Virus Corona
Luhut Pandjaitan Yakin Indonesia Mampu Bentuk Herd Immunity dari Covid-19 dalam Dua Tahun
Bloomberg dalam analisanya pernah mengatakan, Indonesia butuh waktu 10 tahun untuk mencapai herd immunity.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan optimistis, kekebalan kelompok alias herd immunity dari Covid-19 di Indonesia, akan terjadi lebih cepat dibandingkan ramalan global.
Bloomberg dalam analisanya pernah mengatakan, Indonesia butuh waktu 10 tahun untuk mencapai herd immunity.
Namun Luhut yakin, cukup hanya dalam waktu 1 hingga 2 tahun lagi, Indonesia sudah mampu mencapai herd immunity. Tepatnya, pada tahun 2022 atau 2023.
Baca juga: Sama Seperti PDIP, PKB Dukung Revisi UU Pemilu tapi Tetap Ingin Pilkada Digelar 2024
"Angka itu (1-2 tahun) tidak aneh."
"Karena yang pertama, kesiapan vaksin Indonesia cukup," jelas Luhut dalam acara Economic Outlook 2021, Kamis (25/2/2021).
Ditambah lagi, Indonesia juga sudah memulai program vaksinasi yang dimulai dari para petugas tenaga kesehatan, petugas pelayanan publik, orang rentan, dan beberapa kategori lain.\
Baca juga: 5 Hal yang Harus Diketahui Sebelum Disuntik Vaksin Covid-19, Tak Perlu Makanan Khusus
Bahkan menurutnya, sampai dengan akhir Maret 2021, jumlah orang yang divaksin bisa mencapai 500 ribu per hari.
"Jumlah orang yang divaksin sekarang sudah ratusan ribu."
"Maret harapannya bisa 500 ribu orang per hari yang divaksin. Angka ini dipelihara," papar Luhut.
Baca juga: Mengaku Dikriminalisasi, Irjen Napoleon Bonaparte Diminta Ungkap Siapa Pihak yang Ia Tuduh
Sehingga dengan adanya hal tersebut, Luhut yakin keadaan perekonomian di Indonesia akan semakin baik sejalan dengan teratasinya pandemi Covid-19.
Sebelumnya, Bloomberg menghitung proses vaksinasi di Indonesia masih kalah cepat dari beberapa negara lain.
Bloomberg memprediksi, dengan tingkat vaksinasi saat ini, Indonesia baru bisa menjangkau 75 persen vaksinasi populasi, dengan dua dosis vaksin dan mengakhiri pandemi sekitar 10 tahun lagi.
Indonesia tidak sendiri, dengan analisis yang serupa, India dan Rusia juga memiliki waktu estimasi sama, yakni menunggu hingga satu dekade lamanya.
• Jika Bebas Tahun Depan, Anas Urbaningrum Baru Boleh Berpolitik Lagi pada 2027
Prediksi itu diambil setelah Bloomberg membangun basis data suntikan vaksinasi Covid-19 terbesar yang diberikan di seluruh dunia, dengan lebih dari 119 juta dosis diberikan di seluruh dunia.
Disebutkan Bloomberg (5/2/2021), salah satu jalan yang ditempuh untuk mengakhiri pandemi adalah dengan melakukan vaksinasi massal agar bisa kembali ke kehidupan normal.
Namun, program vaksinasi Covid-19 di Indonesia yang sudah dijalankan mulai pertengahan Januari 2021, dirasa belum maksimal.
• Wajib Bayar Denda dan Uang Pengganti Ratusan Miliar, Anas Urbaningrum Sanggup?
Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menuturkan, analisis Bloomberg bisa saja benar dan tentu bisa saja salah.
Zubairi mengatakan, Amerika Serikat yang notabene sebagai negara maju dan kaya, sampai saat ini belum mampu bebas dari Influenza, padahal vaksin influenza sudah ditemukan.
• UPDATE Vaksinasi Covid-19 Indonesia 6 Februari 2021: 777.096 Dosis Pertama, 137.207 Suntikan Kedua
"Analisis itu bisa keliru bisa benar. Kenapa? Amerika Serikat saja belum bebas dari influenza meski vaksinnya sudah lama ditemukan."
"Fakta lain, influenza memakan korban jiwa puluhan ribu orang tiap tahunnya di sana."
"Notabene mereka adalah negara yang disebut maju dan kaya," tulisnya, dikutip dari akun Twitter miliknya, Senin (8/2/2021).
• UPDATE Covid-19 di Indonesia 6 Februari 2021: Pasien Baru Tambah 12.156, 12.204 Orang Sembuh
Menurut Zubairi, berbicara terkait HIV/AIDS, juga menunjukkan hal yang sama, di mana negara maju juga belum mampu mengatasinya.
"Yang kedua, mari kita bicara penyakit HIV/AIDS. Apakah negara maju mampu mengatasinya? Tidak juga," ulasnya.
"Sejak kasus pertama dilaporkan pada 1981, belum juga teratasi sampai sekarang."
• Anies-Prabowo Bertemu, Pengamat: Tak Jauh dari Soal Revisi UU Pemilu
"Padahal, umur penyakitnya kan sudah 40 tahun dan masih saja banyak kasusnya," lanjut Zubairi.
Sehingga, berkaca dari hal di atas, jika ada analisis yang menyatakan Indonesia baru bisa mengakhiri pandemi Covid-19 setelah 10 tahun, memiliki kemungkinan benar.
"Ya kalau analisis menyatakan Indonesia baru bisa bebas pandemi 10 tahun lagi, ya kemungkinan benar."
• Tak Berbasis Ideologi dan Pragmatis Serta Oportunistik, Parpol di Indonesia Gampang Pecah
"Apalagi melihat fakta penyakit flu dan AIDS yang sampai sekarang belum juga teratasi," paparnya.
Namun, saat analisis itu mengatakan negara lain dapat lebih cepat mengatasi pandemi Covid-19, pernyataan tersebut bisa salah.
"Tapi, negara-negara lain yang diprediksi lebih cepat mengatasi pandemi Covid-19 ini juga kemungkinan salah."
"Kenapa? Ya saya pernah bilang bahwa Covid-19 ini berpotensi menjadi endemi baru, penyakit yang hanya ada di lokasi atau populasi tertentu," beber Zubairi. (Bambang Ismoyo)