Kapolri: Ada Komunikasi yang Terputus Antara Umara dan Ulama

Dalam bincang santai itu, dia menyatakan ingin meningkatkan komunikasi antara umara dan ulama untuk menjaga Kamtibmas.

TRIBUNNEWS/IGMAN IBRAHIM
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berkunjung ke Kantor DPP Rabithah Alawiyah, Jakarta Selatan, Sabtu (30/1/2021). 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengakui ada komunikasi yang terputus antara pemimpin pemerintahan (umara) dengan ulama.

Hal inilah yang ia nilai kerap terjadi kesalahpahaman sehingga menimbulkan konflik.

Hal itu disampaikan Jenderal Sigit saat berkunjung ke Kantor DPP Rabithah Alawiyah, Jakarta Selatan, Sabtu (30/1/2021).

Baca juga: Maruf Amin: Vaksinasi Covid-19 Hukumnya Wajib Kifayah

Kunjungan itu dalam rangka silaturahmi usai penunjukan sebagai Kapolri pengganti Idham Azis.

Saat itu, Sigit berbincang dengan sejumlah pengurus Rabithah Alawiyah.

Dalam bincang santai itu, dia menyatakan ingin meningkatkan komunikasi antara umara dan ulama untuk menjaga Kamtibmas.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Indonesia 29 Januari 2021: 13.802 Pasien Baru, 10.138 Sembuh, 187 Meninggal

"Banyak hal yang tadi kami diskusikan dengan beliau, bahwa memang komunikasi menjadi sangat penting dalam situasi seperti saat ini."

"Karena kami menyadari bahwa sinergitas antara umara dan ulama itu menjadi dasar yang baik untuk menjaga dan memelihara Kamtibmas," kata Jenderal Sigit.

Sigit pun bercerita, ulama merupakan salah satu pihak yang berjasa dalam merebut kemerdekaan Bangsa Indonesia dari penjajah.

Baca juga: Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Pospera oleh Arya Sinulingga, Polda Jateng Periksa Saksi Kunci

Para ulama juga yang membuat kesepakatan terkait dasar negara Bangsa Indonesia adalah Pancasila.

"Dasar negara Pancasila ini kan merupakan suatu proses yang panjang."

"Ini adalah cerita zaman dulu, tentunya Ini bahu-membahu zaman dulu yang pernah dilaksanakan, dan tentunya ini tidak boleh terputus."

Baca juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 di Indonesia 29 Januari 2021: Dosis Satu 405.012 Orang, Dosis Dua 11.287

"Karena seperti yang disampaikan tadi, ada komunikasi yang terputus antara umara dan ulama. Khususnya polisi dengan ulama," paparnya.

Atas dasar itu, dia meminta seluruh jajarannya untuk terus menjaga komunikasi baik dengan para ulama yang ada di daerah.

Intruksi itu pun menjadi kewajiban dan harus dilaksanakan seluruh jajarannya.

Baca juga: Pemerintah Terapkan Karantina RT/RW, Sudah Lama Diperintahkan Jokowi tapi Tidak Dijalankan

"Saya sampaikan kepada seluruh jajaran saya di polda-polda."

"Yang saat ini sedang berdampingan dengan kawan-kawan kami pengurus Rabithah yang ada di polda-polda atau mungkin di tingkat polres, untuk tolong dibangun hubungan yang baik dan komunikasi yang baik."

"Karena segala sesuatu sebenarnya bisa diselesaikan dengan komunikasi dan dialog."

Baca juga: Total 2.174 Pelamar, Tak Ada Satupun yang Lolos Seleksi Jadi Juru Bicara KPK

"Karena memang manakala komunikasi itu terputus, maka masing-masing akan membawa cara berpikir masing-masing."

"Yang sebenarnya kalau didialogkan itu ternyata enggak sama-sama begitu."

"Ini yang kami ke depan itu komunikasi antara umara dan ulama harus terjalin dengan baik," ucapnya.

Mudah Terpecah Belah

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menilai kelemahan Bangsa Indonesia adalah masih mudah terpecah belah dengan isu suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA).

Hal itu ia sampaikan saat bersilaturahmi dengan pengurus DPP Rabithah Alawiyah, Jakarta Selatan, Sabtu (30/1/2021).

Semula, dia menceritakan terkait perkembangan teknologi yang pesat mengubah tindakan kejahatan menuju kejahatan siber.

Baca juga: Yakin Istrinya Tak Kecipratan Duit Suap Izin Ekspor Benur, Edhy Prabowo: Kan Anggota DPR, Punya Uang

Menurutnya, banyak pihak yang menggunakan ruang siber untuk menyebarkan ungkapan yang bersifat SARA.

Hal ini dikhawatirkan akan berdampak dalam konflik horizontal di masyarakat.

"Kalau sifatnya masih kritik dan ujaran-ujaran keras dalam rangka mengkritik, buat kita tidak ada masalah."

Baca juga: Diduga Salah Paham Soal Renovasi Kamar Mandi Tahanan, Nurhadi Pukul Petugas Rutan KPK

"Tetapi yang kita jaga adalah jangan sampai ruang siber dunia maya itu digunakan untuk mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang berdampak terhadap SARA."

"Hal tersebut pasti akan kami proses, karena dampaknya luar biasa, itu bisa konflik horizontal yang menimbulkan dan menyebarkan ke berbagai daerah," tutur Sigit.

Sigit kemudian menceritakan isu-isu ini yang kerap menjadi kelemahan bangsa.

Baca juga: Rumah Sakit Tidak Alokasikan Minimal 40 Persen Tempat Tidur untuk Pasien Covid-19 Bakal Disanksi

Sebab, banyak masyarakat yang mudah terprovokasi dengan ujaran terkait SARA.

"Konflik antar-umat, konflik antar-agama, dan konflik antar-ras, itu yang harus kita jaga."

"Karena Indonesia negara kesepakatan yang di dalamnya dibangun dari dasar keberagaman."

Baca juga: Sambangi PP Muhammadiyah, Kapolri Janjikan Hal Ini untuk Tangani Intoleransi dan Radikalisme

"Tapi kalau keberagaman itu tidak bisa kita jaga, maka tentunya apa yang sudah dibangun oleh para pendiri bangsa ini sia-sia."

"Karena dari dulu kelemahan kita itu mudah terpecah belah," paparnya.

Ia menuturkan potensi terpecah belah tersebut dikhawatirkan dapat dimanfaatkan oleh negara lain, untuk menguasai dan merebut kekayaan Bangsa Indonesia.

Baca juga: Menko PMK: Karantina RT/RW Bisa Bikin Pelacakan Kasus Covid-19 Terbatas, Biayanya Juga Besar

Mereka akan masuk seolah membuat konflik perang antara saudara.

"Sekarang potensi itu masih ada."

"Apalagi Indonesia punya potensi sumber daya alam yang luar biasa dan masyarakatnya begitu besar."

Baca juga: Sudah 13.513 Warga Kabupaten Bekasi Terpapar Covid-19, 12.440 Orang Sembuh

"Karena itu sudah menjadi sangat penting untuk negara-negara lain menguasai Indonesia."

"Caranya bagaimana? Kalau perang terbuka kan sudah tidak mungkin."

"Tapi yang bisa dilakukan perang dengan proxy atau perang dengan pihak ketiga."

Baca juga: Ukuran Petak Makam Covid-19 di TPU Bambu Apus Dikurangi, Wagub DKI: Sesuai Kebutuhan

"Caranya bagaimana? Dengan paham tertentu dan hal-hal tertentu yang membuat kita kemudian akhirnya konflik."

"Begitu konflik, negara lain yang masuk," urainya.

Sigit mencontohkan negara di Timur Tengah yang terus berperang sesama bangsa karena isu SARA.

Baca juga: Kapolri Minta Muhammadiyah Bantu Tanggulangi Pandemi Covid-19, Berikan Edukasi Tegakkan Prokes

Jika itu terjadi, maka yang akan merugi adalah Indonesia.

"Tentunya harus ada informasi-informasi yang bisa kita sampaikan, sehingga semuanya bisa paham."

"Karena kita akan rugi sendiri."

Baca juga: Ucapkan Fastabiqul Khoirot, Jenderal Listyo Sigit Prabowo Disebut Muhammadiyah Cabang Kepolisian

"Seperti Timur Tengah, konflik-konflik di sana yang memanfaatkan umat yang ada pada saat itu dibenturkan, dan ujung-ujungnya sumber daya alamnya dikuasai."

"Apa kita mau seperti itu?"

"Ini hanya gambaran-gambaran, dan ini saatnya kita bersatu dan bersinergi bersama-sama bangkit," ajak Kapolri. (Igman Ibrahim)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved