Pilkada Tangsel

Tanggapi Kicauan Said Didu dan Panca Laksana Soal Cara Berpakaiannya,Sara: Salah Pelaku atau Korban?

Tanggapi Kicauan Said Didu dan Cipta Panca Laksana Soal Cara Berpakaiannya, Saraswati : Pelecehan Seksual, Salah Pelaku atau Korban?

Editor: Dwi Rizki
Istimewa
Calon Wakil Wali Kota Tangsel Rahayu Saraswati Djojohadikusumo 

Lebih lanjut dipaparkan Sara, pakaian bisa disesuaikan dengan kondisi dan konteks atau acara.

Apabila dirinya mengenakan pakaian olahraga dengan celana pendek dan tanpa lengan saat bertemu dengan tokoh masyarakat di acara formil dapat disebut tidak sopan.

Tapi apabila berolahraga saja sudah dihakimi, dirinya bertanya tentang kabar para atlet perempuan yang mengenakan pakaian agar bisa memaksimalkan performa mereka.

"Apa dia juga akan dihakimi karena tidak sesuai dengan norma yang ditentukan orang lain? Hak dia adalah berpakaian sesuai dengan keinginannya dan hak orang lain untuk menghormati dan tidak melecehkannya," ungkap Sara.

"Tetapi rupanya masih banyak orang yang lebih senang menyalahkan korbannya dibanding menanyakan akhlak pelaku yang menghakiminya," jelasnya.

4. Politik Identitas

Sedangkan mengenai politik identitas yang dilontarkan pihak tertentu terhadap dirinya, Sara menegaskan hal tersebut merupakan penggiringan opini.

Sebab, dalam banyak kesempatan dirinya selalu mengenakan pakaian yang menurutnya pantas sebagai bentuk kesopanan.

Pakaian yang dikenakan tersebut juga ditegaskan Sara sebagai bentuk penghormatan kepada masyarakat yang mengundangnya.  

"Saat berkunjung ke acara yang notabene adalah acara umat Muslim biasanya saya menggunakan kerudung sebagai TANDA PENGHORMATAN saya kepada yang mengundang, atau norma yang ditetapkan di daerah istimewa tersebut, walaupun tidak diharuskan. Hmmm… mungkin saya salah selama ini dengan melakukan itu. Atau budi pekerti yang diajarkan kepada saya selama ini salah, ya?," tanya Sara.

Terlepas dari kekerasan seksual verbal yang dialaminya, Sara menegaskan terdapat banyak kasus pelecehan atau kekerasan seksual terhadap perempuan yang dialami sejumlah korban saat ini.

Seperti seorang ibu rumah tangga berinisial S di Ciputat, Tangsel yang mengalami intimidasi dari keluarga pelaku beberapa waktu lalu.

Padahal aksi pelaku meremas dan memelintir payudara korban sampai berbekas dan memar terjadi hadapan mereka.

selain itu ibu rumah tangga berinisial M yang anaknya penyandang disabilitas menjadi korban kekerasan seksual di sekolahnya.

Tetapi pihak sekolah justru menawarkan uang ganti rugi dan berpihak pada pelaku.

"Sampai kapan kita akan terus menerima hal seperti ini sebagai bagian dari kehidupan peradaban sekarang?,"  tanya Sara.

"Saya minta kawan-kawan mengangkat kasus-kasus yang muncul namun hilang lagi. Haruskah kasus diangkat di media baru dianggap serius oleh pelaku dan oknum aparat penegak hukum?," lanjutnya.

Sara menegaskan kasus yang dialaminya tidak sebanding dengan yang dialami ratusan bahkan ribuan perempuan dan anak di seluruh Indonesia.

Sebab diketahui, angka Konten Kekerasan terhadap Anak (Child Abuse Material atau CAM) di Indonesia pada tahun 2015 merupakan tertinggi di Asia, yakni sekira 150.000 CAM di satu situs medsos.

Artinya, dari tahun 2015 saja ada sekira 150.000 anak yang tidak diberikan pemulihan dan perhatian atas kekerasan dan trauma yang mereka alami.

"Di mana negara? Di mana kalian para hakim maha suci? KITA SEMUA BERTANGGUNG JAWAB. Kita semua mempunyai andil dan bagian masing-masing. Saya berdiri bersama dengan korban dan penyintas pelecehan dan kekerasan seksual," tegas Sara.

"Sudah saatnya pemimpin daerah bergandengan tangan dengan kekuatan masyarakat untuk menyatakan CUKUP pada objektifikasi perempuan, pelecehan seksual verbal maupun fisik, kekerasan seksual, ataupun hal-hal yang melukai martabat perempuan yang adalah seorang ibu, adik, kakak, anak," tambahnya.

"Surga di telapak kaki ibu… namun sang ibu tidak dihormati lagi, maka apakah surga sudah ditinggalkan?," tutup Sara menegaskan.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved