Virus Corona Jabodetabek
Tak Berniat Terapkan Lockdown Akhir Pekan, Anies Baswedan: Virus Menyebar Tak Kenal Waktu
Atas hal itu, ia menegaskan Pemprov DKI akan terus menerapkan PSBB yang dibarengi dengan implementasi di lapangan secara tertib.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan tak punya rencana melakukan lockdown akhir pekan.
Kebijakan PSBB ia sebut akan tetap jadi pilihan.
Menurutnya, pembatasan kegiatan maupun penerapan protokol kesehatan, harus dijalankan secara bersama dan setiap saat, bukan cuma pada waktu tertentu.
• Diseret Demokrat Soal Isu Kudeta AHY, Nasdem: Terlalu Sering Nonton Game of Thrones, PKB: Ngaco!
Sebab, penyebaran virus seperti Covid-19 tidak kenal waktu.
"Pembatasan kegiatan, serta segala protokol kesehatan yang berlaku di dalamnya harus kita jalankan secara bersama-sama, secara tertib setiap saat," kata Anies, Jumat (5/2/2021).
"Bukan hanya di akhir pekan, bukan hanya di malam hari."
• 1.250 WNI Jadi Teroris di Suriah dan Irak, Ada yang Tewas, Ditahan, dan Tinggal di Tenda Pengungsian
"Karena virusnya tidak kenal waktu dan bisa menyebar terus-menerus lewat siapapun juga," tegasnya.
Atas hal itu, ia menegaskan Pemprov DKI akan terus menerapkan PSBB yang dibarengi dengan implementasi di lapangan secara tertib.
"Kita akan memastikan bahwa implementasi di lapangan berjalan dengan baik dan tertib," ucapnya.
• UPDATE Covid-19 di Indonesia 5 Februari 2021: 11.749 Pasien Baru, 9.674 Sembuh, 201 Meninggal
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengingatkan masyarakat agar patuh dan tak abai prinsip protokol kesehatan seperti 3M, menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker.
Kata dia, alangkah lebih baik lagi jika masyarakat punya kesadaran untuk tetap beraktivitas dari rumah.
"Maka, saya ingatkan kembali kepada kita semua, pentingnya menjaga 3M, terus memakai masker, terus menjaga jarak, sering-sering mencuci tangan."
• Andi Mallarangeng Bilang Moeldoko Klaim Didukung PKB dan NasDem Maju di Pilpres 2024
"Dan atas kesadaran sendiri berdiam di rumah saja bila tidak ada keperluan yang mendesak, tidak ada keperluan yang mendasar," imbaunya.
"Sekali lagi klarifikasi ini saya berikan bahwa tidak ada rencana lockdown di akhir pekan di DKI Jakarta."
Anies menyatakan, Pemprov DKI saat ini tidak dalam posisi mempertimbangkan, apalagi menetapkan kebijakan lockdown akhir pekan, sebagaimana pemberitaan yang berkembang belakangan ini.
• Djoko Tjandra Ajukan Diri Jadi Justice Collaborator, ICW: Lalu Siapa Pelaku Utamanya?
Ia menegaskan, informasi yang menyebut DKI tengah mengkaji kebijakan lockdown akhir pekan, tidaklah benar.
"Kami tidak di dalam posisi mempertimbangkan apalagi menetapkan bahwa akan ada lockdown di akhir pekan di Jakarta. Itu tidak benar," ucapnya.
Alih-alih lockdown akhir pekan, Pemprov DKI kata Anies masih terus menjalankan kebijakan PSBB, yang selaras dengan rencana perpanjangan kembali kebijakan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pemerintah pusat.
• UPDATE Vaksinasi Covid-19 Indonesia 5 Februari 2021: 744.884 Dosis Pertama, 120.725 Suntikan Kedua
"Saat ini kami masih terus menjalankan kebijakan PSBB, seperti arahan PPKM pemerintah pusat yang akan kembali diperpanjang," jelasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (Zulhas) meminta pemerintah menerapkan lockdown akhir pekan, untuk menekan penyebaran Covid-19.
"Fraksi saya sudah menyampaikan, kita perlu akhir pekan ada lockdown," ujar Zulhas di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (1/2/2021).
Menurutnya, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang berjalan pada saat ini tidak efektif, dan sudah diakui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca juga: Ada Dugaan Perbuatan Melawan Hukum, Besok Bareskrim Gelar Perkara Soal 92 Rekening FPI
"Saya sendiri sudah tiga keluarga (kena Covid-19), satu meninggal, ada yang lagi dirawat sudah agak pulih, jadi memang nyata."
"Dua staf saya, ajudan saya dua sudah kena."
"Jadi memang ini luar biasa, jangan dianggap kebijakan yang ada sudah bagus, bahkan sekarang bertambah berat," tutur Wakil Ketua MPR itu.
Baca juga: Epidemiolog Bilang Virus Nipah Berpotensi Besar Jadi Pandemi, Setengah Penduduk Wilayah Bisa Habis
Oleh sebab itu, Zulhas berharap kesungguhan pemerintah dalam menekan Covid-19, satu di antaranya melalui kebijakan lockdown akhir pekan.
"Saya kira dari kesungguhan kita, apalagi kalau libur itu kan luar bisa (penyebaran Covid-19)," papar Zulhas.
Sebelumnya, anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay menyarankan pemerintah melakukan lockdown akhir pekan (LAP), untuk menekan penyebaran Covid-19.
Baca juga: Petugas Rutan KPK yang Dipukul Mantan Sekretaris MA Nurhadi Melapor ke Polsek Setiabudi
Menurutnya, penerapan PSBB dan PPKM yang sudah dijalankan, belum menunjukkan hasil maksimal.
Bahkan, saat ini jumlah orang terpapar Covid-19 sudah menembus 1 juta lebih.
"Lockdown akhir pekan itu dimaksudkan untuk mengurangi pergerakan masyarakat di ruang publik."
Baca juga: KNPI Kembali Laporkan Abu Janda ke Bareskrim, Kali Ini karena Sebut Islam Arogan
"Masyarakat yang tinggal di zona merah dan oranye tidak boleh ke luar rumah di akhir pekan," ujar Saleh kepada wartawan, Jakarta, Sabtu (30/1/2021).
"Mulai dari Hari Jumat malam, sekitar pukul 20.00, sampai dengan Senin pagi pukul 05.00."
"Artinya, masyarakat tidak ke luar selama 2 hari 3 malam," jelasnya.
Baca juga: Kapolri: Ada Komunikasi yang Terputus Antara Umara dan Ulama
Saleh melihat, masyarakat paling banyak ke luar rumah saat akhir pekan, seperti ke mal atau ke tempat wisata.
"Itu yang sering kali menciptakan kerumunan."
"Dengan lockdown akhir pekan, hal tersebut dapat dihindarkan," ucap Ketua Fraksi PAN DPR itu.
Baca juga: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo: Dari Dulu Kelemahan Kita Mudah Terpecah Belah
Saleh pun meyakini LAP tidak terlalu mengganggu kegiatan perekonomian, karena sejak Senin sampai Jumat, kegiatan ekonomi tetap berlangsung seperti biasa.
"Walaupun lockdown akhir pekan, kegiatan ekonomi yang menyangkut kebutuhan pokok warga tetap boleh dijalankan."
"Misalnya, pemenuhan bahan makanan, minum, obat, dan lain-lain."
Baca juga: KPK Minta Kuasa Hukum Nurhadi Jangan Giring Opini Keliru Soal Insiden Pemukulan Petugas Rutan
"Di luar itu, mereka yang ke luar harus diberi sanksi berupa denda, dan dilakukan secara tegas," papar Saleh.
Terkait pandangan LAP belum tentu maksimal, Saleh menyebut Turki berhasil mengurangi penyebaran Covid-19 dalam skala tertentu dengan menerapkan kebijakan tersebut.
"Bolehlah dicoba. Biar ada sedikit variasi kebijakan, kalau sudah dicoba, nanti enak untuk mengevaluasinya," usulnya.
Baca juga: Cuitan Abu Janda Bikin Gaduh, Yenny Wahid: NU Diajari untuk Mengayomi, Tidak Membuat Keresahan
Sementara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) tidak efektif.
Hal itu ia sampaikan saat rapat terbatas mengenai pendisiplinan melawan Covid-19, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (29/1/2021).
Berikut ini pernyataan lengkap Jokowi di rapat tersebut, seperti dikutip Wartakotalive dari laman setkab.go.id.
Baca juga: Habiburokhman Pimpin Majelis Kehormatan Partai Gerindra, Wagub DKI Jadi Anggota
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh;
Selamat siang;
Salam sejahtera buat kita semuanya.
Saya ingin menyampaikan yang berkaitan dengan PPKM, tanggal 11 Januari sampai 25 Januari.
Kita harus omong apa adanya, ini tidak efektif.
Mobilitas juga masih, tinggi, karena kita memiliki indeks mobility-nya ada, sehingga di beberapa provinsi Covid-19-nya tetap naik.
Saya ingin Menko ajak sebanyak-banyaknya pakar epidemiolog, sehingga dalam mendesain kebijakan itu betul-betul bisa lebih komprehensif.
Sebetulnya esensi-esensi dari PPKM ini kan membatasi mobilitas, namanya saja kan pembatasan kegiatan masyarakat.
Tetapi yang saya lihat di implementasinya ini kita tidak tegas dan tidak konsisten.
Ini hanya masalah implementasi ini.
Sehingga saya minta betul-betul turun ke lapangan, ada di lapangan.
Tetapi juga siap dengan cara-cara yang lebih praktis dan sederhana, agar masyarakat tahu apa sih yang namanya 3M itu.
Siapin juga masker yang memiliki standar-standar yang benar.
Sehingga masyarakat kalau yang enggak pakai langsung diberi, pakai, diberi tahu (mengenai) apa, apa, apa, apa.
Ini memang harus kerja sesimpel mungkin, sesederhana mungkin, tapi betul-betul ada di lapangan, di provinsi-provinsi yang sudah kita sepakati.
Yang kedua, menurut saya, hati-hati ini turun.
Ada PPKM, ekonomi turun. Sebetulnya enggak apa-apa, asal Covid-19-nya juga turun, tapi ini enggak.
Menurut saya, coba dilihat lagi. Tolong ini betul-betul dikalkulasi, betul-betul dihitung, sehingga kita mendapatkan sebuah formula.
Ya memang formula standar itu enggak ada, negara lain ya enggak ada.
Yang formula standar apa enggak ada, yang benar yang mana juga enggak ada. Yang lockdown-pun kan juga eksponensial juga.
Saya rasa sore ini, hanya itu saja yang ingin saya sampaikan.
Kemudian saya kira setelah itu kita harapkan di Februari ini betul-betul kita kepung dengan vaksinasi. Saya rasa itu sebagai pengantar.
Yang ingin saya dengar adalah implementasi lapangannya seperti apa.
Mungkin nanti Kementerian Agama melibatkan tokoh-tokoh agamanya seperti apa, TNI seperti apa, di Polri seperti apa.
Dan Pak Menko nanti yang mungkin bisa men-drive agar ini betul-betul lapangannya terjadi. (Danang Triatmojo)