Apa Itu Resesi? Berikut Penjelasan Lengkap Soal Perbedaan Resesi Ekonomi dengan Depresi Ekonomi
Istilah resesi, resesi ekonomi dan depresi ekonomi ramai diperbincangkan masyarakat.
Lalu, pemulihan ekonomi ini tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri dari kerusakan yang terjadi, maka kolaborasi, koordinasi, dan kointegrasi harus TSM (terstruktur, Sistematis dan Masif) dari semua elemen masyarakat.
"Dalam era Covid-19 ini, kita harus yakin seyakin-yakinnya kita tidak pernah sedikitpun ragu bahwa kita punya kekuatan, stabilitas, dan ketahanan sistem keuangan yang telah meningkat secara fundamental selama 10 tahun terakhir, meski virus corona telah menyebabkan penurunan," kata Edhie.
Namun, lanjutnya, ada hal yang harus diingat yakni 'alarm penting' tentang ketidaksetaraan atau ketimpangan ekonomi yang harus diperbaiki bersama dan menjadi momentum untuk berkointegrasi bersama-sama.
"Berbeda dengan kolaborasi dan koordinasi, kointegrasi adalah hubungan jangka panjang yang dimulai dari kesesuaian antar elemen pelaku ekonomi"
"Ini harus dieksploitasi bersama-sama dan dicari terobosan harian secara TSM," pungkas Edhie.
Cegah Resesi, Desa Didorong Aktifkan Digitalisasi
Desa memiliki potensi besar untuk terus bertumbuh. Indonesia yang kini memiliki 74.517 desa dan separuh penduduk Indonesia tinggal disana.
Dan kini, di tengah masa pandemi Corona (Covid-19), desa menghadapi pula dampaknya sehingga diperlukan strategi menghadapi kemungkinan resesi ekonomi.
"Indonesia pernah menghadapi krisis saat reformasi 98 lalu, tapi saat itu desa tidak terdampak. Tapi di masa pandemi Corona ini, desa terdampak dan menjadi benteng terakhir"
"Banyak orang kota lebih baik pulang ke desa asal bisa makan," kata mantan Kepala Bappenas/Menteri PPN, Andrinof Chaniago di webinar bertajuk 'Strategi Hadapi Resesi Ekonomi, Prioritas Dibangun Desa atau Kota?', Minggu (9/8/2020).
Hal inilah yang dikatakannya perlu agar terus bisa menjadi benteng terakhir melawan krisis akibat pandemi ini.
"Strategi khusus guna membangun desa itu harus diakselerasi agar mendukung pertumbuhan ekonomi, mengingat penduduk miskin lebih banyak berada di pedesaan," ujar Andrinof.
Budiman Sudjatmiko, Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia yang juga Ketua Dewan Pengawas (Dewas) Koperasi Satelit Desa Indonesia (KSDI) yang juga jadi pembicara menyebut strategi mengikis krisis ini bisa dilakukan dengan sebuah syarat.
"Sumbatan digitalnya harus dibuka dulu, agar arus informasi bisa lancar," ujar Budiman.
Dikatakannya, saat ini pemerintahan Jokowi telah menyediakan Palapa Ring yang menjadi jalan tol komunikasi dari Sabang sampai Merauke.
"Tapi kan 'jalan kampung' di sekitarnya belum di aspal. Inilah yang kini akan kita kolaborasikan. Bumdes kita sambungkan dengan perusahaan-perusahaan penyedia jasa internet untuk bikin kolaborasi digital," papar Budiman.
Hal ini sudah mulai dicoba di Tanah Datar, Sumatera Barat. Sebelum pandemi Covid-19 saja, tiap desa di wilayah itu sudah meraup untung Rp16 jt/bulan dari penyediaan akses internet.
"Tahun depan kita akan coba ke 25 ribu desa di Indonesia. Masyarakat beli kuota ke Bumdes, nanti keuntungannya buat desa," ujar Budiman.
Politisi PDIP ini menyebut, secara teknologi pelaksanaan hal tersebut tidak sulit, apalagi ada dana desa.
Digitalisasi atau yang dikatakan Budiman sebagai rangkai data, merupakan satu dari pendekatan Trisakti ABC yang efektif untuk diterapkan di masa normal baru ini, selain asasi, abadi, berkelanjutan (sustainable), berdana, berdaya, dan cinta tanah air serta punya cita-cita.
"Kami mendorong pemerintah di tingkat desa agar aktif melakukan digitalisasi di wilayahnya masing-masing," ujarnya.
Indonesia dinilainya punya comparative advantage yang harus didorong untuk terus ditingkatkan.
Hal ini diamini pula oleh Andrinof. Ia sepakat jika masyarakat di desa harus terus ditanamkan mental kewirausahaan.
"Jadi kalau ditanya apakah di desa atau kota yang penting, dua-duanya penting. Tapi di desa perlu akselarasi dan tata kelola yang lebih baik," pungkas Andrinof.
Sebagai penutup, pembicara lainnya di webinar ini, Angela Simatupang dari International Contact Partner RSM Indonesia menyebut, digitalisasi desa sudah mutlak dilakukan, namun harus digarap dengan tata kelola yang baik agar pembangunan di desa bisa berkelanjutan.
"Digitalisasi di desa sudah pati bisa, tinggal masalah kemauan dan komitmen. Tapi, mindset masyarakat juga harus ditata dan jangan lupa harus dibenahi juga public goverment-nya, kalau tidak ya sia-sia ," kata Angela.
Indonesia di Ambang Resesi, Ekonom Menyarankan untuk Meniru Langkah China
Bayang-bayang resesi menghantui seluruh negara di dunia pada 2020 ini akibat pandemi Covid-19.
Beberapa negara bahkan telah jatuh lebih dulu ke jurang resesi, sebut saja Singapura, Korea Selatan, AS, Hong Kong, hingga beberapa negara di Eropa.
Isu resesi tak luput mengikuti pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Resesi ekonomi adalah situasi terjadinya penurunan nilai pertumbuhan ekonomi rill menjadi negatif sepanjang sepertiga tahun berturut-turut.
Beberapa indikator awal telah menunjukkan kinerja perekonomian RI tak sedang baik-baik saja.
Pemerintah hingga ekonom sepakat PDB kuartal II 2020 akan terkontraksi lebih dari 4 persen.
Bila pertumbuhan ekonomi dua kuartal atau lebih berturut-turut negatif, praktis secara teknikal Indonesia tak kebal dari resesi.
Terlepas bakal resesi atau tidak, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyarankan Indonesia bercermin pada China.
Ekonomi Negara Tirai Bambu ini langsung menanjak usai membukukan pertumbuhan negatif yang curam akibat pandemi.
"Dia (China) bukan hanya stimulusnya yang cepat, tapi penanganan Covid-nya juga sangat baik. Jadi artinya, ini harus jadi contoh sukses sebagai negara yang bisa keluar dari jebakan ataupun jeratan resesi," kata Josua kepada Kompas.com, Senin (3/8/2020).
Informasi saja, China sempat mencatatkan PDB terkontraksi 6,8 persen pada kuartal I 2020 sejak pandemi Covid-19 menyerangnya di akhir 2019.
Namun pertumbuhan ekonomi kembali menyentuh angka positif 3,2 persen pada kuartal II 2020, meski Negara Xi Jinping tak berani menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020.
Josua bilang, Indonesia perlu memitigasi kemunculan resesi sebelum terlambat.
Caranya adalah mempercepat penyaluran bantuan sosial secara tepat sasaran dalam bentuk tunai dan stimulus lainnya yang mampu menopang ekonomi.
Sekalipun nantinya terjadi resesi, percepatan penyaluran stimulus akan membuat ekonomi kembali positif di kuartal IV 2020. "
Resesi atau tidak resesi, bukan itu konsennya.
Tapi next-nya yang menjadi konsen kita apa, itu yang harus disiapkan pemerintah.
"Jadi sekalipun resesi, bisa langsung kembali ke (pertumbuhan) positif lagi di kuartal IV," ucap Josua.
Sebelumnya, Pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan sejumlah pihak lain mengonfirmasi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di zona negatif alias minus.
Kondisi ini diyakini masih akan berlanjut hingga kuartal III 2020.
"Jadi kita ekspektasi kuartal II itu kontraksi. Saya sampaikan di sini (rentang kontraksi antara) minus 3,5 persen sampai minus 5,1 persen"
"Titik poin (nilai tengah) minus 4,3 persen," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung DPR RI, Rabu (15/7/2020).
Bank Indonesia (BI) pun memproyeksi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 akan mengalami tekanan atau kontraksi dengan tumbuh negatif antara 4 persen hingga 4,8 persen.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan, Indonesia saat ini tengah menghadapi masa-masa yang sangat sulit.
Bahkan, menurut dia, proses pemulihan pun akan berlangsung sangat lambat atau berbentuk huruf U (U-Shape).
Kuartal II, Kemenkeu (memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia) negatif 4 persen. (Proyeksi) BI kurang lebih angkanya sama, antara 4 persen sampai 4,8 persen. Itu range kita," ujar Destry dalam konferensi video di Jakarta, Senin (20/7/2020).
"Dengan U-shaped recovery, (pemulihan) relatif lambat," sambung dia.
(PosKupang/Wartakotalive.com/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul "Resesi Ekonomi Apakah Berbahaya? Berikut Penjelasannya, Beda dengan Depresi Ekonomi, INFO" dan Kompas.com dengan judul "Resesi Atau Tidak Resesi, RI Harus Contoh China...", Klik untuk baca: