Virus Corona
Eksklusif– Pengakuan Pasien RS Wisma Atlet: Tidak Boleh Dijenguk, Tapi Bisa Terima Kiriman via Ojol
Para pasien positif covid-19 yang dirawat di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet benar-benar menjalani isolasi, karantina. Mereka terlarang dijenguk.
Pasien wanita, biasanya sejak pagi sudah membuka pintu ruangan, menyapu lantai, bahkan beberapa orang rela menyapu koridor meskipun hanya satu meter jauhnya.
Dari segi fasilitas di wisma, pasien jarang komplain atau mengeluh, mesksipun dapur tak bisa digunakan karena tak disediakan alat dapur dan bahan bakarnya.
Keluhan kecil muncul dari seorang pasien dinyatakan positif berdasar rapid test di Bandara Soekarno-Hatta sepulang dari Vietnam. Kartu tanda penduduknya (KTP) belum dikembalikan.
"Saya sudah memintanya, tapi jawaban petugas KTP memang ditahan. Saya sih nggak masalah, asal jangan hilang. Kalau hilang kan repot ngurus KTP saat pandemi seperti sekarang ini,” katanya.
Ia mengaku bingung, karena pasien lain hanya diminta KTP saat di UGD, kemudian langsung dikembalikan.
Petugas Medis RS Wisma Atlet Berasal dari Bandung, Kalimantan hingga Maluku
Di antara para perawat koordinasi belum solid betul. Ada seorang pasien bertanya kapan dilakukan tes swab, kemudian dijawab menunggu perintah dokter.
Esoknya, dua orang perawat yang berbeda terheran-heran mengapa sang pasien belum tes swab, karena menurut mereka begitu masuk langsung tes swab.
Kedua petugas itu langsung mengantar pasien ke lantai dasar untuk dilakukan tes swab.
Seorang pasien yang baru swab mengaku baru masuk Wisma Atlet Jumat (1/5) pagi dan pukul 10.00 sudah tes swab.
Kelucuan terjadi ketika seorang pasien dipanggil masuk ruangan kemudian ditanya mengenai data pribadi, lalu menuliskan dalam selembar formulir.
Pasien diambil lendir di tenggorokan melalui dua lubang hidung. Begitu baru saja bangkit dari tempat duduk, ia dipanggil lagi oleh petugas berbeda, yang jarakna hanya dua meter dari petugas pengambil lendir.
Ia juga minta data pribadi dan menuliskannya di secarik selembar formulir. Lalu ia minta pasien yang sama diambil lendir oleh petugas yang sama juga.
"Lho saya baru saja diambil lendir," ujar sang pasien. “Oh sudah ya?” katanya seraya menyobek lembaran formulir yang baru saja ditulisnya.
Kondisi itu bisa dipahami karena jumlah pasien tidak sebanding dengan jumlah petugas. Di lantai 27 saja ada 32 ruangan, begitu juga di lantai 26.