Bisnis

DBS Asian Insights, Pemerintah Fokus Stimulus dan Investasi, Ridwan Kamil: Ada 7 Peluang Ekonomi

Banyak negara yang mengalami koreksi hingga angka minus atas pertumbuhan ekonominya akibat dampak covid-19. Bagaimana dengan Indonesia?

Penulis: Hironimus Rama | Editor: Fred Mahatma TIS
Bank DBS
CEO dan Co-founder Katadata Metta Dharmasaputra, Executive Director Indonesian Political Indicator Burhanuddin Muhtadi, Research Director Core Indonesia Piter Abdullah, dan Staf Khusus Kementerian Keuangan RI (Makroekonomi dan Kebijakan Fiskal) Masyita Crystallin, hadir dalam acara DBS Asian Insights Conference 2020 yang diinisiasi Bank DBS Indonesia, Kamis (16/7/2020) di Jakarta. 

WARTAKOTALIVEL.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 berdampak pada perlambatan ekonomi dunia termasuk Indonesia.

Bahkan pertumbuhan ekonomi negara-negara kuat seperti Amerika Serikat, China, Jerman, Prancis dan Inggris diperkirakan terkoreksi hingga angka minus tahun ini.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Apakah Indonesia dapat bertahan seperti saat krisis tahun 1998?

Bank DBS Indonesia Raih Tiga Penghargaan Internasional di Masa Pandemi, saat Karyawan WFH

Masa PSBB, Transaksi Digital Bank DBS Indonesia Naik 75 Persen

Paulus Sutisna, Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, mengatakan Indonesia saat ini lebih kuat dibanding 20 tahun lalu saat krisis ekonomi politik 1998.

"Kondisi ekonomi Indonesia saat ini lebih baik dari krisis 1998. Hal ini terlihat dari berbagai indikator ekonomi seperti (Produk Domestik Bruto) PDB, cadangan devisa, utang luar negeri, sektor perbankan yang lebih kuat dan pasar keuangan yang lebih mendalam," kata Paulus dalam acara DBS Asian Insights Conference 2020 yang digelar secara virtual pada Kamis (16/7/2020).

Dia melanjutkan, target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi mencapai angka di atas lima persen pada awal tahun 2020, menjadi tantangan yang cukup besar untuk Indonesia.

Tren Positif, Ini Hasil Riset Properti 99 Group: Jakarta Selatan Paling Dicari, Rumah Tapak Favorit

DBS Asian Insights Conference 2020 menghadirkan Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat; dan Masyita Crystallin, Penasihat Khusus Kementerian Keuangan RI (Makroekonomi dan Kebijakan Fiskal), serta beberapa pakar ekonomi dan politik.

Konferensi tahunan kali ini mengusung tema Navigating a brave new world dengan dua topik utama, yaitu “Economy and Politics: Recovery from COVID19 - What’s Next?” dan “Fixing a Fragile World: Anticipating the Next Black Swan?”. 

Enam Tahun Berdiri, Fintech Tunaiku Dukung Beragam Kebutuhan, dari Renovasi Rumah hingga Pendidikan

Stimulus ekonomi

International Monetary Fund (IMF) pada awal April lalu, menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 adalah 0,5 persen dari awalnya pada Oktober 2019 diperkirakan mencapai 5,1 persen.

Pemerintah Indonesia sendiri masih  menggunakan skenario pertumbuhan ekonomi 2020 di level minus 0,4% hingga 2,3%.

Kementerian Keuangan melihat pertumbuhan perekonomian RI secara keseluruhan akan sangat ditentukan oleh pemulihan di kuartal ketiga dan keempat.

Untuk mengatasi dampak buruk dari kontraksi ekonomi ini, pemerintah telah menerbitkan ragam paket stimulus bagi masyarakat untuk menjaga stabilitas keuangan.

Koordinasi antara lembaga pemerintahan pun sangat baik sehingga memungkinkan lembaga perbankan dapat melayani nasabah dengan baik di tengah pandemi.

Layanan Onepack dari Lion Parcel, Kirim Barang Satu Hari Sampai, Jaminannya Uang Kembali

Berbagi beban

Masyita Crystallin, Staf Khusus Kementerian Keuangan RI, mengatakan bahwa pemerintah sudah bekerja sama dengan bank sentral berbagi beban untuk menangani pandemi ini.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved