Riset & Survei
Lima Bulan Diterpa Pandemi, LSI Denny JA: Kecemasan Ekonomi Kini Lampaui Kecemasan Terhadap Covid-19
Lima Bulan Diterpa Pandemi, LSI Denny JA : Kecemasan Ekonomi Kini Melampaui Kecemasan Terhadap Virus Corona
Sementara Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) melaporkan jumlah yang lebih banyak lagi karena juga menghitung sektor informal.
Total yang di PHK sudah 7 juta warga.
Hingga 11 Juni 2020, dari data Worldometer, yang terpapar virus corona di Indonesia kurang dari 35.000 warga.
Sedangkan pasien yang meninggal dunia karena virus corona kurang dari 2.000 orang.
"Jika kita bandingkan yang terpapar virus ekonomi (PHK, dirumahkan, juga di sektor informal) vs terpapar virus corona: 7 juta vs 35.000 ," jelas Rully Akbar.
"Dengan kata lain yang terpapar virus ekonomi 200 kali lebih banyak dibandingkan yang terpapar virus corona. Wajar saja jika kecemasan atas kesulitan ekonomi memang lebih massif, lebih dirasakan banyak orang," tambahnya.
Kelima, hingga Juni 2020, semakin hari grafik yang terpapar, apalagi yang wafat karena virus corona semakin landai dan menurun.
Sebaliknya, grafik kesulitan ekonomi, diukur dari yang di PHK, yang mengambil pesangon Jamsostek bertambah dari bulan ke bulan.
Grafik ini ikut juga membuat kecemasan atas terpapar virus corona melemah, sementara kecemasan atas virus ekonomi meninggi.
Perubahan tingkat kecemasan ini penting untuk dua hal.
Pertama, secara bertahap dengan mematuhi protokol kesehatan, warga harus diberikan kebebasan untuk bekerja.
Ancaman kelaparan dan kesulitan ekonomi itu riil dirasakan.
"Mereka yang lapar, yang dihalangi bekerja, dan tidak pula menerima bantuan sosial memadai, mudah sekali berubah menjadi mereka yang marah. Segmen yang lapar ini adalah rumput kering. Mereka mudah sekali dipantik untuk memulai kerusuhan sosial," jelas Rully Akbar.
"Harus dijaga agar krisis kesehatan tidak berubah menjadi krisis sosial, lalu menjadi krisis politik.
Kedua, di sisi lain, jangan sampai pula Indonesia mengalami serangan pandemik corona gelombang kedua.
Pembatasan sosial menurutnya tetap perlu dilakukan, namun diturunkan di level yang lebih kecil, yakni kelurahan, desa, RW, bahkan RT atau cluster tertentu.
"Jangan pula sungkan pemerintah untuk buka tutup, membuka dan menutup kembali sebuah area (sekolah, pabrik, mall)," jelasnya.
Kampanye perlunya protokol kesehatan justru harus semakin gencar dilakukan ketika warga dibolehkan bekerja kembali.
Libatkan tokoh masyarakat: ulama, wartawan, artis dan para influencer. Dalam kampanye mematuhi protokol kesehatan, jangan hanya dipesankan mereka akan terpapar virus corona.
Dipesankan pula, mereka tak akan bisa bekerja lagi jika area itu kembali terpapar.
"Kampanye protokol kesehatan yang berisi ancaman ekonomi kini lebih efektif karena kecemasan atas kesulitan ekonomi kini sudah melampaui kecemasan atas kesehatan," tutupnya.