Berita Nasional

Bantuan Kuota Internet Tahap I dari Kemendikbud Dinilai FSGI Terindikasi Mubazir

Bantuan Kuota Internet Tahap I dari Kemendikbud diungkapkan Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo Terindikasi Mubazir

Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Dwi Rizki
TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO
Mendikbud Nadiem Makarim saat memberi paparan dalam seminar virtual bertema sistem pendidikan di tengah pandemi Covid-19, yang dihadiri 6.000 lebih peserta, Minggu (30/8/2020) malam. Ia sempat ditanya siswa SD kapan bisa masuk sekolah lagi. 

Aplikasi-aplikasi di luar Kuota Belajar cenderung lebih dikenal oleh guru dan siswa bahkan ada yang dikenal lebih dari 50 persen.

Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, aplikasi Aminin yang menjadi rujukan pada Kuota belajar hanya dikenal 13,8 % guru dan 8,8 % guru.

Bandingkan dengan aplikasi Muslim Pro yang dikenal 41,4 % guru dan 51,9 % siswa, persentase yang sangat jauh berbeda.

Baca juga: Bertahun-tahun Mangkrak hingga Era Jokowi, Anies Bakal Evaluasi Tiang Monorel di Kuningan & Senayan

Pada pembelajaran Bahasa Inggris, aplikasi Duolingo yang berada pada Kuota Belajar cukup dikenal oleh guru sebanyak 22,6 % dan siswa sebanyak 28,9 %.

Aplikasi lainnya yang berada pada Kuota Belajar dan cukup dikenal adalah Bahaso yang dikenal sebanyak 17,7 % siswa dan 16,7 % guru.

Aplikasi di luar Kuota Belajar yang cukup dikenal adalah Cake sebanyak 35,7 % guru dan 20,7 % siswa.

Berikutnya ada aplikasi Hello English yang dikenal sebanyak 31 % guru dan 26,3 % siswa.

Terakhir aplikasi Hello Talk dikenal oleh 20,9 % siswa dan 23,8 % guru.

"Aplikasi yang menjadi rujukan pada Kuota Belajar juga memiliki tingkat penggunaan yang rendah rata-rata dibawah 30 %. Aplikasi diluar Kuota Belajar cenderung menunjukkan lebih banyak responden yang sering menggunakannya," ujarnya.

Baca juga: Waspada El Nina, Puluhan Rumah di Babelan Porak-poranda Diterpa Angin Puting Beliung

Pada aplikasi Aminin yang menjadi rujukan pada Kuota Belajar hanya digunakan 18,8 % guru atau setara dengan 3 orang guru dan digunakan 26,9 % siswa atau setara dengan 7 orang.

Bandingkan dengan pengguna aplikasi Muslim Pro yang sering digunakan 11,2 % guru atau 13 responden dan digunakan 13,9 % siswa yang setara 41 orang responden.

Menjadi catatan bahwa yang berkesempatan memilih penggunaan aplikasi Aminin pada survei ini adalah mereka yang mengenal aplikasi tersebut.

Sehingga walaupun persentasenya besar tapi dihitung dari jumlah responden yang lebih sedikit.

Pada aplikasi pembelajaran Bahasa Inggris yang ada pada Kuota Belajar cenderung sering digunakan, yaitu Duolingo yang digunakan sebanyak 7,1 % guru dan siswa sebanyak 7 %.

Selanjutnya aplikasi Bahaso digunakan sebanyak 6 % guru dan 4,3 % siswa.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved