HUT Kemerdekaan RI

Soekarno Sempat Meremas dan Buang Teks Proklamasi ke Tempat Sampah, Untung Ada BM Diah

Naskah yang sebelumnya disimpan di depot penyimpanan arsip statis ANRI kemudian dibawa menuju Istana oleh Sekretariat Presiden.

ANRI
Teks Asli Proklamasi yang ditulis tangan sempat dibuang Soekarno 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA --  Pertama kali teks Proklamasi ini sampai Indonesia berusia 74 tahun belum pernah arsip ini dikeluarkan dan didisplay ditengah-tengah mimbar kehormatan bersama Presiden dan seluruh rakya Indonesia.

Penyerahan dokumen dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) kepada Sekretariat Presiden dilakukan di Gedung O, ANRI, Jakarta Selatan, Minggu (16/8/2020).

"Momen hari ini lah (17/8) arsip tersebut keluar karena kepentingan besar untuk negara dan mencerdaskan bangsa. Agar masyarakat tahu sejarah peristiwa masa lalu selama 75 tahun," Plt Kepala ANRI M Taufik  

"ANRI yang telah menyimpan, merawat, dan menyelamatkan arsip negara berupa tulisan tangan Bapak Ir. Soekarno mengenai pernyataan proklamasi pada saat ini diserahkan kepada kami, Sekretariat Presiden, untuk bersama-sama besok kita tampilkan di mimbar kehormatan," ujar Deputi Bidang Administrasi dan Pengelolaan Istana Sekretariat Presiden, Rika Kiswardani, melalui keterangan tertulis, Minggu.

Hari ini Teks Proklamasi Asli Akan Diperlihatkan Saat Upacara HUT ke-75 RI di Istana Negara

ANRI mengeluarkan teks asli Proklamasi untuk dipamerkan saat upacara Kemerdekaan RI, Senin (17/8/2020)
ANRI mengeluarkan teks asli Proklamasi untuk dipamerkan saat upacara Kemerdekaan RI, Senin (17/8/2020) (Youtube Sekretariat Presiden)

Naskah yang sebelumnya disimpan di depot penyimpanan arsip statis ANRI kemudian dibawa menuju Istana oleh Sekretariat Presiden.

Nantinya, setelah upacara berlangsung, dokumen akan dikembalikan kepada ANRI.

“Insya Allah tanggal 18 Agustus akan kami serahkan kembali untuk mendapatkan perawatan terbaik di ANRI,” tuturnya.

“Mudah-mudahan kita bisa jadi saksi dan pelaku sejarah karena peringatan hari ulang tahun kemerdekaan tahun ini berbeda,” imbuh Rika.

Teks Proklamasi pertama kali ditulis oleh Soekarno, lalu setelah ditulis tangan Bung Karno meremas konsep tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. 

"Konsep itu sempat diremat-remat sama Bung Karno dan dibuang ke sampah. Untungnya ada BM Diah. Alhamdulillah masih utuh. Lalu diserahkan pada Mensesneg Moerdiono baru diserahkan ke Arsip Nasional," tutur M Taufik. 

Siapa BM Diah

Nama asli B.M. Diah yang sesungguhnya hanyalah Burhanuddin. Nama ayahnya adalah Mohammad Diah, yang berasal dari Barus, Sumatra Utara.

Ayahnya adalah seorang pegawai pabean di Aceh Barat yang kemudian menjadi penerjemah. Burhanuddin kemudian menambahkan nama ayahnya kepada namanya sendiri.

LIVE Streaming Upacara HUT ke-75 Kemederdekaan RI Pukul 09.00 WIB Bisa Dilihat di Sini

Ketika bekerja di Radio Hosokyoku itulah Burhanuddin bertemu dengan Herawati, seorang penyiar lulusan jurnalistik dan sosiologi di Amerika Serikat.

Mereka berpacaran, dan tak lama kemudian, pada 18 Agustus 1942 mereka menikah. Pesta pernikahan mereka ini dihadiri pula oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

Pada akhir September 1945, setelah diumumkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Diah bersama sejumlah rekannya seperti Joesoef Isak dan Rosihan Anwar, mengangkat senjata dan berusaha merebut percetakan Jepang "Djawa Shimbun", yang menerbitkan Harian Asia Raja.

BM Diah, wartawan yang selamatkan teks asli Proklamasi
BM Diah, wartawan yang selamatkan teks asli Proklamasi (istimewa)

Meskipun Jepang telah menyerah kalah, teman-teman Diah ragu-ragu, mengingat Jepang masih memegang senjata.

Namun kenyataannya malah sebaliknya. Tentara Jepang yang menjaga percetakan tidak melawan, bahkan menyerah. Percetakan pun jatuh ke tangan Diah dan rekan-rekannya.

Pada 1 Oktober 1945 B.M. Diah mendirikan Harian Merdeka. Diah menjadi pemimpin redaksi, Joesoef Isak menjadi wakilnya, dan Rosihan Anwar menjadi redaktur.

Diah memimpin surat kabar ini hingga akhir hayatnya, meskipun belakangan ia lebih banyak menangani PT Masa Merdeka, penerbit Harian "Merdeka".

Setelah Indonesia merdeka, pada 1959, B.M. Diah diangkat menjadi duta besar untuk Cekoslowakia dan Hongaria.

Dari sana kemudian ia dipindahkan ke Inggris, lalu ke Thailand semuanya untuk jabatan yang sama. Pada 1968 ia diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi menteri penerangan. Belakangan Diah diangkat menjadi anggota DPR dan kemudian anggota DPA.

Pada usia tuanya, Diah mendirikan sebuah hotel di Jakarta, Hyatt Aryadutta, di tempat yang dulunya merupakan rumah orang tua Herawati. Jabatan terakhir yang dipegangnya adalah sebagai Presiden Direktur PT Masa Merdeka, dan Wakil Pemimpin PT Hotel Prapatan-Jakarta.

Peristiwa Rengas Dengklok

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia didahului oleh peristiwa Rengasdengklok, yaitu penculikan Soekarno dan Moh Hatta pada 16 Agustus 1945 jam 04.30 WIB ke Rengasdengklok Karawang.

Tujuan penculikan Soekarno-Hatta pada peristiwa Rengasdengklok adalah agar tidak terpengaruh Jepang dan memenuhi tuntutan golongan muda untuk segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan RI.

Tahukah kamu sesudah peristiwa Rengasdengklok disusul dengan perumusan naskah teks Proklamasi Kemerdekaan RI?

Perumusan Naskah Proklamasi Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, selama penculikan Soekarno-Hatta pada 16 Agustus 1945, tidak tercapai kesepakatan apa pun hingga sore hari.

Achmad Soebardjo datang dan berusaha membujuk para pemuda untuk melepaskan Soekarno-Hatta.

Golongan pemuda bersedia melepaskan Soekarno-Hatta dengan jaminan bahwa proklamasi akan terjadi esok hari, 17 Agustus 1945.

Setelah Achmad Soebardjo mendesak golongan muda dengan pertimbangan Soekarno-Hatta dibutuhkan untuk diplomasi dengan Jepang, Soekarno-Hatta dapat kembali ke Jakarta pada 16 Agustus 1945 jam 20.00 WIB.

Kemudian Soekarno-Hatta mendatangi rumah Mayor Jenderal Nishimura untuk menyatakan keinginan PPKI bersidang malam itu juga.

Hatta mengatakan pada Mayor Jenderal Nishimura bahwa rakyat Indonesia sudah mengetahui berita kekalahan Jepang.

Nishimura menolak tegas rencana sidang PPKI tersebut.

Hal itu terkait instruksi Markas Besar Tentara Jepang Daerah Selatan yang berkedudukan di Saigon sejak 16 Agustus 1945 siang.

Instruksi tersebut adalah dilarang adanya perubahan status-quo di Indonesia berkaitan dengan perjanjian antara pemerintah Jepang dan pihak pemenang perang pasifik yaitu Sekutu.

Larangan perubahan status-quo di Indonesia berarti pemerintah Jepang tidak membenarkan terjadinya Proklamasi Kemerdekaan.

Karena Proklamasi Kemerdekaan akan melahirkan Negara Indonesia yang merdeka.

Itu berarti mengubah status-quo. Ketiga tokoh kemerdekaan bersepakat bahwa Jepang tidak dapat diharapkan lagi.

Mereka juga memutuskan bahwa Kemerdekaan Republik Indonesia harus segera dirancang secapatnya.

Dengan marah Hatta menjelaskan bahwa apa pun yang akan terjadi, di Indonesia tetap pada pendirian semula untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Maka sidang PPKI dimulai di rumah Laksamana Maeda di Meijidori No. 1 (sekarang Jalan Imam Bonjol) pada 16 Agustus 1945 malam bertujuan untuk mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan RI. Anggota PPKI yang menginap di hotel Des Indes segera dikawal oleh Sukarni dan kawan-kawan menuju rumah Laksamana Maeda.

Lokasi sidang PPKI di rumah Laksamana Maeda karena mempunyai hubungan baik dengan para tokoh di Indonesia terutama Achmad Soebardjo.

Selain itu, Laksamana Maeda adalah Kepala Perwakilan Kaigun (Angkatan Laut Jepang).

Sebagai Kepala Perwakilan Kaigun, Laksamana Maeda punya kekebalan hukum terhadap Rikugun (Angkatan Darat Jepang) sehingga tidak berani bertindak sewenang-wenang. Laksamana Maeda juga menjamin keselamatan mereka.

Perumusan naskah teks proklamasi dilakukan di ruang makan rumah Laksamana Maeda oleh tiga orang tokoh kemerdekaan Indonesia.

Hatta dan Achmad Soebardjo menyumbangkan pemikiran secara lisan. SSoekarno bertindak sebagai penulis rumusan konsep Proklamasi.

Proses perumusan naskah teks proklamasi kemerdekaan tersebut disaksikan oleh Miyoshi (seorang kepercayaan Nishimura) dan tiga tokoh pemuda yaitu Sukarni, Sudiro dan BM Diah.

Kalimat pertama pada naskah teks proklamasi yaitu "Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia" dikutip Achmad Soebardjo dari rumusan sidang BPUPKI (Dokuritsu Junbi Chosakai).

Sedangkan kalimat terakhir naskah teks proklamasi dirumuskan Moh Hatta yang berbunyi "Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya".

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perumusan Naskah Proklamasi"

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved