Beredar Daftar 17 Calon Dubes yang Bakal Diuji DPR, Ada Nama Mantan Menkes Terawan Agus Putranto

Komisi I sebagai mitra yang membidangi urusan luar negeri, bakal menggelar fit and proper test pada masa persidangan mendatang.

ist
Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto disebut-sebeut ditunjuk Presiden Jokowi sebagai calon duta besar RI untuk Spanyol. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - DPR segera memproses surat pemerintah terkait pelaksanaan uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) para calon duta besar (dubes) sejumlah negara sahabat.

Komisi I sebagai mitra yang membidangi urusan luar negeri, bakal menggelar fit and proper test pada masa persidangan mendatang.

"Komisi I sendiri baru akan membahas surat tersebut, dilanjutkan dengan fit and proper test di masa sidang mendatang," kata anggota Komisi I DPR Christina Aryani saat dikonfirmasi Tribunnews, Jumat (19/2/2021).

Baca juga: Pertanyaannya Dianggap Provokasi, Jusuf Kalla: Jangan Terlalu Baper Lah, Apa-apa Curiga

Kata Christina, surat Presiden terkait nama-nama dubes telah disampaikan dalam rapat paripurna penutupan masa sidang yang lalu.

"Saya berasumsi surat tersebut sudah diteruskan ke pimpinan Komisi I," ujarnya.

Terkait nama- nama calon dubes yang beredar, misalnya Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani hingga mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Christina belum bisa mengonfirmasi kebenarannya.

Baca juga: Marzuki Alie Ungkap SBY Pernah Sebut Megawati Kecolongan Dua Kali, Begini Respons Sekjen PDIP

Namun dipastikan Komisi I DPR segera memproses setelah pembukaan masa sidang selanjutnya, yang direncanakan pada Maret mendatang.

"Iya (segera diproses) karena sudah dibacakan di paripurna soal masuknya surat Presiden tersebut," ucap politikus muda Partai Golkar itu.

Daftar nama calon Duta Besar (Dubes) RI di beberapa negara sahabat beredar melalui pesan berantai atau broadcast.

Baca juga: Marzuki Alie Ungkap SBY Pernah Sebut Megawati Kecolongan Dua Kali, Andi Arief: Statement Hantu!

Dari daftar nama yang beredar, ada nama mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Terawan menjadi calon Dubes RI di Madrid, Spanyol.

Selain nama Terawan, juga ada beberapa nama lainnya seperti Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Roeslani sebagai calon Dubes RI untuk Washington DC, Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Kapan Kapolri Tunjuk Kabareskrim Baru? Kadiv Humas: Enggak Lama Lagi

Ada juga nama politikus PDIP Zuhairi Misrawi yang didapuk menjadi calon dubes untuk Kerajaan Arab Saudi.

Berikut ini daftar nama calon dubes yang beredar di publik:

DC: Rosan Roeslani;

Riyadh: Zuhairi Misrawi;

Madrid: Terawan AP;

Zagreb: Suwartini Wirta;

Wina: Damos D Agusman;

Canberra: Siswo Pramono;

Ottawa: D. Tumpal Simanjuntak;

Roma: M Prakosa;

Delhi: Ina Krisnamurthi;

Athena: Bebeb Djundjunan;

NY: Tata Nasir;

Warsawa: Anita Luhulima;

Bratislava: Pribadi Sutiono;

Dili: Okto D Manik;

Wellington: Fientje Suebu;

Dar es Salaam: Triyogo Jatmiko;

Paris: M. Oemar.

Vaksin Nusantara

Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto tengah mengembangkan Vaksin Nusantara untuk melawan virus corona.

Pengembangan Vaksin Nusantara tersebut dilakukan Terawan bersama tim peneliti di laboratorium RSUP Kariadi Semarang, Jawa Tengah.

"Kami bersama-sama dengan teman-teman dari Aivita Biomedical Corporation dari Amerika Serikat dan juga dengan Universitas Diponegoro dan Rumah Sakit Kariadi Semarang ini bahu-membahu mewujudkan vaksin berbasis dendritic cell," kata Terawan saat diwawancarai KOMPAS TV.

Menurut dia, Vaksin Nusantara tersebut akan memberikan imunitas yang bisa bertahan lama.

"Dampaknya apa? Tentunya akan memberikan kekebalan terhadap Covid-19 dan karena ini sifatnya menjadi imunitas yang seluler tentunya akan bertahan lama, karena tingkatnya di sel bukan imunitas humoral tapi seluler," jelasnya.

Masuk Uji Klinis Fase II

Setelah melewati persiapan beberapa bulan, vaksin buatan anak negeri ini mulai dikembangkan sejak Desember dan selesai uji klinis fase I pada akhir Januari 2021.

Saat ini, pengembangan vaksin ini telah memasuki tahapan uji klinis fase II yang sudah berjalan mulai Februari 2021.

Dosen dan tim peneliti, Dr. Yetty Movieta Nency SPAK mengatakan, temuan vaksin tersebut menggunakan metode berbasis sel dendritik autolog yang bersifat personal.

Sel dendritik autolog sendiri merupakan komponen dari sel darah putih yang dimiliki setiap orang lalu dipaparkan dengan antigen protein S dari SARS-COV-2.

Kemudian, sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali.

Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS COV-2.

"Posedurnya dari subyek itu kita ambil sel darah putih kemudian kita ambil sel dendritik. Lalu di dalam laboratorium dikenalkan dengan rekombinan dari SARS-COV-2.

"Sel dendritik bisa mengantisipasi virus lalu disuntikkan kembali. Komponen virus tidak akan masuk lagi ke tubuh manusia karena sel dendritik yang sudah pintar tadi," ujarnya saat ditemui di RSUP Kariadi Semarang, Rabu (17/2/2021), dikutip dari Kompas.com.

Ia menjelaskan, kelebihan dari Vaksin Nusantara ini selain aman karena melewati tahapan yang ketat dan panjang, juga bersifat personal.

"Aman karena memakai darah pasien sendiri dan memicu tubuh sendiri untuk menimbulkan kekebalan. Jadi Insya Allah halal karena tidak mengandung komponen lain seperti benda-benda atau binatang.

"Harganya juga murah diperkirakan sekitar 10 USD atau di bawah Rp 200.000 setara dengan harga vaksin-vaksin lainnya," ucapnya.

Bersifat Personal

Kelebihan lainnya, sel dendritik bersifat personal karena baru diproses setelah diambil dari masing-masing orang yang akan divaksin.

Hal itu dapat menghemat produksi massal yang berpotensi adanya stok sisa dan terbuang.

"Jadi pasien yang memang membutuhkan, baru dibuat maka akan menghindari adanya bahan-bahan dan stok yang tidak terpakai," katanya.

Selain itu, pengelolaan vaksin dinilai cukup sederhana dan efisien karena dapat memotong biaya penyimpanan dan pengiriman.

"Karena kan mahal sekali, vaksin harus ada cooler box kalau dipindahkan ke tempat lain harus diatur suhunya, peralatannya mahal jadi yang bisa dipotong alur-alur seperti itu sehingga pemberian vaksin personalize ketika ada pasien yang mau vaksin baru diambil darahnya kemudian diolah itu menjadi efisien," ujarnya. (Chaerul Umam)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved