Viral Medsos

Viral Terkonfirmasi, Isak Tangis Pastor Paulus Wolor di Papua saat Pimpin Misa Online

Unggahan mengenai pastor menangis sedih saat menyampaikan homily atau khotbah pada misa online Minggu Palma itu beredar melalui grup Whatsapp

Penulis: domu d ambarita | Editor: Feryanto Hadi
YouTube/Multimedia KTDW/Gereja Paroki Kristus Terang Dunia Waena, Papua
Tangkapan layar Video streaming berjudul “VIRAL Pastor jayapura menangis saat pimpin misa tanpa umat” 

Ketika Yesus dengan sadar memilih keledai. Yesus sedang mengeritik kemunafikan kita. Yesus sedang menguliti keangkuhan kita. Ketika Yesus dengan sadar memilih keledai, Yesus sedang mengeritik kemunafikan kita. Karena yang sering terjadi adalah apa kataku, apa kata ku, apa kata kita dan bukan apa kata Yesus.

Maka ketika Yesus menyuruh murid–muridnya, Dia langsung mengajarkan. Jikalau orang menegurmu, jawablah begini. Artinya jawab menurut apa yang diajarkan Yesus. Kita diwajibkan untuk mengatakan apa yang seturut dikatakan Yesus.

Acapkali apa yang kita katakan adalah apa kata kita dan kata kita kadang bermakna ganda. Kata kita bisa ditafsir politis. Bahkan acapkali berbunga dusta. Maka keledai lugu dan polos adalah kritikan kepada kita, bahwa kita mesti lugu dan polos. Tidak boleh membangkan. Harus turuti kata Yesus, karena sabdanya, firmannya adalah demi kebaikan dan keselamatan kita manusia.

Fakta seringkali menunjukkan bahwa kita berlaku sebagai penulis injil baru. Menulis kata–kata kita sendiri, di atas lekak lekuk garis kehidupan kita sampai lupa apa yang dikatakan Yesus.

Lebih parah lagi kita bahkan menyungkir balikkan firmannya dan menggantinya dengan firman kita. Bahkan ketika kita sedang tercengkeram oleh situasi yang tidak bersahabat.

Kita juga masih sering melawan. Tidak patuh, yang pada gilirannya menjadi manusia pembangkang. Membangkang bahkan membelakangi firmannya.
Maka begitu hari agung ini dirayakan, Yesus sebenarnya mengajarkan kita, belajarlah pada keledai itu. Belajar dari binatang yang membawanya masuk kota Yerusalem.

Bila kita sudah belajar dari keledai itu, maka kita sudah menjadi manusia baru. Manusia beriman terbarukan. Iman terbarukan karena walau dalam situasi genting ini, dikala dunia sedang berduka cita oleh hantaman pandemic virus yang mematikan ini. Iman kita diuji dan terus diuji. Ibarat emas diuji dalam tanur api, dia akan semakin berkualitas.

Demikian pula iman, ketika dicoba dalam badai virus Covid-19, dia menjadi iman yang semakin terbarukan. Iman yang terbarukan adalah iman yang sudah dimurnikan. Dimurnikan takkala kita melakukan retret agung di rumah selama badai ini belum berlalu. Iman terbarukan adalah iman yang penuh optimis, bahwa habis gelap terbitlah terang. Iman terbarukan adalah iman penuh pengharapan, bahwa badai akan berlalu.

Iman terbarukan adalah iman yang penuh keyakinan bahwa Kristus sang raja selalu merajai hati sanubari kita semua.

(Sumber: YouTube/Multimedia KTDW/Gereja Paroki Kristus Terang Dunia Waena, Papua)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved