Teknologi

Awas, Netizen Indonesia Rawan Serangan Siber, Ini Tips McAfee Agar Data Pribadi di Internet Aman

Sebanyak 80% masyarakat Indonesia merasa khawatir akan adanya risiko kejahatan siber, namun 2 dari 5 orang (40%) merasa tidak punya kemampuan mencegah

McAfee
Laporan terbaru McAfee Corp (Nasdaq: MCFE) bertujuk '2021 Consumer Security Mindset Report' salah satunya menyebutkan, sebanyak 80% masyarakat Indonesia merasa khawatir akan adanya risiko kejahatan siber, namun 2 dari 5 orang (40%) merasa tidak punya kemampuan mencegah serangan siber. Lalu apa yang harus dilakukan? 

Studi McAfee mengungkap perubahan terhadap pola pikir masyarakat digital disebabkan karena kebiasaan belanja dan ingin segalanya serba praktis

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Meskipun pola hidup digital masyarakat Indonesia terbentuk karena pandemi, mereka akan tetap melakukan sebagian besar aktivitasnya secara online.

Demikian temuan dari laporan terbaru McAfee Corp (Nasdaq: MCFE) bertujuk '2021 Consumer Security Mindset Report.'

Aktivitas online tersebut seperti aktivitas sosial (80%), pengantaran makanan secara online (53%), perbankan online (52%), dan berbelanja online (51%).

McAfee Kenalkan Fitur Keamanan dan Fungsi Baru untuk Platform MVISION, Ini Keunggulan dan Manfaatnya

Awas, Serangan Siber saat Cari Nama Artis Terkenal via Online! Ini Daftarnya dan Tips Aman McAfee

Rentan serangan siber

Di sisi lain, seiring dengan meningkatnya aktivitas online, netizen Indonesia juga makin rentan terhadap serangan kejahatan siber.

Secara khusus, 8 dari 10 (80%) orang Indonesia mengatakan bahwa mereka khawatir dengan adanya risiko serangan siber, dan 2 dari 5 (40%) responden merasa bahwa mereka tidak mampu mencegah serangan siber.

Hampir seluruh penduduk Indonesia (96%) ingin adanya lebih banyak inovasi dan akses ke produk atau layanan online, dan dengan semakin banyaknya konsumen yang beralih ke dunia digital, penjahat siber pun tertarik untuk memanfaatkan momen ini.

Makin banyak waktu yang dihabiskan netizen Indonesia untuk berinteraksi secara online melalui berbagai aplikasi dan layanan, semakin besar pula risiko serangan siber (contoh: serangan siber pihak ketiga) dan ancaman (contoh: usaha phishing atau penipuan).

Awas, 375 Ancaman Baru dan Penipuan per Menit Incar Transaksi Digital plus Cashless, Ini Tips McAfee

McAfee Perkenalkan Produk Baru untuk Tingkatkan Keamanan Digital Konsumen di Era WFH

Pencurian data keuangan pribadi

McAfee menemukan bahwa 81% responden Indonesia paling khawatir terhadap pencurian data keuangan pribadi.

Sejumlah 80% responden juga khawatir bahwa informasi pribadi mereka, seperti tanggal lahir atau alamat, dapat diretas, dan khawatir bahwa perangkat mereka akan disusupi dengan ransomware atau spyware.

“Langkah pertama untuk menjaga diri dari serangan siber adalah mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga keamanan online dan kesehatan digital kita,” ujar Terry Hicks ECP McAfee’s Consumer Business, Rabu (3/2/2021).

Mencegah, lanjutnya, selalu lebih baik dari mengobati.

Semua orang dapat melakukan kebiasaan online yang aman, mulai dari aplikasi yang diunduh, situs yang dikunjungi, sampai dengan email yang dibuka.

"Mengubah pola pikir dan perilaku adalah hal yang sangat penting dalam melindungi privasi dan identitas diri kita,” tutur Terry.

Dukung Perusahaan Cepat Beradaptasi di Masa Pandemi, Oracle Cloud Bikin Pembaruan Solusi SaaS Oracle

Kolaborasi dengan Google Cloud, Accenture Rilis Arsitektur Data Pelanggan untuk Bantu Para Pemasar

Pengaruh kebiasaan berbelanja

Kebiasaan berbelanja konsumen menunjukkan bagaimana mereka menjalani kehidupan digitalnya, dengan lebih dari dua pertiga (69%) responden mengatakan bahwa mereka telah membeli setidaknya satu perangkat terhubung di tahun 2020, sedangkan seperlima (14%) responden telah membeli tiga perangkat.

Meskipun lebih dari 91% responden mengkhawatirkan keamanan saat online, hanya 57% responden yang mengambil tindakan pencegahan dengan membeli perangkat lunak keamanan, sementara hampir 1 dari 2 (44%) responden tidak pernah memeriksa tanggal kadaluarsa perangkat lunak keamanan mereka, sehingga membuka celah bagi ancaman serangan siber.

Terlebih lagi, orang-orang berusia 55-74 tahun merasa bahwa mereka tidak punya kemampuan untuk mencegah serangan dunia maya jika dibandingkan dengan kelompok usia muda yang berusia 18-24 tahun.

Yang mengkhawatirkan, kelompok usia tersebut juga paling kecil kemungkinannya membeli solusi keamanan, di mana hanya 40% responden melakukannya tahun lalu, berbeda dengan 65% dari kelompok usia 18-34 tahun.

Konsumen juga sudah merasa nyaman berbagi informasi di ranah online walaupun risikonya tinggi, terlebih dengan banyaknya layanan yang meminta data dan kontak pribadi.

Laporan McAfee menemukan bahwa 92% responden sudah mulai menggunakan fitur online yang dirancang untuk kemudahan atau kenyamanan sejak tahun 2020.

Misalnya saja mengunduh aplikasi web atau seluler dibandingkan menggunakan situs desktop (62%), menggunakan fitur pemberitahuan atau notification melalui email atau SMS (55%), dan juga memilih untuk tetap masuk atau menggunakan fitur pengingat kredensial pengguna (44%).

Sejumlah 70% responden juga mengatakan bahwa mereka menggunakan 2 atau lebih perangkat terhubung untuk beraktivitas online, yang semakin meningkatkan risiko serangan siber apabila perangkat tersebut tidak dilindungi.

Mahal, data identitas pribadi

Selain lalai keamanan siber, netizen Indonesia juga mengaku tidak tahu apa tujuan peretas mengambil data mereka.

Sekitar 1 dari 3 responden (35%) mengaku bahwa mereka tidak pernah tahu bahwa data mereka yang disimpan secara online bernilai tinggi.

Hal ini lebih sering ditemui pada responden berumur 55-74 tahun, di mana sekitar 59% dari kelompok tersebut tidak tahu nilai dari data mereka, dibandingkan dengan 25% responden lain yang berumur 18-34 tahun.

Peretas atau hackers selalu mencari cara untuk memanfaatkan orang lain demi mendapatkan keuntungan, dan data identitas seseorang sangat berharga karena dapat dijual dengan harga yang tinggi.

Hampir semua masyarakat Indonesia (96%) mengatakan bahwa mereka akan lebih proaktif untuk melindungi data pribadi mereka, jika tahu bahwa data tersebut dapat diperdagangkan.

Tips menjaga keamanan pribadi di internet

Nah, beberapa cara untuk menjaga keamanan pribadi di Internet:

● Gunakan autentikasi multi-faktor (multi-factor authentication) untuk memeriksa kembali keaslian pengguna digital dan menambahkan lapisan keamanan untuk melindungi data dan informasi pribadi

● Terhubung ke akses internet dengan hati-hati.

Jika Anda harus melakukan transaksi dengan WiFi umum, gunakan Virtual Private Network (VPN) seperti McAfee®️ Safe Connect untuk membantu Anda tetap aman saat online

● Jelajahi internet dengan keamanan tambahan gunakan alat bantu seperti McAfee WebAdvisor untuk memblokir malware dan situs phishing yang berbahaya

● Lindungi identitas pribadi Anda dan informasi pribadi lainnya dengan menggunakan McAfee Identity Theft Protection yang juga membantu Anda memulihkan informasi jika identitas Anda diretas.

Metodologi laporan

Laporan '2021 Consumer Security Mindset Report' ini merupakan kolaborasi McAfee dengan MSI-ACI.

Dengan kolaborasi tersebut McAfee mengadakan kuisioner online yang melibatkan 1.005 orang dewasa berusia di atas 18 tahun, dari 11 Desember hingga 23 Desember 2020 di Indonesia.

Rilis pers ini hanya memuat data dari survei di Indonesia.

Survei lain juga dilakukan di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol, Australia, Singapura, dan India.

Tentang McAfee

McAfee Corp. (Nasdaq: MCFE) adalah pemimpin dalam keamanan pribadi bagi konsumen.

Tidak hanya berfokus pada keamanan perangkat digital milik pengguna, solusi dari McAfee membantu pengguna untuk beradaptasi di dunia online dengan keamanan yang terintegrasi dan solusi intuitif. Untuk informasi lanjut, kunjungi situs kami di https://www.mcafee.com/consumer

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved