Berita Nasional
Bantuan Kuota Internet Tahap I dari Kemendikbud Dinilai FSGI Terindikasi Mubazir
Bantuan Kuota Internet Tahap I dari Kemendikbud diungkapkan Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo Terindikasi Mubazir
Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Dwi Rizki
Sementara aplikasi diluar Kuota Belajar yang sering digunakan adalah Hello English yang digunakan 7,1 % guru dan digunakan 6,1 % siswa.
Berikutnya aplikasi Cake sebanyak 4,8 % guru dan 5,9 % siswa.
Baca juga: Hadapi UEA U-16 Lagi, Ini yang Jadi Target Striker Timnas U-16 Ahmad Athallah Raihan
Selain itu katanya jenis aplikasi yang paling banyak digunakan adalah aplikasi berbasis pesan dan obrolan, aplikasi penyimpan video, aplikasi ruang kelas online dan aplikasi video conference.
Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam Guru paling banyak menggunakan aplikasi penyimpan video sebanyak 68,1 %, aplikasi berbasis pesan dan obrolan sebanyak 66,4 % dan aplikasi ruang kelas online sebanyak 63,8 %.
Sementara pada siswa paling banyak menggunakan aplikasi berbasis pesan dan obrolan sebanyak 64,7 %, aplikasi ruang kelas online sebanyak 59,3 % dan aplikasi Al-Qur’an dan Hadist sebanyak 56,6 %.
Pada pembelajaran Bahasa Inggris paling banyak guru menggunakan aplikasi berbasis pesan dan obrolan sebanyak 82,1 %, diikuti oleh aplikasi ruang kelas online sebanyak 73,8 % dan aplikasi penyimpan video sebanyak 71,4 %.
Sedangkan pada siswa juga menunjukkan hak yang sama dimana sebanyak 60 % menggunakan aplikasi berbasis pesan dan obrolan, menggunakan aplikasi penyimpan video sebanyak 55,4 % dan sebanyak 54,8 % menggunakan aplikasi ruang kelas online.
Kesimpulan dari pelaksanaan survei ini kata Fahriza adalah bahwa aplikasi yang menjadi rujukan pada Kuota Belajar cenderung lebih rendah tingkat pengenalan dan penggunaanya dibandingkan dengan aplikasi lainnya yang berada diluar Kuota Belajar.
"Adanya aplikasi, di luar aplikasi yang menjadi rujukan pada Kuota Belajar, yang lebih dikenal dan lebih banyak digunakan oleh guru dan siswa, menimbulkan pertanyaan bagi kami, bagaimana sebenarnya proses masuknya aplikasi-aplikasi tersebut pada Kuota Belajar?," katanya.
Baca juga: UFC 254, Gaethje Lihat Khabib Gendong Sabuk Juara Dunia Kelas Ringan : I Want That One
Lalu tambah Fahriza, tingkat pengenalan dan tingkat penggunaan yang rendah terhadap aplikasi-aplikasi pembelajaran (rata-rata dibawah 50 persen) menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi bukanlah menjadi perangkat yang utama dalam pembelajaran daring.
"Lalu rendahnya tingkat pengenalan dan penggunaan juga berpotensi mengakibatkan rendahnya serapan jumlah kuota yang sudah dialokasikan pada Kuota Belajar," ujar dia.
Berdasarkan tingkat pengenalan dan tingkat penggunaan maka aplikasi Aminin sebagai aplikasi Agama Islam tidak layak sebagai aplikasi rujukan Kuota Belajar.
"Pada aplikasi Bahasa Inggris, Duolingo dan Bahaso memang layak berada pada Kuota belajar sementara Birru dan Cakap tidak layak menjadi rujukan pada Kuota Belajar," katanya.
Secara umum aplikasi yang banyak digunakan menurut Fahriza adalah aplikasi berbasis pesan atau obrolan, aplikasi penyimpanan video, aplikasi ruang kelas online dan aplikasi video conference.
"Sementara aplikasi pembelajaran online yang banyak menjadi aplikasi rujukan pada Kuota Belajar tidak dominan digunakan," ujarnya.