Opini
Sains, Transhuman, dan Digital Realm
Tapi tulisan Hamid memang provokatif dan menggugah. Dalam tiga bagian terakhir dari enam tulisannya yang berseri itu, ia menulis tentang “transhuman”.
Layarnya, mungkin suatu ketika persis akan tertanam di bawah kulit ari.
Model komunikasi demikian, persis seperti dongeng yang pernah saya baca dalam seri "Api di Bukit Menoreh", sebuah ilmu komunikasi yang hanya dimiliki orang-orang pilihan seperti Kiai Gringsing, Ki Juru Martani, atau Sultan Hadiwijaya.
Jika ilmu yang didongengkan itu harus didapatkan dengan “laku”, teknologi digital cukup dengan “tuku”. Membeli.
Orang-orang yang memiliki kapasitas linuwih seperti tokoh imajinatifnya Singgih Hadi Mintardja itu menurunkan ilmunya secara selektif, sehingga ada ilmu yang terwariskan ke Agung Sedayu, tetapi tidak ke Swandaru Geni.
Tapi dengan teknologi, siapa saja bisa punya asal punya uang untuk menebusnya.
Being Digital
Ilmu rasional berbasis nalar dan pikiran yang terelaborasi sejak Abad Pertengahan dan bahkan jauh sebelum itu telah mewariskan pencerahan yang membawa manusia setahap lebih maju memasuki peradaban sains dengan berbagai turunan dan penemuan di banyak bidang.
Para saintis berhasil membongkar rahasia semesta dan segala hal yang ada di sekelilingnya, yang sebelumnya dilingkupi mitos dan cerita-cerita yg mengoreksi keyakinan dogmatis yang dicekokkan oleh agama.
Manusia berhasil menemukan suatu pola-pola yang diterjemahkan dalam persamaan-persamaan matematika atau fisika, sehingga ada konsistensi yang dapat mempertahankan kebenarannya.
Tapi proses itupun tidak statis, karena dari masa ke masa, selalu terjadi koreksi atas teori atau paradigma, dan itu dapat dibuktikan secara saintifik.
Setiap teori terdahulu, didekati secara skeptis (skeptisisme metodis, dalam bahasa Taufiqurrahman), dan dengan demikian menghasilkan teori yang terkoreksi.
Para saintis berhasil membongkar dimensi terdalam sebuah benda sampai ke ujung paling kecil, atom. Atom ditandai dengan pola dan ciri tertentu, dan dibedakan berdasarkan satuan-satuan tertentu.
Satuan yang paling umum dan paling dasar yang digunakan adalah massa. Jadi, tiap atom punya massa.
Jika setiap benda punya identitas, punya karakter, punya pola, bagaimana peradaban sains mampu mengubahnya menjadi digital?
Nicholas Negroponte menjelaskannya dengan amat menarik sekaligus menunjukkan bagaimana ketika terkonversi ke dalam dunia digital, progresnya menjadi tidak lagi bisa terhentikan. Diperlambat pun tidak.