Tsunami Butuh 20 Menit Tiba di Darat, Peringatan Dini Bisa Berikan Waktu 15-17 Menit untuk Evakuasi
Dwikorita juga menjelaskan adanya penelitian mengenai bencana gempa bumi megathrust dan tsunami.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, sudah saatnya pemerintah daerah menyiapkan langkah-langkah mitigasi yang berbasis local wisdom.
Hal tersebut menyusul hasil penelitian ilmuwan ITB yang menyebut adanya potensi gempa megathrust dan gelombang tsunami 20 meter.
"Kesiapan pemerintah daerah juga sangat penting dalam menyediakan sarana dan prasarana evakuasi."
• Potensi Gempa Megathrust di Selatan Jawa, Gelombang Tsunami 20 Meter Butuh 20 Menit Sampai ke Darat
"Peta rawan bahaya gempa bumi dan tsunami, jalur dan tempat evakuasi, melaksanakan gladi evakuasi secara rutin."
"Menerapkan standar bangunan tahan gempa bumi dan tsunami, terutama untuk bangunan publik dan bangunan vital."
"Lalu melaksanakan audit bangunan yang diikuti dengan upaya memperkuat konstruksi bangunan."
• Pegawai KPK Pamit, Nurul Ghufron: Pejuang Takkan Tinggalkan Gelanggang Sebelum Kemenangan Diraih
"Agar benar-benar tahan terhadap gempa bumi dan tsunami, "ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati lewat pernyataan tertulis yang diterima Tribun, Selasa (29/9/2020).
Tidak hanya itu, kata Dwikorita, pemerintah daerah juga harus segera menerapkan tata ruang berbasis mitigasi bencana.
Serta, menegakkan aturan secara ketat agar masyarakat dan seluruh pihak benar-benar mematuhi seluruh langkah upaya mitigasi.
• Jadi Kuasa Hukum Anak Soeharto Gugat Sri Mulyani, Mantan Pimpinan KPK: Orde Baru Sudah Almarhum
"Langkah-langkah penyiapan strategi mitigasi yang sesuai dengan local wisdom saat ini harus benar-benar dilakukan, diuji, dan ditingkatkan."
"Sebagaimana yang telah diamanahkan dalam Undang-undang Nomor 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana."
"Dan Peraturan Presiden Nomor 93/ tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami," beber Dwikorita.
• Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo Sembuh, Anak Buahnya Meninggal Akibat Covid-19
Dwikorita juga menjelaskan adanya penelitian mengenai bencana gempa bumi megathrust dan tsunami.
Hal itu dilakukan bukan bermaksud membuat panik seluruh masyarakat, tetapi agar mendukung penguatan sistem mitigasi bencana.
"Sehingga kita dapat mengurangi atau mencegah dampak dari bencana itu, baik jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan bangunan dan lingkungan," papar Dwikorita.
• 60 Warga Kabupaten Bogor Jadi Pasien Baru Covid-19 per 27 September 2020, Usia 4 Sampai 81 Tahun
Sejak beberapa tahun yang lalu, lanjut Dwikorita, beberapa peneliti telah melakukan kajian potensi kejadian tsunami di pantai selatan Jawa yang dapat mencapai ketinggian 20 meter akibat gempa bumi megahtrust.
Metode, pendekatan, dan asumsi yang dilakukan dalam tiap penelitian tersebut berbeda, namun hasilnya kurang lebih sama.
Yaitu, potensi terjadinya tsunami dengan ketinggian sekitar 20 meter, dalam waktu 20 menit gelombang tiba di pantai sejak terjadinya gempa.
• Pegawai KPK Mundur, Nawawi Pomolango: Hargailah yang Pergi Tanpa Harus Sebut yang Bertahan Pejuang
Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Widjo Kongko (2018), Ron Harris (2017 - 2019), dan yang terakhir oleh tim lintas lembaga yang dipimpin oleh ITB dan didukung oleh BMKG.
"Hasil penelitian tersebut diperlukan untuk menguatkan sistem mitigasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami."
"Mengingat potensi kejadian gempa bumi dan tsunami di Indonesia tidak hanya berada di pantai selatan Jawa saja."
• Tolak RUU Cipta Kerja, Presiden KSPI Bilang Buruh Bakal Mogok Nasional pada 6-8 Oktober 2020
"Namun berpotensi terjadi di sepanjang pantai yang menghadap Samudra Hindia dan Samudra Pasifik."
"Ataupun pantai yang berdekatan dengan patahan aktif yang berada di laut (Busur belakang atau back arc thrusting ataupun membentang sampai ke laut, dengan berbagai potensi ketinggian gelombang tsunami," jelas Dwikorita.
Penelitian terakhir oleh ITB yang didukung oleh BMKG, KKP, dan BIG, dilakukan berdasarkan analisis data-data kegempaan BMKG dan pemodelan tsunami dengan beberapa skenario.
• Warga Ibu Kota Banyak yang Cari Hiburan ke Bekasi, Katsapol PP DKI: Tegakkan Saja Aturannya
Menurut Dwikorita, skenario terburuk mengasumsikan terjadi gempa bumi secara bersamaan di dua segmen megathrust yang ada di selatan Jawa bagian Barat dan Selatan Jawa bagian Timur.
Gempa itu mengakibatkan tsunami dengan tinggi gelombang maksimum 20 meter di salah satu area di selatan Banten, dan mencapai pantai dalam waktu 20 menit sejak terjadinya gempa.
Mekanisme kejadian tsunami yang dimodelkan ini, kata Dwikorita, serupa dengan kejadian tsunami Banda Aceh tahun 2004, yang juga diakibatkan oleh gempabumi dengan Mw 9.1 dan tsunami mencapai pantai dalam waktu kurang lebih 20 menit.
• Kafe Tebalik Kopi yang Ditutup Anies Baswedan Belum Bayar Denda Progresif Rp 50 Juta
Hasil pemodelan ini dapat juga menjadi salah satu acuan bahwa lahan di pantai yang berada pada ketinggian lebih dari 20 meter, relatif lebih aman terhadap ancaman bahaya tsunami.
"Hasil pemodelan tersebut juga penting untuk penyiapan jalur dan tempat evakuasi, ataupun untuk penataan lahan di daerah rawan tsunami," ulas Dwikorita.
Karena itu, BMKG di seluruh provinsi dan wilayah rawan gempa bumi dan tsunami di Indonesia tetap terus siaga 24 jam dengan memonitor menginformasikan kejadian gempa bumi secara real time.
• Jokowi: Mini Lockdown yang Berulang Lebih Efektif Ketimbang Tutup Satu Kota Atau Provinsi
Dan, dengan seketika memberikan peringatan dini potensi tsunami yang dapat dibangkitkan.
Serta terus mendukung dan bersinergi dengan BNPB, pemerintah daerah/ BPBD, TNI, Polri, media, masyarakat, dan berbagai pihak terkait untuk lebih siap dalam mengantisipasi bahaya gempa bumi dan tsunami.
Dwikorita juga menyebut peran media sangat penting dan efektif dalam menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat secara tepat, untuk meningkatkan kewaspadaan tanpa menimbulkan kepanikan.
• Pakai Seragam Tahanan Oranye dan Tak Diborgol, Djoko Tjandra Dilimpahkan ke Kejari Jakarta Timur
Lebih jauh Dwikorita menjelaskan, sejak 2008 pemerintah telah mengantisipasi potensi kejadian tsunami akibat gempa bumi megathrust seperti yang pernah terjadi di Aceh tahun 2004, dan juga seperti yang telah dimodelkan oleh beberapa peneliti tersebut di atas.
Jadi, sistem peringatan dini yang dibangun BMKG memang disiapkan untuk memonitor dan mengantisipasi kejadian gempa bumi (termasuk gempa bumi megathrust) dengan magnitudo dapat mencapai lebih dari Mw 9.
Dan, memberikan peringatan dini potensi datangnya gelombang tsunami.
• TPU Rorotan Bakal Jadi Lokasi Pemakaman Jenazah Korban Covid-19, Siap Digunakan Desember 2020
Dalam waktu 3-5 menit setelah gempa bumi, sistem monitoring dan peringatan dini yang dioperasikan dengan Internet of Things (IoT) dan diperkuat oleh super computer dan Artificial Intelligent (AI), secara otomatis dapat menyebarluaskan informasi peringatan dini tsunami.
Peringatan dini diberika kepada masyarakat di daerah rawan gempa bumi dan tsunami, melalui BNPB, BPBD, media massa ataupun beberapa moda diseminasi (sms, email, website, sosial media).
"Dengan penyebarluasan peringatan dini tsunami tersebut, maka masih tersisa waktu kurang lebih 15 sampai 17 menit untuk proses evakuasi."
"Apabila waktu datangnya tsunami diperkirakan dalam waktu 20 menit," beber Dwikorita. (Willy Widianto)