Kasus Rizieq Shihab

Rizieq Shihab: Siapapun yang Mengadu-adu Pancasila dengan Islam, Tidak Berakhlak!

Rizieq Shihab menyebut semangat revolusi akhlak sudah masuk ke dalam sendi-sendi dasar negara Republik Indonesia, yang dikenal dengan nama Pancasila.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Imam Besar Front Pembela Islam Rizieq Shihab menyapa pengikutnya, setibanya di Terminal III Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (10/11/2020). 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab menyebut semangat revolusi akhlak sudah masuk ke dalam sendi-sendi dasar negara Republik Indonesia, yang dikenal dengan nama Pancasila.

"Kalau kita pelajari, sila pertama sampai kelima, isinya semangat akhlak semua," ucap Rizieq Shihab saat Reuni 212 bertema Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh secara virtual, Rabu (2/12/2020)

Rizieq Shihab mencontohkan, sila pertama dalam Pancasila berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa, yang memiliki arti mengajak seluruh masyarakat untuk menjunjung tinggi norma-norma luhur Ketuhanan yang Maha esa.

Baca juga: Bertahan Hidup di Hutan dan Gunung, Kelompok Teroris Ali Kalora Cs Kerap Rampas Makanan Warga

"Makanya tidak salah selama ini soal kita gaungkan Pancasila itu adalah warisan ulama."

"Jangan dibentur-benturkan Pancasila dengan ajaran Islam," kata Rizieq Shihab.

Menurutnya, Pancasila dirumuskan oleh para pendiri bangsa dari semua agama, ada kelompok Islam, nasionalis, dan non muslim.

Baca juga: Bubarkan 10 Lembaga Non Struktural, Negara Hemat Anggaran Rp 200 Miliar Lebih, yang Lain Menyusul

"Jadi lengkap, spirit akhlak telah memenuhi ruang Pancasila."

"Tidak betul kalau ada yang ingin mengadu-adu agama dengan Pancasila."

"Siapapun yang mengadu-adu dengan Pancasila, mereka tidak berakhlak, karena Pancasila itu sendiri dibangun lewat spirit akhlak," beber Rizieq Shihab.

Bukan Pemberontakan

Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab menegaskan, revolusi akhlak yang ia gaungkan bukan merupakan bentuk pemberontakan untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Jokowi.

"Saya sampaikan soal revolusi ini."

"Jangan ada yang berpikir revolusi akhlak itu pemberontakan, tidak betul," ujar Rizieq Shihab saat Reuni 212 bertema Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh secara virtual di Jakarta, Rabu (2/12/2020).

Baca juga: DAFTAR Terbaru 50 Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Jawa Tengah Mendominasi, DIY Sumbang Dua

Menurutnya, dirinya dan para habib di Indonesia dididik oleh gurunya terdahulu, tidak boleh melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah.

Kalau sudah diterima masyarakat melalui pemilu, kata Rizieq Shihab, suka atau tidak suka, adil atau tidak adil, maka harus tetap menghormati pemerintahan.

"Tapi kita harus bersikap objektif, kebijakan yang dikeluarkan bagus, yang baik harus kita apresiasi, kita terima dan jalankan bersama."

Baca juga: Pasien Covid-19 di Kabupaten Bogor Melonjak 52 Orang, Paling Banyak di Kecamatan Cileungsi

"Kebijakan-kebijakan yang membahayakan keselamatan bangsa dan negara, kebijakan yang menindas rakyat, wajib kita kritisi."

"Mengkritik pemerintahan yang sah itu bukan makar, mengkritik pemerintahan yang sah itu bukan pemberontakan."

"Ini yang perlu saya jelaskan, kita ahli sunah wal jamaah."

Baca juga: Anies-Ariza Tetap Pimpin Ibu Kota Meski Positif Covid-19, Minta Jajaran Pemprov Giat Layani Warga

"Ini negeri dakwah di mana kita mengajak orang untuk berbuat baik, termasuk para penguasa dan pemerintah ayo kita berbuat baik," papar Rizieq Shihab.

Rizieq Shihab menyebut pemberontakan dapat saja dilakukan jika pemerintah melakukan pembantaian kepada para ulama, habaib, maupun umat muslim.

Namun, pemerintahan saat ini dinilai tidak melakukan hal tersebut, sehingga tidak pantas melakukan pemberontakan.

Baca juga: Pengesahan APBD DKI 2021 Ditargetkan Tepat Waktu Meski Anies-Ariza Terpapar Covid-19

"Tidak boleh kita melakukan pemberontakan, kecuali dalam konteks para habaib, ulama, umat Islam dibantai, terjadi pembunuhan."

"Itu dalam konteks bela diri, dalam hukum agama dan hukum international itu dibenarkan, semoga itu tidak terjadi di NKRI."

"Jadi jangan digambarkan revolusi akhlak itu revolusi berdarah, revolusi makar, revolusi pemberontakan, revolusi menjatuhkan pemerintahan yang sah, tidak," tegas Rizieq Shihab.

Baca juga: DAFTAR Terbaru 15 Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Cuma Ada di Papua dan NTT

Untuk terwujudnya revolusi akhlak, kata Rizieq Shihab, semua komponen bangsa harus bersama-sama terlibat untuk berdialog dan membuka diri, tanpa saling menyalahkan.

"Jadi untuk menuju ke arah ini kita harus buka pintu dialog."

"Kita harus selalu membuka diri untuk bicara dengan pihak mana saja."

Baca juga: Buru Teroris MIT, Kapolri Perintahkan Kapolda Sulteng Berkantor di Poso, Foto Wajah 11 Buron Disebar

"Kita harus siap mengkritik dan kita juga harus siap dikritik."

"Jangan merasa paling benar sendiri, paling suci sendiri, tidak ada yang maksum di antara kita."

"Jika ini ada kelalaian, kita saling koreksi," tuturnya.

Minta Maaf

Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab meminta maaf kepada masyarakat, karena telah menyebabkan kerumunan manusia di sejumlah acara saat pandemi Covid-19.

"Saya minta maaf kepada semua masyarakat, kalau dalam kerumunan di bandara, Petamburan, Tebet, Megamendung terjadi suatu penumpukan."

"Yang memang di luar kendali, karena antusiasnya umat," papar Rizieq Shihab saat acara Reuni 212 bertema Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh secara virtual, Jakarta, Rabu (2/12/2020).

Baca juga: Viral Azan Mengajak Jihad, Jusuf Kalla: DMI Menolak! Keliru, Harus Diluruskan

Agar tidak menimbulkan kerumunan manusia kembali, kata Rizieq Shihab, dirinya telah membatalkan sejumlah agenda di luar kota untuk sementara, hingga kondisi Indonesia kembali normal.

"Saya dengan kawan-kawan di DPP FPI semenjak kejadian itu, kita setop, tidak ada lagi kerumunan."

"Bahkan seluruh rencana jadwal ke luar kota, daerah, kita setop sampai pandemi ini berakhir," tuturnya.

Baca juga: Dikasih 20 Ribu Dolar AS oleh Tommy Sumardi, Brigjen Prasetijo Utomo Sebut Uang Persahabatan

Rizieq Shihab pun mengaku dirinya sedang melakukan isolasi mandiri setelah berada di acara yang menimbulkan kerumunan manusia.

"Tim medis menyarankan, ini bukan persoalan Covid-19 atau tidak Covid-19, baik Covid-19 maupun tidak Covid-19."

"Dalam suasana yang sudah crowded (ramai) seperti itu, ya seharusnya memang mengarantina diri atau mengisolasi diri."

Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 di Indonesia 1 Desember 2020: Pasien Positif Melonjak 5.092 Jadi 543.975 Orang

"Walaupun tidak Covid-19 sekalipun, tetap untuk pemulihan untuk menjaga."

"Atas saran mereka juga, nanti secara berkala diperiksa, dengan rapid tes, swab antigen, swab PCR, dan lain sebagainya," sambung Rizieq Shihab. (Seno Tri Sulistiyono)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved