyata itu tidak benar," ujar dia.
Update Kebakaran Kilang Balongan
PT Pertamina (Persero) menyampaikan telah berhasil memadamkan titik api terakhir di tangki Kilang Minyak Refinery Unit (RU) VI Balongan.
Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto menerangkan tim emergency Pertamina telah melakukan upaya firefighting yang intensif.
Pada pukul 14.35 WIB, seluruh titik api pada empat tangki T-301 berhasil dipadamkan.
"Alhamdulillah berkat kerja tim dan dukungan berbagai pihak seluruh titik api telah padam," ungkap Agus, Rabu (31/3/2021).
Agus menuturkan, sebelumnya, tim emergency telah berhasil memadamkan api di T-301H pada pukul 01.30 WIB dini hari, disusul T-301E pada pukul 06.44 WIB dan tangki T-301G pada pukul 08.30 WIB.
Untuk memastikan kondisi pemadaman di seluruh tangki terdampak, Pertamina masih terus melakukan pendinginan dan pengawasan hingga seluruh titik dinyatakan aman.
Kemudian jika dinyatakan tidak ada potensi api akan muncul kembali, selanjutnya persiapan untuk start up pengoperasian kilang akan mulai dilakukan.
"Terima kasih atas doa dan dukungan seluruh pihak dan masyarakat terkait penanggulangan insiden kebakaran di tangki T-301"
"Semoga Kilang Balongan dapat beroperasi kembali setelah inspeksi menyeluruh dilakukan," pungkas Agus.
Komentar pengamat
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyampaikan hipotesis bahwa ada dugaan kemungkinan insiden tersebut disengaja atau bukan kebakaran, melainkan dibakar.
"Tampaknya bayangan dan logika saya ke arah dibakar, tapi masih sekadar dugaan, hipotesis"
"Dugaan tadi didasari bahwa sistem pengamanan Pertamina mestinya standar internasional, berlapis"
"sehingga bisa mencapai zero accident untuk kilang yang strategis," ujarnya saat dihubungi Tribunnews, Selasa (30/3/2021).
Seperti diketahui, hipotesis atau anggapan dasar adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Sebelumnya, Pertamina mengatakan, penyebab terjadinya kebakaran Refinery Unit (RU) VI Balongan di Indramayu diduga akibat sambaran petir.
Namun, Fahmy mengaku tidak bisa menerima dugaan itu dengan akal sehat karena alasan seharusnya Pertamina memiliki sistem keamanan canggih.
"Saya meyakini ada sistem keamanan canggih. Kalau akibat petir, saya tidak percaya," katanya.
Lalu dasar hipotesis kedua yakni jika melihat sejarah, betapa sulitnya Pertamina membangun kilang, sehingga kali ini kemungkinan juga dipersulit di sisi operasional.
"Misal di Kilang Cilacap kerja sama dengan Aramco, setelah 5 tahun batal dan di Bontang dengan Oman, setelah setahun, (Oman) bilang tidak layak."
"Selain itu, di Tuban dengan Rusia berjalan lancar, tapi tiba-tiba ada masalah pembebasan lahan, belum dibangun juga," kata Fahmy.
Mantan anggota Tim Anti Mafia Migas tersebut menambahkan, dasar hipotesis ketiga adalah indikasi mendorong impor bahan bakar minyak (BBM) dengan mencegah Pertamina untuk membangun atau memaksimalkan produksi kilang.
"Saya duga kebakaran ini bagian untuk menghambat produksi kilang agar impor BBM. Jadi, 400 ribu barel ludes (akibat Kilang Balongan terbakar) tidak mungkin bisa dipenuhi dari kilang lainnya karena umurnya tua renta," tutur Fahmy
Dia menambahkan, dari sisi kesulitan Pertamina dalam membangun kilang sudah ada indikasi ketika dirinya jadi anggota Tim Anti Mafia Migas.
"Ada indikasi mencegah pembangunan kilang. Tujuannya memperbesar impor BBM karena dengan adanya kilang, impor BBM berkurang, mafia migas bermain untung di impor," pungkasnya.
Penjelasan Pertamina
Sekadar informasi tambahan, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menerangkan pihaknya hingga kini belum mengetahui pasti penyebab terbakarnya kilang Balongan.
Pertamina masih melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab pasti kebakaran.
"Penyebab kebakaran tersebut belum kita ketahui dengan pasti. Sampai saat ini kami masih melakukan investigasi dibantu oleh pihak-pihak berwenang sehingga fokus kami saat ini adalah menyelesaikan kondisi darurat di lapangan," kata Nicke, Senin (29/3/2021).
Kata BMKG
Sementara, Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono membeberkan hasil monitoring dari pihaknya.
Utama terkait fenomena petir yang terjadi di wilayah Balongan, Kabupaten Indramayu, saat Pertamina RU VI Balongan terbakar.
Ia mengatakan, BMKG telah menganalisis kejadian sambaran petir di sekitar lokasi Pertamina RU VI Balongan Indramayu pada jam perkiraan kejadian kebakaran tersebut.
Analisa tersebut menggunakan alat monitoring lightning detector yang berlokasi di BMKG Jakarta dan BMKG Bandung dari pukul 00.00 WIB-02.00 WIB.
Hasilnya, kerapatan petir berkumpul pada bagian barat Pertamina RU VI Balongan sejauh kurang lebih 77 kilometer.
"Tepatnya, di sekitar Subang dengan klasifikasi tingkat kerapatan petirnya sedang-tinggi," ujar Rahmat Triyono.
Rahmat menyampaikan, BMKG secara rutin memonitor aktivitas sambaran petir di seluruh wilayah Indonesia menggunakan lightning detector di 56 lokasi.
Monitoring dilakukan menggunakan alat lightning detector dengan Resolusi alat monitoring BMKG efektif pada radius 300 kilometer.
(Tribunjabar.id/Handhika Rahman/Tribunnews.com/Reynas Abdila/Yanuar Riezqi Yovanda)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Fakta-fakta Penangkapan 2 Youtuber, Sebarkan Hoaks Korban Kilang Balongan, Kini Terancam Bui 6 Tahun"