Virus Corona

Satgas: Fenomena Long Covid Pasien Sembuh Tidak Menular ke Orang Lain di Sekitar, Simak Gejalanya

Fenomena Long Covid yang dialami pasien usai sembuh dari infeksi tidak akan menular pada orang lain di sekitarnya.

Biro Pers/Setpres - Muchlis Jr
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, dengan melihat perkembangan yang positif ini, menjadi dasar bagi pemerintah menerapkan perpanjangan kebijakan PPKM dengan berbasis mikro hingga ke tingkat terkecil dalam masyarakat. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Angka pasien sembuh dari Covid-19 di Indonesia terus bertambah, meski angka pasien positif juga belum melandai secara signifikan.

Di tengah upaya penanganan Covid-19 secara nasional, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, fenomena Long Covid yang dialami pasien usai sembuh dari infeksi tidak akan menular.

Apa itu fenomena Long Covid?

Video: Konferensi Pers Menpora Terkait Evaluasi Prokes pada Laga Uji Coba

Fenomena Long Covid yang dialami pasien usai sembuh dari infeksi tidak akan menular pada orang lain di sekitar, ujar Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito.

"Mereka yang menderita Long Covid tidak akan menularkan ke orang di sekitar. Meski perlu ada penelitian lebih lanjut," katanya dalam konferensi pers melalui daring, Selasa (9/3/2021).

Long Covid merupakan suatu gejala Covid-19 jangka panjang yang dialami pasien beberapa bulan setelah infeksi atau saat masa pemulihan.

Baca juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca 3 Hari Kedepan Akibat Sirkulasi Siklonik Samudera Pasifik Utara

Baca juga: RSUD CAM Kota Bekasi Kini Dilengkapi Layanan Pusat Jantung, Vaskular dan Otak Terpadu

Gejala yang yang timbul umumnya kelelahan, kesulitan bernapas, batuk, sakit sendi dan sakit dada.

Gejala lainnya adalah sulit konsentrasi, depresi, sakit pada jaringan otot, sakit kepala, jantung berdebar, gatal, rambut rontok, indera penciuman dan perasa terganggu.

Meskipun jarang, ada juga yang mengalami komplikasi medis hingga mempengaruhi fungsi jantung, fungsi paru bahkan kerusakan ginjal akut.

Gejala Long Covid bisa dirasakan oleh mereka yang berusia muda, anak-anak, juga tanpa komorbid atau penyakit penyerta.

Fenomena Long Covid, dipastikan Wiku dapat menghambat produktivitas penderita.

Baca juga: Pemkab Bekasi Buka Segel Waterboom Lippo Cikarang, Kepala Satpol PP: Ini Kewajiban Manajemen

Meski dilaporkan tidak menular, namun Wiku mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan penerapan protokol kesehatan yang telah direkomendasikan para pakar.

Menurut penelitian WHO, umumnya mereka yang terpapar Covid-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang.

Namun, 10-15 persen penderita mengalami gejala berat dan 5 persen lainnya bahkan hingga kritis.

"Umumnya juga, mereka yang terpapar akan sembuh dalam dua sampai enam pekan. Tapi beberapa pasien baru merasakan gejala Long Covid setelah dinyatakan pulih," katanya.*

Linglung salah satu gejala "long" Covid

Linglung dan bingung merupakan salah satu gejala yang bagi pasien yang mengalami fenomena "long" Covid, di mana gejala Covid-19 tetap bertahan atau timbul lama setelah pasien pulih.

Baca juga: Baru Berusia 28 Tahun, Pemuda Ini Bisa Racuni 578 Juta Jiwa dari 12 Hektar Ladang Ganja

Ketua POKJA Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Erlina Burhan mengatakan, pasien Covid-19 seharusnya mengalami pemulihan setelah dua hingga enam pekan.

"Confusion, lingung, bingung, banyak lupa, mau ngomong sesuatu tapi bingung, ini tidak nyaman sekali," Erlina menyebutkan gejala "long" Covid dalam acara daring, Selasa.

Gejala lainnya meliputi rasa lelah, batuk, kongesti, sesak napas, juga anosmia, sakit kepala dan nyeri badan. Pasien yang mengalami ini juga merasakan diare, mual, juga nyeri abdomen dan nyeri dada.

Dari pasien usia 18-34 tahun yang punya kesehatan baik, sekitar 20 persen dilaporkan mengalami prolonged symptomps, ujar dia.

Baca juga: LIBUR Isra Miraj dan Hari Raya Nyepi ASN Dilarang Keluar Daerah, Ini Alasan Menteri Tjahjo Kumolo

Faktor risiko fenomena ini disebabkan oleh hipertensi, obesitas juga kondisi kesehatan mental.

Meski hasil pemeriksaan klinis menunjukkan kondisi pasien sudah normal, mereka yang mengalami fenomena ini umumnya masih merasakan keluhan hingga berbulan-bulan.

Umumnya, fenomena ini dirasakan orang yang terkena Covid-19 dengan gejala sedang, berat atau kritis.

Dia mengatakan, pasien harus ditangani berdasarkan gejala yang dirasakan.

Jika masih ada gejala yang terasa mengganggu padahal seharusnya sudah pulih sejak lama, berkonsultasilah kepada dokter yang terkait.

"Kalau sakit kepala, kasih obat sakit kepala, kalau masih batuk, berikan obat batuk. Pendekatannya multidisplin."

Dokter bilang "long" Covid bukan Covid-19 yang masih terjadi

Dokter spesialis paru lulusan Universitas Brawijaya Sylvia Sagita Siahaan mengatakan, long Covid bukanlah Covid-19 yang masih terjadi melainkan keluhan pasca pasien sembuh.

"Mereka (dengan long Covid) terus ada keluhan dan ternyata paling banyak dirasakan dari paru seperti sesak, batuk. Di organ lain termasuk jantung, berhubungan dengan sel saraf, gangguan penciuman, kelainan otak seperti sering linglung, lupa dan cenderung seperti depresi," kata dia dalam bincang interaktif yang digelar INSISI, Kamis (11/2/2021) malam.

Keluhan ini umumnya dialami mereka yang terkena Covid-19 gejala sedang dan berat atau kritis. Durasi keluhan bisa berbulan-bulan meskipun hasil pemeriksaan klinis menunjukkan kondisi pasien sudah normal.

"Ada pasien saya post (Covid-19) dari ICU, masih muda. Sudah selesai terkena Covid-19 dia merasa takut bersepeda, apalagi kalau sendirian. Takut tidak bisa pada trek menanjak, cemas tiba-tiba sesak. Padahal secara pemeriksaan tidak apa-apa," tutur Sylvia.

Kriteria seseorang dinyatakan sembuh dari Covid-19 saat hasil tes PCR menunjukkan dua kali negatif dalam jangka waktu lebih dari 24 jam.

Jadi, apabila dua hasil tes PCR sudah menyatakan negatif barulah dia disebut sembuh, terutama apabila disertai perbaikan dari hasil pemeriksaan klinis seperti rontgen ataupun laboratorium.

Menurut Sylvia, penyintas Covid-19 yang kembali menjalani perawatan karena merasakan gejala penyakit akibat virus SARS-CoV-2 kemungkinan mengalami long Covid bukannya reinfeksi yang kasusnya relatif jarang.

"Yang penting kalau sudah melawati masa akut Covid-19, sudah ada konversi swab atau sempat negatif dengan perbaikan klinis, saya rasa dia sudah sembuh. Secara teori memang virus hanya 10 hari ada di dalam tubuh, hanya di satu sisi penyakit ini baru masih banyak yang harus kita pelajari," tutur dia.

Perbaikan gejala yang merupakan sisa kerusakan akibat Covid-19 biasanya membutuhkan waktu.

Orang perlu menyesuaikan kondisi diri saat akan melakukan aktivitas atau dengan kata lain tak memaksakan diri.

Pakar kesehatan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), Vito A. Damay mengingatkan penyitas Covid-19 sembari menunggu gejala pulih tetap memberikan tubuh asupan makanan bergizi seimbang, termasuk protein dan zat miko.

"Asupan gizi dipenuhi, makan protein yang banyak supaya pembentukan sel kembali baik, konsumsi zinc, antioksidan, vitamin E untuk pemulihan," ujar dia. (Antaranews)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved