Berita Jakarta
Pakar Sebut Kecelakaan Maut di Pasar Minggu sebagai Bentuk Road Rage, Kemarahan di Jalan Raya
Karena dalam peristiwa road rage Pasar Minggu ada dua pengemudi, maka penyelidikan sepatutnya tidak berfokus pada satu individu saja
Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Feryanto Hadi
WARTAKOTALIVE.COM, SEMANGGI--Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan berdasarkan pemberitaan di media, laka lalin di Pasar Minggu tampaknya bisa disebut sebagai road rage.
"Terjemahan bebasnya adalah amarah di jalan raya, murka di balik kemudi," ujar Reza kepada Warta Kota, Senin (28/12/2020).
"Satu tersangka sudah ditetapkan. Namun karena dalam peristiwa road rage Pasar Minggu ada dua pengemudi, maka penyelidikan sepatutnya tidak berfokus pada satu individu saja," tambah Reza.
Baca juga: Terekam CCTV, Percobaan Perampokan pada Siang Bolong di Minimarket Pelabuhan Tanjung Priok
Juga, katanya tidak mengandalkan episode yang terekam oleh satu CCTV saja.
"Perlu dirunut ke belakang hingga ke titik awal perjumpaan kedua pengemudi tersebut," katanya.
"Cermati kondisi masing-masing pengemudi," ujarnya.
Misalnya kata Reza kemungkinan pengaruh miras, narkoba, kurang tidur, kepribadian agresif menetap maupun sesaat, dan pola pengekspresian amarah.
Baca juga: Beranggotakan Puluhan Remaja Bengis, Geng Akatsuki Bekasi Beroperasi hingga Wilayah Jakarta
Juga cek faktor situasi, katanya yakni cuaca, kondisi mesin, posisi kendaraan-kendaraan lain, dan interaksi antara dua pengemudi tersebut.
"Interaksi antar individu semakin relevan untuk dicek, mengingat road rage lazimnya didahului provokasi eksternal. Jadi, siapa yang memulai provokasi, dan bagaimana pengemudi lain yang merespon provokasi tersebut?," katanya.
"Apakah perilaku salah satu pengemudi dalam situasi tersebut sesuai atau justru bertentangan dengan statusnya selaku anggota kepolisian?," tanya Reza.
Baca juga: Dicecar 20 Pertanyaan, Babe Haikal Ungkap Momen Lucu Ketika Diminta Bukti Bertemu Rasulullah
Jadi, kata Reza, dalam kasus road rage Pasar Minggu, adakah kemungkinan bahwa bukan hanya satu tapi dua pengemudi seharusnya bertanggung jawab?
Lain hal, katanya, dalam kasus penembakan terhadap enam anggota FPI, seberapa jauh kemungkinan kejadian yang amat mengenaskan itu sesungguhnya 'cuma' berawal dari road rage?
Baca juga: Sepeda Motornya Sempat Dirampas Debt Collector, Pengemudi Ojol Ini Semringah Bisa Ngojek Lagi
"Ada data, lebih dari 30 persen insiden road rage melibatkan, setidaknya salah satu pihak membawa senjata api," katanya.
Keberadaan senjata secara signifikan menurut Reza menaikkan kewaspadaan terhadap bahaya, terlebih ketika ketegangan sudah begitu tinggi.
"Pada titik didih menyusul road rage, penggunaan senjata api bisa berlangsung sebagai cara untuk 'mengatasi' pertikaian saat berlalu lintas," kata Reza.
Baca juga: Tanggapi Persoalan Lahan di Megamendung, Mahfud MD: Kalau untuk Keperluan Pesantren Teruskan Saja
