Imlek
Mengenal Cap Go Meh yang akan Dirayakan pada 26 Februari 2021, Budaya Sampai Makanannya
Meski perayaan Cap Go Meh tak bisa sepenuhnya dirayakan akibat pandemi Covid-19 tak ada salahnya tahu tentang budaya Tionghoa ini
Penulis: Dian Anditya Mutiara | Editor: Dian Anditya Mutiara
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Setelah perayaan Tahun Baru Imlek, warga Tionghoa akan kembali merayakan Cap Go Meh
Dalam rangka merayakan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 12 Februari 2021, ada baiknya mengenal perayaan Cap Go Meh yang sudah berlangsung berabad-abad ini.
Namun, perayaan Cap Go Meh tahun ini diperkirakan tidak akan digelar karena pandemi Covid-19 di Indonesia semakin meningkat.
Kapan perayaan Cap Go Meh 2021 ini?
Baca juga: Perajin Barongsai Sesali Pandemi Virus Corona, Imlek 2572 Sepi Pesanan
Tahun Baru Imlek pada tahun ini jatuh pada tanggal 12 Februari 2021 sedangkan Cap Go Meh jatuh pada tanggal ke-15 setelahnya.
Dengan begitu, maka perayaan Cap Go Meh tahun 2021 akan jatuh pada Hari Jumat, tanggal 26 Februari 2021.
Dikutip dari infotionghoa, Cap Go Meh melambangkan hari kelima belas (hanzi : 十五暝; pinyin : Shíwǔ míng) bulan pertama Imlek dan merupakan hari terakhir dari rangkaian masa perayaan Imlek bagi komunitas migran Tionghoa yang tinggal di luar China.
Istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkian yang bila diartikan secara harafiah bermakna “15 hari atau malam setelah Imlek”.
Baca juga: Libur Imlek, Keberangkatan Penumpang dari Terminal Kampung Rambutan Sepi
Bila dipenggal per kata, ‘Cap’ mempunyai arti sepuluh, ‘Go’ adalah lima, dan ‘Meh’ berarti malam.
Perayaan Cap Go Meh atau perayaan lampion ini tidak hanya dirayakan di Indonesia saja.
Beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura juga ikut merayakan hari raya ini.
Di negara Tiongkok, festival Cap Go Meh dikenal dengan nama Festival Yuanxiao (元宵节; Yuánxiāo jié) atau Festival Shangyuan.
Perayaan ini awalnya dirayakan sebagai hari penghormatan kepada Dewa Thai Yi.
Dewa Thai Yi sendiri dianggap sebagai Dewa tertinggi di langit oleh Dinasti Han (206 SM – 221 M).
Perayaan Cap Go Meh di tanah air kerap dilaksanakan di jalan raya dengan melakukan kirab.
Upacara ini dirayakan secara rutin setiap tahunnya pada tanggal 15 bulan pertama menurut sistem penanggalan kalender Imlek.
Upacara ini dahulu dilakukan tertutup hanya untuk kalangan istana dan belum dikenal secara umum oleh masyarakat Tiongkok.
Upacara ini dilakukan pada malam hari; untuk itu perlu disiapkan penerangan dengan lampu-lampu lampion yang dipasang sejak senja hari hingga keesokan harinya.
Inilah yang kemudian menjadi lampion-lampion dan aneka lampu berwarna-warni yang menjadi pelengkap utama dalam perayaan Cap Go Meh.

Ketika pemerintahan Dinasti Han berakhir perayaan ini menjadi lebih terbuka untuk umum. Saat Tiongkok dalam masa pemerintahan Dinasti Tang, perayaan ini juga dirayakan oleh masyarakat umum secara luas. Festival ini adalah sebuah festival dimana masyarakat diperbolehkan untuk bersenang-senang.
.Saat malam tiba, masyarakat akan turun ke jalan untuk menikmati pemandangan lampion berbagai bentuk yang telah diberi berbagai hiasan.
Di malam yang disinari bulan purnama sempurna, masyarakat akan menyaksikan tarian naga (masyarakat Indonesia mengenalnya dengan sebutan ‘Liong’) dan tarian Barongsai.

Mereka juga akan berkumpul untuk memainkan sebuah permainan teka-teki dan berbagai macam permainan lainnya, sambil menyantap sebuah makanan khas bernama Yuan Xiao atau Wedang Ronde.
Tentu saja, malam tidak akan menjadi meriah tanpa kehadiran kembang api dan petasan.
Yuan Xiao sendiri adalah sebuah makanan yang menjadi bagian penting dalam festival tersebut.
Yuan Xiao atau juga biasa disebut Tang Yuan adalah sebuah makanan berbentuk bola-bola yang terbuat dari tepung beras.
Bila ditilik dari namanya, Yuan Xiao mempunyai arti ‘malam di hari pertama’.
Makanan ini melambangkan bersatunya sebuah keluarga besar yang memang menjadi tema utama dari perayaan Hari Imlek.
Hidangan Cap Go Meh
Tak ubahnya sebuah perayaan, Cap Go Meh rasanya tak lengkap tanpa kuliner-kuliner khas yang mewarnainya.
Ada beberapa jenis makanan yang selalu hadir dalam perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh di Indonesia, mulai dari lontong hingga onde-onde.
1. Lontong Cap Go Meh

Di Indonesia, keluarga peranakan Tionghoa bakal berkumpul dalam momen Cap Go Meh.
Kumpul-kumpul keluarga akan semakin gembira dengan masakan istimewa Lontong Cap Go Meh.
Pada dasarnya, Lontong Cap Go Meh merupakan makanan perpaduan China dan Jawa.
Kuliner ini diyakini melambangkan akulturasi kedua budaya.
Tak ubahnya ketupat dan opor ayam di Hari Lebaran, lontong ini juga disajikan dengan beberapa lauk pelengkap, seperti opor, sayur lodeh, telur pindang, dan masih banyak lagi.
"Orang China membuat lontong cap go meh, terinspirasi dari ketupat tetapi ada bedanya dengan ketupat, lontong tak bersudut," kata ahli gastronomi dari Universitas Gadjah Mada, Murdijati Gardjito saat dihubungi KompasTravel, belum lama ini
Bentuk lontong yang bulat, menurut Murdijati, adalah representatif dari bulan purnama. Perbedaan lainnya, lontong dibuat menggunakan daun pisang dengan cara yang lebih sederhana, bukan janur kelapa yang dianyam membentuk ketupat.
Senada dengan Murdijati, Pemerhati budaya Tionghoa, Agni Malagina menyebutkan bahwa lontong cap go meh berasal dari budaya umat muslim.
Contohnya di Lasem, Jawa Tengah ada lontong bentuk segi tiga. Mirip denagn lontong China Peranakan.
Menurutnya, dalam dunia kuliner saling serap dan saling pinjam resep dan teknik pembuatan adalah hal yang lumrah terjadi.
"Lontong Cap Go Meh ini bentuk makanan adaptasi, bentuk baru untuk kaum peranakan. Bukan menggantikan, mereka menghormati tradisi masyarakat setempat (di pesisir Laut Jawa). Lontong Cap Go Meh ini murni untuk merayakan Cap Go Meh. Mereka ingin memunculkan identitas asli mereka karena kan peranakan itu gak tahu resep masakan asli,” kata Agn
Lontong Cap Go Meh sendiri adalah hanya ditemukan di pesisir Laut Jawa.
Di daerah-daerah peranakan China lain seperti di Singkawang, Palembang, atau Bangka Belitung tidak mengenal budaya makan lontong cap go meh.
“Akulturasi di Bangka Belitung, Singkawang di Pontianak, memang baru-baru datang ke nusantara pada abad ke-19 karena untuk mengisi tenaga kerja perkebunan dan tambang. Interaksi dan asimilasi di sana kurang mendalam dibandingkan imigran-imigran dari China ke Pulau Jawa,” tambahnya
2. Kue Keranjang

Kue ini akan hadir sepanjang perayaan, bahkan sebelum Tahun Baru Imlek. Kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula ini mulai disajikan sejak tujuh hari menjelang Tahun Baru Imlek.
Namun, sebagai sesaji, biasanya kue ini tidak dimakan hingga Cap Go Meh.
Kue ini berbentuk bulat akibat cetakan keranjang tempatnya dibuat. Ia memiliki rasa manis dan gurih dengan tekstur yang kenyal, juga lengket.
Bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek dapat terus bersatu dan rukun menghadapi masa yang akan datang.
Di China, kue ini dikenal dengan sebutan Nian Gao. Nama ini diambil dari istilah wadah cetak yang bentuknya menyerupai keranjang.
Orang-orang Tionghoa percaya bahwa kue ini disajikan untuk menyenangkan Dewa Tungku yang memberikan kabar baik ke surga.
3. Onde-onde

Camilan bulat kecil, kenyal, dan garing ini juga menjadi salah satu ciri khas perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh. Menurut orang-orang Tionghoa, menyantap onde-onde saat Cap Go Meh tak ubahnya reuni keluarga
Onde-onde terbuat dari tepung terigu atau tepung ketan yang digoreng. Adonan yang telah digoreng garing kemudian dibubuhi biji wijen.
Bentuknya yang bulat dan berwarna kekuningan setelah digoreng konon melambangkan keberuntungan.
Selain itu, onde-onde juga bermakna harapan akan kehidupan yang semakin berkembang dan lebih baik.
Makanan ini berawal saat zaman Dinasti Tang. Onde-onde menjadi kue resmi Xian yang disebut ludeui pada zamannya.