Pergantian Kapolri
2 Calon Kapolri Baru Paling Kuat, Irjen Fadil Imran Dan Komjen Agus Andrianto, Simak Analisanya
Ini 2 Jenderal yang Paling Kuat Jadi Calon Kapolri, Irjen Fadil Imran Dan Komjen Agus Andrianto, Simak Analisisnya dalam berita ini.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Siapa calon kapolri baru paling kuat?
Ya, isu pergantian kapolri sedang terus mengemuka beberapa pekan belakangan.
Penyebabnya adalah Jenderal Idham Azis yang sudah memasuki masa pensiun pada Februari 2020.
Sehingga mau tidak mau Presiden Jokowi harus memilih kapolri baru.
Baca juga: Update Kasus Covid-19 Kamis 7 Januari Bertambah Jadi 797.723, Rekor Tertinggi di Indonesia
Sejauh ini, dari 4 nama yang digadang-gadang, hanya ada 2 nama yang dinilai paling kuat untuk ditunjuk jadi kapolri baru.
Kedua nama itu adalah Irjen Fadil Imran dan Komjen Agus Andrianto.
Mengapa kedua nama itu?
Mari kita simak analisisinya
Mengapa Komjen Agus Andrianto
Pada dasarnya ada beberapa parameter dalam menunjuk kapolri baru.
Prestasi dan rekam jejak sudah pasti jadi ukuran.
Begitu juga dengan pengalaman dan kapabilitas.
Namun, usia dan angkatan lulus akademi kepolisian atau akpol juga diketahui kerap menjadi pertimbangan untuk memilih kapolri baru.
Lalu mengapa Komjen Agus Andrianto paling tepat dipilih jadi kapolri baru?
Saat ini setidaknya ada 4 nama yang disebut-sebut kandidat kapolri.
Empat nama itu terdiri dari 3 jenderal bintang tiga, satu jenderal bintang dua.
Tiga Jenderal bintang tiga itu, antara lain Komjen Boy Rafli Amar, Komjen Gatot Edy Pramono, dan Komjen Agus Andrianto.
Sedangkan seorang jenderal bintang dua yang namanya santer disebut adalah Irjen Fadil Imran yang kini menjabat Kapolda Metro Jaya.
Dilihat dari angkatannya, perlu kita ketahui dua kapolri terakhir adalah angkatan lulus Akpol 1987 dan 1988.
Tito Karnavian merupakan lulusan Akpol 1987 sedangkan Idham Azis adalah lulusan Akpol 1988.
Tapi dilihat dari usianya, usia Tito setahun lebih mudah dari Idham.
Baca juga: Ini Pejabat yang Punya 100 Wanita Simpanan Sampai Akhirnya Harus Korupsi Rp 430 Miliar
Tito kelahiran 1964 sedangkan Idham kelahiran 1963.
Nah, lalu siapa yang akan dipilih Presiden Jokowi jika dilihat dari angkatan akpol dan usia?
Komjen Boy Rafli Amar diketahui merupakan lulusan akpol 1988 dan kelahiran 1965.
Komjen Gatot Edy Pramono juga memiliki usia dan tahun lulus akpol yang sama dengan Boy Rafli Amar.
Sedangkan Komjen Agus Andrianto adalah Akpol 1989 dengan tahun lahir 1967.
Paling muda adalah Irjen Fadhil Imran.
Ia kelahiran 1968 dan lulus akpol pada tahun 1991.
Jika Presiden Jokowi memilih Boy atau Gatot, maka akan ada 2 polisi angkatan lulus akpol 1988 yang pernah menjadi kapolri.
Pertanyaannya apakah itu mungkin?
Baca juga: Setelah Tulis Kata Goodbye, Meggy Diaz Merasa Sedang Jatuh Cinta, Siapa yang Membuatnya Jatuh Cinta?
Jika Presiden Jokowi memilih Irjen Fadil Imran, maka dua angkatan senior Fadil Imran akan dilewati, yakni angkatan 1989 dan 1990.
Sementara jika Presiden Jokowi memilih Komjen Agus Andrianto, maka ini membuat pergantian kapolri berurutan, sebab Agus adalah lulusan akpol 1989 kelahiran 1967.
Artinya usia Agus berada di tengah antara usia Fadil Imran dan usia dua kandidat lainnya, begitu juga angkatan akpolnya.
Ya, Fadil adalah kelahiran tahun 1968. Artinya hanya setahun lebih muda satu tahun dari Agus yang kelahiran 1967, sementara angkatan lulus akpolnya Agus lebih senior.
Melihat dari sisi usia dan angkatan lulus akpol, tampaknya terlihat bahwa Komjen Agus Andrianto yang paling ideal.
Tapi kita tidak tahu apa pertimbangan lain Jokowi, Mari kita tunggu.
Saat ini, Komjen Pol Agus Andrianto menjabat Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri.
Pria lulusan Akpol 1989 ini diketahui berpengalaman dalam bidang reserse.
Sebelum jadi Kabaharkam, Agus Andrianto menjabat Kapolda Sumut menggantikan Komjen Firli Bahuri, yang menjadi Ketua KPK.
Agus lahir di Blora, Jawa Tengah, 16 Februari 1967. Dia selama ini sangat gencar mengampanyekan penggunakan produk dalam negeri di institusi kepolisian.
Ia pernah dianugerahi beberapa tanda penghormatan, di antaranya Bintang Bhayangkara Pratama, SL Pengabdian XXIV, SL Ksatria Bhayangkara, SL Operasi Kepolisian hingga France Medal.
Baca juga: Walau Pandemi Covid-19, Serapan Anggaran Kabupaten Bekasi Tahun 2020 Capai 80 Persen
Agus sangat terkenal ketika menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri pada 2016, tatkala menangani kasus penistaan agama yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Mengapa Irjen Fadil Imran?
Lalu mengapa Irjen Fadil Imran dinilai bisa terpilih menjadi kapolri baru.
Hal itu tak lain adalah lantaran ada isu bahwa Irjen Fadil Imran akan dinaikkan pangkatnya.
Isu kenaikan pangkat ini tentunya akan berimbas bahwa kans-nya menjadi kapolri semakn besar.
Hal seperti ini pernah terjadi ketika Timor Pradopo naik menjadi kapolri.
Saat itu Timur Pradopo masih berpangkat Irjen, lalu dalam sekejap ia naik pangkat jadi komjen, baru kemudian diangkat jadi kapolri.
Sehingga isu Irjen Fadil Imran akan naik pangkat ini tentu saja akan semakin menguatkan bahwa dirinya adalah calon kuat kapolri.
Nama Irjen Fadil Imran semakin bersinar ketika dimutasi dari Kapolda Jawa Timur menjadi Kapolda Metro Jaya.
Apalagi setelah sikap tegasnya terhadap Habib Rizieq Shihab menyebar di media. Anak buah Kapolri Idham Azis ini tetap bersinar meski diserang netizen.
Bahkan, jenderal asal Gowa, Sulawesi Selatan, Irjen Fadil Imran, disebut berpeluang segera menjadi komjen.
Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Rabu 6 Januari 2021 Aries Bosan, Cancer Saat-saat Indah, Leo Remehkan si Dia
“Masih banyak kader-kader kepolisian yang lain yang memiliki kemampuan untuk posisi Kapolri. Sejumlah Kapolda berbintang dua juga dipandang memiliki karier yang bisa saja dalam waktu dekat bisa menempati posisi bintang tiga seperti Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran, dan lain-lain," kata Supriansa Mannahawu.
Selain Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran, Supriansa Mannahawu juga menyebut Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta, Kapolda Kaltim Irjen Herry Rudolf Nahak, Kapolda Sultra Irjen Yan Sultra Indrajaya, dan Kapolda Sulsel Irjen Pol Merdisyam. Anak buah Kapolri Idham Azis ini juga disebut berpeluang segera menjadi bintang tiga, komjen.
Sang Bos, Jenderal Idham Azis, sendiri dinilai Supriansan Mannahawu sudah “berakhir” awal Tahun Baru 2021 ini.
Ditanya apakah Jenderal Idham Azis sudah harus pensiun awal tahun Baru 2021 ini, Supriansa Mannahawu, menjawab, “Bukan harus pensiun tapi memasuki masa pensiun pada bulan januari 2021.”
Apa masih memungkinkan "diperpanjang" masa jabatannya, seperti biasanya kepala dinas? Supriansa Mannahawu menjawab tegas, “Jika saya memperhatikan sampai saat ini belum ada pembahasan tentang perubahan aturan yang mengatur untuk posisi itu, maka saya yakin tidak ada perpanjangan.”
Baca juga: VIDEO Pipa Gas di Jalan Komarudin Cakung Bocor, Gara-garanya Komponen Senilai Rp 40 juta Dicuri
Baca Juga: Prioritas Vaksin di Kota Bekasi
Hanya Jokowi yang Tahu
Anggota Komisi III DPR RI Supriansa Mannahawu yang akan ikut menguji calon Kapolri Pengganti Jenderal Idham Azis pun belum tahu.
Politisi sekampung Jenderal Idham Azis itu mengaku tidak punya calon Kapolri. Jangankan punya calon Kapolri, mengetahui calon Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis yang akan dikirim ke Komisi III DPR RI saja belum dia tahu.
“Tidak ada calonku. Yang ada calonnya hanya Bapak Presiden Jokowi dan Allah SWT yang tahu,” ujar Supriansa Mannahawu. Ketika ditanya siapa bursa calon Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis, Supriansa Mannahawu menyebut, antara lain, tiga nama jenderal polisi.
Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Rabu 6 Januari 2021 Aries Bosan, Cancer Saat-saat Indah, Leo Remehkan si Dia
“Memang ada beberapa nama jenderal polisi berbintang tiga yang dipandang layak untuk posisi itu (Kapolri, pengganti Jenderal Idham Azis) seperti Komjen Gatot Eddy Pramono, Komjen Boy Rafli Amar, Komjen Listyo Sigit Prabowo, dan lain-lain,” jelas Supriansa Mannahawu.
Politisi asal Soppeng, Sulawesi Selatan, itu mengingatkan bahwa Pengganti Jenderal Idham Azis adalah merupakan hak prerogatif Presiden Jokowi.
“Seperti biasanya, Presiden akan mengirim satu nama calon Kapolri, calon Pengganti Jenderal Idham Azis, ke DPR untuk menjalani fit and proper test di Komisi III. Sesuai undang-undang, presiden akan mempertimbangkan usulan dari Dewan Kepangkatan dan Jabatan Tinggi (Wanjakti) atau Kompolnas,” jelas Supriansa Mannahawu.
Saat menguji Jendral Idham Azis, Oktober 2019, Supriansa Mannahawu mengaku satu kampung dengan Jenderal Idham Azis dan sama-sama berdarah Bugis. Makanya, ketika itu, Supriansa Mannahawu memberi pesan khusus kepada Jenderal Idham Azis dengan menggunakan Bahasa Bugis.
Meski demikian, Supriansa Mannahawu mengaku tidak punya wewenang untuk menentukan Pengganti Jenderal Idham Azis.
“Presiden tetap yang menentukan, karena itu adalah hak prerogatif seorang presiden. Jadi siapapun yang diusulkan jadi Pengganti Jenderal Idham Azis itu hak presiden,” tegas Supariansa Mannahawu.
Sebagian artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Jenderal Idham Azis Mohon Pengganti ke Jokowi, Irjen Fadil Imran Dijagokan dan segera Naik Bintang 3.
Penulis: AS Kambie
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/irjen-fadil-imran-dan-komjen-agus-andrianto-merupakan-calon-kuat-kapolri.jpg)