Virus Corona
Pesan Dokter Raisa, Rapid Test Bukan untuk Kepentingan Diagnostik
Rapid tes bukan berupakan alat untuk kepentingan diagnostik. Mengapa bisa terjadi demikian? Kita simak penjelasan Dokter Reisa
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perlindungan kepada masyarakat, pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, menghargai masukan dari berbagai pihak.
Termasuk masukan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik atau PDS Patklin, tentang penggunaan rapid test.
Pada pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 revisi kelima oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dijelaskan bahwa penggunaan rapid test tidak digunakan untuk kepentingan diagnostik.
Dalam siaran pers yang diterima Wartakotalive.com dari Tim Komunikasi Gugus Tugas Nasional, diterangkan hal senada oleh Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro.

Ia menyebut, pada kondisi dengan keterbatasan kapasitas pemeriksaan, seperti PCR atau test dengan sampel swab, rapid test dapat digunakan untuk penapisan atau skrining.
Juga dapat digunakan pada populasi tertentu, yang dianggap berisiko tinggi.
Selanjutnya yang sering digunakan yakni pada situasi khusus seperti pada pelaku perjalanan.
Serta untuk menguatkan pelacakan kontak erat dan pada kelompok kelompok rentan risiko.
• Pemkot Bekasi Pesan 10.000 Kit PCR untuk Stok Pemeriksaan Virus Corona sampai Desember 2020
• Swab Test PCR Naik 3,6 Kali Lipat, Gambarkan Kondisi Pandemi Covid-19 di Jakarta yang Sesungguhnya
Seperti diketahui, banyak pasien terkonfirmasi positif COVID-19 namun tidak menunjukkan gejala apapun.
Ia pun menyebut merupakan tanggung jawab kita bersama untuk tidak menulari orang lain, terutama kelompok rentan.
Seperti orang lanjut usia, orang dengan penyakit penyerta, dan mereka yang memiliki gangguan imunitas.
"Tanggung jawab tersebut dapat kita wujudkan dengan salah satunya yang paling penting, adalah rutin memeriksakan diri. Bisa dengan melakukan rapid test, dan kemudian dilanjutkan dengan swab test apabila diperlukan," terang dr. Reisa saat konferensi pers Gugus Tugas Nasional di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (18/7/2020).
• Wali Kota Bekasi Nyatakan Sudah 48.000 Warga Kota Bekasi Lakukan Rapid Test
• BERITA FOTO: Warga Cibodas Antusias Ikuti Rapid Test yang Digelar BIN
Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penggunaan rapid test hanya untuk tujuan penelitian epidemiologi, atau penelitian lainnya yang berhubungan dengan pencegahan dan pengendalian virus Corona.
Berita baiknya, Indonesia kini sudah bisa membuat alat rapid test sendiri dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Ini membantu agar deteksi dapat dilakukan dengan lebih banyak dan luas. Selain itu, pemerintah juga mendukung pembuatan alat tes PCR buatan dalam negeri.