Berita Daerah
Dinda, Perempuan Berusia 18 Tahun Melahirkan Anak Ketiga di Becak Saat Hujan Deras, Berikut Kisahnya
Kisah Dinda melahirkan anak ketiga di becak saat hujan deras menjadi perbincangan publik saat ini.
"terutama pada bagian perut," kata Dinda sambil mengelus-elus rambut Lili yang merupakan anak pertamanya.
Dinda menceritakan, anak pertamanya sudah berusia 3 tahunan dan usia anak keduanya kisaran satu setengah tahun.
Anak pertamanya ikut Dinda dan suaminya, sedangkan anak keduanya diasuh oleh keluarganya.
Dinda tinggal di rumah panggung dengan kondisi yang cukup memprihatinkan.
Bagaimana tidak di rumahnya tersebut tidak ada kompor, maupun gas untuk memasak.
Bahkan kursi tempat dudukpun tidak ada.
Di rumah panggung tersebut hanya ada tempat tidur dan dua lemari.
"Suami saya bekerja sebagai buruh dengan penghasilan tidak menentu. Sedangkan saya tidak bekerja"
"Untuk makan biasanya kami beli yang siap dimakan," kata Dinda dengan suara yang lembut.
Dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan tersebut tentunya asupan makanan sehari-hari sangat kurang dari kata bergizi.
Apalagi wanita hamil seharusnya butuh asupan gizi yang cukup.
Menurut Dinda biasanya ia hanya makan nasi dan sayur tanpa lauk.
"Alhamdulillah sejak adanya bantuan dari Rotary dan Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI) Sumatera Selatan (Sumsel) berupa makanan setiap harinya saya jadi bisa makan makanan yang bergizi," kata Dinda sembari tersenyum.
Kalau sebelumnya Dinda hanya makan nasi dengan sayur, kini Dinda makan nasi, sayur dan lauk.
Terkadang lauknya ikan, ayam, daging dan lain-lain.
Bahkan juga diberikan asupan susu dan camilan serta buah.
Dinda sangat minim pengetahuan, sebab ia tak menyelesaikan sekolah dasarnya.
Bahkan ia tidak bisa membaca.
Untuk itu ketika ditanya apakah tahu risiko menikah diusia mudah, ia pun mengatakan tak mengetahui.
Bahkan awalnya sebelum diberikan edukasi dari Puskesmas 7 Ulu, ia tak mengetahui bahwa hamil diusia muda berisiko anaknya stunting.
"Saya tidak suka ke Puskesmas. Untuk itu saat hamil saya tidak ke Puskesmas"
"Selama hamil anak ketiga ini saya baru sekali ke Puskesmas, kata dokternya sih tidak ada masalah dengan kandungan saya," katanya.
Tak hanya Dinda yang tak suka ke Puskesmas untuk periksa kehamilan.
Lili anaknya Dinda pun tidak ia bawa ke Puskesmas untuk imunisasi maupun pemeriksa rutin tumbuh kembang.
"Anak saya kalau dibawa ke Puskesmas takut, makanya saya tidak bawa ke Puskesmas"
"Jadi saya tidak tahu diusianya yang sudah tiga tahun ini berapa tinggi dan berat badannya," cetusnya.
Sementara itu Melisa yang kini sudah berusia 20 tahun juga sedang hamil anak ketiga.
Melisa menikah diusia 16 tahun dan kini sudah memiliki dua orang putra.
Meski Cemas Dijalani Saja
Kondisi Melisa tak jauh berbeda dengan Dinda.
Melisa juga memiliki postur tubuh kecil, dengan perutnya yang dalam kondisi hamil 7 bulan.
Melisa juga tinggal di rumah berbentuk panggung.
"Saya hamil anak ketiga dengan usia kandungan 7 bulan. Sebelumnya saya sudah periksa ke Puskesmas bahwa kandungan saya baik-baik saja," kata Melisa sambil bermain dengan kedua anaknya.
Melisa pun mengatakan, bahwa kondisi kehamilannya tidak ada masalah.
Namun untuk asupan makanan ia terkadang susah makan, terkadang makan sayur, terkadang tidak suka.
"Namun saya bersyukur ada bantuan dari Rotary yang bekerjasama dengan FKPI serta Kelurahan 7 Ulu"
"memberikan asupan makanan setiap harinya untuk saya. Sehingga kebutuhan gizi saya tercukupi," ungkapnya.
Ketika ditanya apakah tahu tentang stunting, ia mengatakan tahu.
Melisa tahu akan bahayanya stunting, perasaan cemas akan stunting tentu ada.
"Rasa cemas pasti ada, cuma ya dijalani saja. Anak-anak kan masih masa pertumbuhan"
"semoga nanti tumbuh kembangnya akan berkembang dengan baik," kata Melisa yang juga sebagai ibu rumah tangga.
Menurut Melisa, sebelum adanya Covid-19 ia rajin membawa anak-anaknya ke Puskesmas untuk diimunisasi dan diperiksa tumbuh kembangnya.
Sejauh ini tidak ada masalah dengan kondisi anak-anaknya.
Sedangkan Amira warga 7 Ulu yang menikah diusia 15 tahun mengatakan, ia menikah usia ramaja dikarenakan pesan dari mendiang ibunya yang menginginkan ia segera menikah.
"Sebelum meninggal ibu bilang menikahlah, supaya ada yang menjaganya"
"Akhirnya Amira pun menikah diusia 15 tahun dan kini sedang hamil 7 bulan," katanya.
Amira yang masih terlihat muda mengatakan, bahwa ia tak mengetahui apa akibatnya jika menikah muda"
"Sejauh ini kehidupannya bersama suami baik-baik saja. Apalagi mendengar kata stunting ia juga belum tahu.
"Di keluarga saya hanya saya yang menikah muda. Jadi saya juga banyak bertanya-tanya ke kakak-kakak saya"
"Alhamdulillah di usia kandungan 7 bulan, sudah periksa kedokter anak saya sehat-sehat saja," katanya.
Sedangkan Lurah 7 Ulu Palembang Herryanto mengatakan, bahwa warga di 7 Ulu ini kebanyakan tidak mampu.
Kalau dipresentasikan 60 persennya miskin dan 40 persennya menengah ke atas.
"Jumlah penduduk di Kelurahan 7 Ulu ini ada 17.234 dan untuk KK nya ada 4.486"
"Mata pencaharian warga di sini kebanyakan buruh, pedagang dan lain-lain"
"Kalau yang sudah mampu biasanya pada pindah dari sini," katanya.
Terpantau di lapangan di Kelurahan 7 Ulu memang terlihat padat penduduk dan kebanyakan rumahnya rumah panggung yang terbuat dari kayu.
Terkait ada warga di 7 Ulu yang masih muda namun sudah menikah menurut Herry, edukasi kepada warga yang akan menikah tentu sudah lakukan.
Apalagi peraturan pemerintah syarat menikah di umur 19 tahun ke atas.
Jadi kalau umurnya 19 tahun ke bawah tentu tidak akan berikan surat rekomendasinya.
Untuk itu yang menikah dibawah usia 19 tahun ini kebanyakan menikah dibawah tangan.
"Meskipun begitu kita tetap memberikan perhatian kepada mereka"
"Seperti saat ini bekerjasama dengan Puskemas, FKPI Sumsel dan Rotary ada bantuan untuk ibu-ibu hamil dan anak-anak yang kurang mampu," katanya.
Menurutnya, memang di 7 Ulu ini tingkat kemiskinannya cukup tinggi, ditambah lagi adanya pandemi Covid-19 sehingga mencari nafkah semakin sulit.
Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul "Kisah Dinda Lahirkan Anak ke-3 di Becak Saat Hujan Deras, Bayi Kedinginan Pinjam Selimut Warga"
