Kapolda Metro: Sebanyak 291 Personel Dilibatkan Buru Cai Changpan Sebelum Ditemukan Bunuh Diri
Banyaknya personel gabungan yang dilibatkan pihaknya karena dalam perburuan diketahui bahwa Cai Changpan melarikan diri ke dalam hutan.
Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Mohamad Yusuf
WARTAKOTALIVE.COM, SEMANGGI - Kapolda Metro Jaya Irjen Nana sudjana mengatakan sedikitnya ada 291 personel gabungan yang dilibatkan pihaknya dalam memburu napi narkoba terpidana mati Cai Changpan (53) alias Anthoni.
Sebelum akhirnya yang bersangkutan ditemukan tewas gantung diri di Desa Koleang Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu 17 Oktober 2020 lalu.
Baca juga: Kelompok LGBT Muncul di TNI Dipimpin Seorang Sersan, Anggotanya Letkol, ini Fakta-faktanya
Baca juga: Hotman Paris Sebut ada Pasal di UU Cipta Kerja yang Untungkan Buruh, Ditakuti Pengusaha
Baca juga: Viral Video Satpol PP di Pubabu, NTT Banting dan Tendang Wanita dan Anak-anak, ini Kata Walhi
Menurut Nana cukup banyaknya personel gabungan yang dilibatkan pihaknya karena dalam perburuan diketahui bahwa Cai Changpan melarikan diri ke dalam hutan di wilayah Tenjo, Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Sebelumnya Cai Chanpan kabur dari Lapasa Klas I Tangerang pada 14 September 2020.
"Personel gabungan ini berasal dari Ditreskrimum dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya, Polres Tangerang, petugas dari Kanwil Kemenkumham, serta kami juga meminta bantuan 1 SSK Brimob Polda Metro Jaya ditambah dengan personil dari K-9 atau anjing pelacak," kata Nana.
Selain itu menurut Nana pihaknya juga melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat di sekitar wilayah Tenjo, dan Jasinga, Kabupaten Bogor.
Di mana diketahui Cai Changpan melarikan diri ke dalam hutan di sana.
"Sedikitnya ada tiga saksi atau 3 warga setempat, yang sempat melihat keberadaan Cai Changpan di sekitar hutan," kata Nana.
Karena merasa terdesak itulah menurut Nana Cai Changpan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri di tempat pembakaran ban di Desa Koleang, Kecamatan Jasinga.
Tempat pembakaran ban itu sendiri Kata Nana dulunya adalah milik Cai Changpan sebelum dijual kepada warga setempat yakni Ibu Stunning pada tahun 2010 lalu.
Nana menuturkan Cai Changpan (53) alias Antoni, diketahui sudah selama 17 tahun tinggal dan menetap di Desa Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Di sana pula ia memiliki rumah dan seorang istri. Sehingga saat kabur dari Lapas kelas 1 Tangerang, ia ke sana dan melarikan diri ke dalam hutan di wilayah Tenjo Kabupaten Bogor Jawa Barat," kata Nana di Mapolda Metro Jaya, Senin (19/10/2020).
Karenanya kata Nana, Cai Changpan sangat mengenal wilayah di sana, termasuk di dalam wilayah hutan tempatnya melarikan diri.
Ia menuturkan hasil autopsi terhadap jenazah Cai Changpan, menunjukkan bahwa yang bersangkutan tewas akibat mati lemas.
"Penyebab matinya adalah akibat kekerasan benda tumpul pada leher, yang menyumbat jalan napas sehingga mengakibatkan mati lemas," kata Nana di Mapolda Metro Jaya, Senin (19/10/2020).
Ia menjelaskan setelah ditemukan tewas gantung diri, Sabtu (17/10/2020) pagi, jenasah langsung dibawa ke RS Polri, Kramajati, untuk diautopsi.
"Penjelasan hasil autopsi jenazah bahwa hasil pemeriksaan bedah terhadap jenazah Cai Changpan ditemukan pada leher terdapat luka lecet tekan, yang melingkari leher, berjalan dari kiri bawah ke kanan atas. Kemudian yang kedua tidak ditemukan luka luka lain," kata Nana.
Yang ketiga tambahnya tes penyaring napza dan alkohol dari bilasan urine adalah negatif.
"Jadi penyebab matinya orang adalah akibat kekerasan tumpul pada leher yang menyumbat jalan napas sehingga mengakibatkan mati lemas. Jadi bisa dipastikan yang menggantung adalah adalah saudara terpidana mati Cai Changpan sendiri," kata Nana.
Selain itu kata Nana dari hasil sidik jari dan identifikasi dipastikan bahawa jenazah yang ditemukan gantung diri itu, adalah Cai Changpan.
"Hasil identitifikasi bahwa ciri-ciri jenasah identik dengan Cai Changpan. Mulai dari sidik jari dan beberapa tato di tubuh yang bersangkutan. Semuanya identik," kata Nana.
Sampai Senin siang ini Kata Nana jenazah masih berada di Rumah Sakit Polri Kramat Jati.
"Nantinya akan kita serahkan ke Lapas kelas 1 Tangerang untuk kemudian diserahkan kepada keluarga," katanya.
Seperti diketahui, setelah hampir sebulan lebih diburu petugas, karena berhasil kabur dari Lapas Klas 1 Tangerang, napi narkotika asal China Cai Changpan, akhirnya ditemukan tewas gantung diri, Sabtu (17/10/2020) pagi.
Ia didapati tak bernyawa di gudang pembakaran ban di Jasinga, Bogor, Jawa Barat.
Hal itu dikatakan Kabid humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, Sabtu sore.
"Ditemukan gantung diri tadi pagi pukul 10.30, di gudang pembakaran pabrik ban di Jasinga, masih di area hutan Tenjo," kata Yusri.
Saat ini kata Yusri jenazah Cai Changpan sudah dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Baca juga: Jadi Cover Majalah, Ahmad Dhani Berendam di Kolam dengan Tiga Wanita, Sebut Selingkuh itu Manusiawi
Baca juga: Digerebek Polisi, 310 Kondom untuk Berhubungan Badan Ditemukan di Spa Tangerang
Baca juga: Polisi Ungkap Kesalahan dan Peran Petinggi KAMI yang Ditangkap, ini Lengkapnya
Baca juga: Warung Kopi ini Sediakan Enam Gadis Belia dengan Tarif Rp 150 Ribu, Polisi Langsung Bertindak
Cai Changpan, merupakan napi narkoba asal China kabur dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Tangerang, pada 14 September 2020 lalu.
Yakni dengan membuat lubang sedalam sekitar 2,5 meter dan terowongan sepanjang 30 meter di bawah kamar selnya menuju saluran air di luar sel.
Dalam kasus kaburnya Cai Changpan polisi menetapkan dua pegawai lapas sebagai tersangka, karena sudah membantu Cai kabur.
Changpan diduga kabur ke dalam hutan di wilayah Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, setelah menemui istri dan anaknya yang tinggal di sana.
Yusri mengatakan Cai Changpan diketahui juga pernah mendapat pendidikan militer di China.
"Sehingga Ia memiliki survival atau kemampuan bertahan hidup di dalam hutan," katanya.
Karenanya Ia diduga kuat masuk ke dalam hutan di wilayah Desa Tenjo, Kabupaten Bogor, karena di desa itulah istri dan anak Cai Changpan tinggal.
Ia diketahui eempat menemui istri dan anaknya di saja, 4,5 jam setelah berhasil kabur dari dalam lapas.
Setelah menurunkan personel dari satuan Brimob untuk mengejar Cai Changpan, Polda Metro Jaya juga menurunkan tim anjing pelacak atau K-9, untuk memburu Cai Changpan.
"Kami juga menurunkan tim K-9 atau tim anjing pelacak untuk memburu yang bersangkutan yang disinyalir masih berada di dalam hutan di wilayah Tenjo, Bogor, sana," kata Yusri, 6 Oktober 2020 lalu.
Yusri mengatakan sejak diketahui bahwa Cai Changpan masuk ke dalam hutan, tim gabungan khusus yang dibentuk pihaknya menyisir hutan di Tenjo memburu Cai Changpan
Hutan di wilayah itu kata Yusri cukup luas dimana mencakup 7 kelurahan.
"Lalu dari keterangan warga, yang bersangkutan sempat keluar hutan dan ke salah satu desa dan membeli makanan di warung sana. Kemudian ia masuk kembali ke dalam hutan," kata Yusri.
Karenanya menurut Yusri pihaknya menurunkan puluhan anggota Brimob untuk menambah kekuatan petugas gabungan yang memburu Cai Changpan.
"Kami kerahkan anggota Brimob ke sana, membantu mengejar yang bersangkutan. Lalu saat ini kami juga kerahkan tim anjing pelacak atau K-9" katanya.
Di dalam hutan, kata Yusri, pihaknya menemukan pondok dan barang-barang yang diduga milik Cai Changpan di sana.
"Dari barang-barang itu semoga anjing pelacak bisa menelusuri dan mengendus jejaknya," kata Yusri.
Yusri mengatakan sebelum berurusan dengan polisi, Cai Changpan sempat tinggal di Desa Tenjo beberapa lama, dan sudah menjadi warga negara Indonesia (WNI).
Ia juga menikahi perempuan Indonesia yang tinggal di Tenjo.
Bahkan kata Yusri, diketahui Cai cukup sering berburu ke dalam hutan di Tenjo, sehingga cukup mengenal kondisi hutan di wilayah itu.
Sebelumnya menurut Yusri dengan bantuan anggota Brimob, pihaknya memperluas wilayah hutan untuk mengejar Cai Chanpang.
"Kami perluas penyisiran hingga ke hutan di wilayah Babakan, Pasir Madang dan Pasar Rebo, di sekitar Tenjo," kata Yusri.
Yusri mengatakan Cai Changpan diketahui pernah mengikuti pendidikan militer di China.
"Ia mantan tentara di China," katanya.
Dengan bekal pendidikan militer di China, Cai disinyalir mampu surivival atau bertahan hidup di dalam hutan dalam waktu cukup lama.
Menurut Yusri saat Cai Changpan di tangkap Mabes Polri karena menyelundupkan sabu ke Indonesia pada 2017 lalu, ia juga diketahui pernah kabur masuk ke dalam hutan di wilayah Sukabumi.
"Sehingga kali ini diduga ia juga masuk ke hutan di Tenjo, Bogor, Jawa Barat. Sebab terakhir kali ia diketahui sempat menemui istri dan anaknya di Tenjo, Bogor," kata Yusri.
Selain itu katanya dari keterangan warga sekitar, mengindikasikan Cai masuk ke dalam hutan menghindari kejaran petugas.
"Apalagi hutan di Tenjo, Bogor ini cukup luas, dan mencakup 7 kelurahan. Petugas masih menyisir hutan untuk membekuk yang bersangkutan," katanya.
"Karena pernah mengikuti pendidikan militer di China, setidaknya ia tahu dasar-dasar survival atau bertahan hidup dalam hutan. Apalagi saat ditangkap Mabes Polri 2017 lalu, saat itu ia kabur ke dalam hutan di Sukabumi," ujarnya.
Karena itu kata Yusri diduga kuat kali ini, Cai Changpan juga kabur dan masuk ke dalam hutan di Tenjo, Bogor, Jawa Barat.
"Kami juga sudah menetapkan yang bersangkutan masuk dalam daftar pencarian orang atau DPO polisi. Ini agar masyarakat yang mengetahui keberadaannya dimanapun, mau melaporkannya ke polisi," kata Yusri.
Sebelumnya setelah memeriksa sekitar 14 saksi dalam kasus ini pihak kepolisian akhirnya meyakini ada sejumlah kejanggalan atas kaburnya napi tersebut.
"Ada beberapa kejanggalan yang didapat penyidik," kata Yusri.
"Diantaranya, napi itu baru ketahuan tidak ada di selnya, 11 jam kemudian, setelah ia berhasil melarikan diri atau kabur dari lapas," kata Yusri.
Padahal katanya ada 3 shift tim petugas penjaga lapas setiap harinya dan setiap pergantian shift, petugas memeriksa semua keberadaan napi di dalam Lapas.
"Dari pemeriksaan, petugas yang berjaga saat itu yakni shift pertama tidak mengecek keberadaan para napi dan tahanan. Petugas shift berikutnya atau yang kedua juga melakukan hal sama tidak melakukan pengecekan," kata Yusri.
Oleh petugas jaga di shift ke 3 itulah, kata Yusri, akhirnya baru diketahui napi yang bersangkutan sudah tidak ada di selnya.
"Lalu dari keterangan napi satu selnya yang WNA Singapura, menyampaikan bahwa napi narkoba itu sudah melarikan diri 11 jam lalu," ujar Yusri.
Kemudian kata Yusri kejanggalan lain adalah petugas pemantau penjaga menara mengaku sedang tidur, saat napi narkoba asal China itu kabur.
Padahal jika tidak tidur, kata Yusri, Cai yang lolos keluar tembok lapas lewat bawah tanah, akan dapat diketahui.
"Kemudian petugas operator yang menjaga CCTV dalam pemeriksaan juga mengaku ketiduran pada saat Cai kabur. Sehingga ia tidak melihat kaburnya Cai, yang seharusnya terpantau jelas, jika ia tak tidur," ujar Yusri.
Kejanggalan lain kata dia adalah berdasar keterangan rekan satu selnya, napi narkoba itu sudah mulai melakukan penggalian di bawah kamar tahanannya sejak 8 bulan lalu.
"Alat yang dipakai menggali napi itu berasal dari peralatan para pekerja yang sedang merenovasi dapur, tak jauh dari kamar sel napi narkoba itu," kata Yusri.
"Dalam waktu selama 8 bulan, menjadi pertanyaan jija tidak ada siapapun bahkan petugas lapas, yang tahu soal penggalian itu. Jadi penyidik masih mendalaminya, karena cukup janggal jika tak ada yang tahu," katanya.
Untuk pengejaran atas napi narkoba yang kabur itu, kata Yusri, tim gabungan yang dibentuk terus bergerak di lapangan.
"Ada lima tim yang bergerak mengejar yang bersangkutan dan satu tim menyelidiki penyebab kaburnya napi narkoba itu dari lapas dan melihat ada tidaknya keterlibatan pihak tertentu.
Sebelumnya dalam kunjungan kerja ke Polda Metro Jaya, Selasa (29/9/2020), para pimpinan dan anggota Komisi III DPR RI menduga ada keterlibatan orang dalam lapas, terkait kaburnya Cai.
Hal itu karena banyaknya kejanggalan dalam kaburnya Cai.
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Syahroni mengatakan dalam kunker itu, pihaknya sudah menyampaikan soal kejanggalan itu ke Kapolda Metro Jaya.
"Kami tanyakan ke Kapolda, dan Polri sudah membentuk tim mengejar napi yang kabur itu," kata Syahroni kepada Warta Kota, Selasa malam.
Menurut Syahroni ia meminta polisi segera menangkap Cai Changpan.
"Kami juga sampaikan, diduga kuat ada yang membantu napi tersebut sehingga bisa kabur," kata Syahroni.
Namun ia enggan menduga-duga, pihak yang membantu apakay orang dalam lapas atau bukan. "Polisi yang harus mengungkapnya," kata Syahroni.
Ia menjelaskan indikasi adanya pihak-pihak lain yang membantu Cai Changpan kabur, sangat jelas.
"Karena berhasil lolosnya napi keluar dari Lapas sangat aneh. Dimana para petugas jaga saat itu, semuanya bersamaan tidur," kata Syahroni.
Syahroni berharap dan optimis pihak kepolisian mampu menangkap napi yang kabur dan dapat mengungkap penyebab kaburnya napi tersebut dengan jelas. (bum)