Kasus Rizieq Shihab

BIN Bantah Anggotanya menyusup ke Pondok Pesantren di Megamendung Bogor Intai Rizieq Shihab

BIN membantah keras anggotanya menyusup ke Pondok Pesantren di Megamendung, Bogor mengintai Muhammad Rizieq Shihab.

TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
BIN membantah keras anggotanya menyusup ke Pondok Pesantren di Megamendung, Bogor mengintai Muhammad Rizieq Shihab. Foto dok: Kedatangan Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq di Puncak Bogor disambut ribuan simpatisan, Jumat (13/11/2020). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - BIN membantah keras anggotanya menyusup ke Pondok Pesantren di Megamendung, Bogor mengintai Muhammad Rizieq Shihab.

Badan Intelijen Negara (BIN) membantah bila anggotanya menyusup ke pondok pesantren di Megamendung, Bogor untuk mengintai Muhammad Rizieq Shihab (MRS).

Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto ketika dikonfirmasi di Jakarta, Senin (7/12/2020), mengatakan bahwa informasi yang beredar terkait anggota BIN melakukan pembuntutan dan pengintaian MRS itu adalah tidak benar atau hoaks.

Video: Polisi: Voice Note Buktikan Penyerangan di Tol Cikampek Sudah Direncanakan

 
"Hoaks itu mas (foto anggota BIN yang beredar di media sosial)," kata Wawan.

Dalam foto yang tersebar di media sosial tiga orang yang disebut anggota BIN melakukan pengintaian di Pesantren Rizieq di Megamendung dengan menggunakan mobil, drone, bahkan ada yang menyamar sebagai jurnalis.

Baca juga: Usaha Mengambil Enam Jenazah Laskar FPI di RS Kramat Jati, Ternyata Belum Bisa Dibawa Pulang

Baca juga: SAKSI dan Korban yang Khawatir Ada Ancaman Terkait Kasus Penembakan Laskar FPI, LPSK Siap Lindungi

 
Ketiganya dibekuk oleh intelijen FPI dan sempat diinterogasi, kemudian dilepaskan kembali.

Bahkan pada Minggu (6/12/2020) telah terjadi baku tembak antara Laskar FPI dengan anggota yang membuntuti tersebut, yang ternyata anggota kepolisian.

Petugas Polda Metro Jaya menembak enam orang pengikut Rizieq Shihab lantaran melakukan penyerangan terhadap petugas yang sedang bertugas penyelidikan.

"Terhadap kelompok MRS yang melakukan penyerangan kepada anggota dilakukan tindakan tegas dan meninggal dunia sebanyak enam orang," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran di Polda Metro Jaya, Senin.

Baca juga: Warga Sebut Jumlah Tembakan Saat Penangkapan Laskar FPI Tak Terhitung, Dikira Penangkapan Teroris

 
Fadil menjelaskan, kejadian itu terjadi pada Senin dini hari sekitar pukul 00.30 WIB di Jalan Tol Jakarta- Cikampek KM 50.

Kejadian berawal saat petugas menyelidiki informasi soal pengerahan massa saat dilakukan pemeriksaan terhadap Rizieq di Mapolda Metro Jaya.

"Ketika anggota Polda Metro Jaya mengikuti kendaraan yang diduga adalah pengikut MRS, kendaraan petugas dipepet lalu kemudian diserang dengan menggunakan senjata api dan senjata tajam," tambahnya.

Pakar Psikologi Forensik Sebut Penembakan Perilaku Spontan, Bukan Terukur

Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengatakan, pihaknya melakukan tindakan tegas terukur berupa penembakan mati terhadap pengikut Habib Rizieq Shihab di Jalan Tol Jakarta Cikampek pada Senin (7/12/2020) dini hari.

Baca juga: Komnas HAM Terjunkan Tim Selidiki Dugaan Pelanggaran HAM, Fadli Zon Duga 6 Anggota FPI Dibantai

Akibatnya, sebanyak enam orang anggota Laskar Khusus Front Pembela Islam (FPI) itu tewas tertembak.

Menanggapi klaim penembakan polisi sebagai tindakan tegas terukur, Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan, dalam psikologi forensik ada istilah penembakan yang menular atau contagious shooting

"Ketika satu personel menembak, hampir selalu bisa dipastikan dalam tempo cepat personel-personel lain juga akan melakukan penembakan. Seperti aba-aba; anggota pasukan tidak melakukan kalkulasi, tapi tinggal mengikuti saja," kata Reza kepada Wartakotalive.com, Senin (7/12/2020).

Karenanya kata Reza, saat itu menembak bisa menjadi perilaku spontan.

Baca juga: Disebut Pembantaian, Benny K Harman Pertanyakan Penembakan Mati Enam Anggota FPI : Rakyat Monitor

"Kemungkinan menembak menjadi perilaku spontan atau bukan aktivitas terukur semakin besar, ketika personel sudah mempersepsikan target sebagai pihak yang berbahaya. Jadi, dengan kata lain, dalam situasi semacam itu, personel bertindak dengan didorong oleh rasa takut," ujar Reza.

Apalagi kata dia, jika peristiwa yang dipersepsikan kritis berlangsung pada malam hari. 

Baca juga: Tiga Hari Jelang Peringatan Hari HAM Sedunia, Polisi Justru Tembak Mati Enam Orang Anggota FPI

"Ada data yang menunjukkan, dalam kasus penembakan terhadap target yang disangka bersenjata, padahal belakangan tidak membawa senjata, 70-an persen berlangsung pada malam hari saat pencahayaan minim. Sehingga mengganggu kejernihan penglihatan personel," kata Reza.

Dengan begitu katanya, sempurnalah faktor luar dan faktor dalam memunculkan perilaku. 

"Faktor luar adalah letusan pertama oleh personel pertama dan kondisi alam di TKP. Faktor dalam adalah rasa takut personel," ujar Reza Indragiri Amriel.

Baca juga: Posting Foto Enam Anggota FPI yang Tewas Tangan Polisi, Fadli Zon : Selamat Jalan Pejuang

Dengan gambaran seperti itu, Reza kemudian bertanya benarkah penembakan oleh personel polisi pasti selalu merupakan langkah terukur. 

"Tentu butuh investigasi, apalagi karena ada dua versi kronologi Investigasi kasus per kasus terhadap masing-masing dan antarpersonel," kata Reza Indragiri Amriel.

Reza Indragiri Amriel mengatakan, Investigasi oleh semacam Shooting Review Board nantinya tidak hanya mengeluarkan simpulan apakah penembakan memang sesuai atau bertentangan dengan ketentuan.

"Lebih jauh, temuan tim investigasi bermanfaat sebagai masukan bagi unit-unit semacam SDM dan Diklat," ujar Reza Indragiri Amriel. (Antaranews/bum)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved