Viral Medsos

Viral Terkonfirmasi, Isak Tangis Pastor Paulus Wolor di Papua saat Pimpin Misa Online

Unggahan mengenai pastor menangis sedih saat menyampaikan homily atau khotbah pada misa online Minggu Palma itu beredar melalui grup Whatsapp

Penulis: domu d ambarita | Editor: Feryanto Hadi
YouTube/Multimedia KTDW/Gereja Paroki Kristus Terang Dunia Waena, Papua
Tangkapan layar Video streaming berjudul “VIRAL Pastor jayapura menangis saat pimpin misa tanpa umat” 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Video streaming berjudul “VIRAL Pastor jayapura menangis saat pimpin misa tanpa umat” beredar luas alias viral melalui unggahan akun Facebok @Willos Manus, Minggu (5/4/2020) pukul 11.31 WIT.

Unggahan mengenai pastor menangis sedih saat menyampaikan homily atau khotbah pada misa online Minggu Palma itu kemudian beredar melalui grup Whatsapp.

Penampakan pastor yang menangis tersedu-sedu mendapat banyak tanggapan dan respons.

Hingga berita ini ditulis, Senin (6/4/2020) sekitar pukul 08.20 WIB, unggarah Willos telah dibagian 9.094 akun, dan mendapat rerspon 730 komentar.

Wartawan WartaKotaLive.com berusaha menelusuri dan mengonfirmasi unggahan media sosial ini.

Begini Cara Meningkatkan Imunitas Tubuh Agar Bisa Melawan Virus Corona

Dan akhirnya, terhubung dengan Pastor Paulus Wolor Pr, pastor Paroki Gereja (Katolik) Kristus Terang Dunia Waena (KTDW), Kota Jayapura, Papua.

Pastor Paulus Wolor Pr yang videonya terlihat menangis saat memimpin misa mengakui kejadian tersebut.

Saat dihubungi melalui pesan singkat (SMS) dan chating Whatsapp, Pastor Paulus Wolor tersambung pembicaraan telepon seluler dari Jakarta, Senin pagi, Pastor.

Pembicaraan berlangsung selama hampir 13 menit.

Untuk mendapatkan arsip asli video, WartaKotaLive.com meminta izin pada Pater Paulus.

Pater adalah sebutan lain untuk pastor.

Kemudian Pastor Paulus memberikan nomor narahubung Hermanus Setiawan, Koordinator Multimedia Paroki Kristus Terang Dunia Waena.

Heri, sapaan Hermanus Setiawan, adalah blasteran Jawa – Flores.

Pendaftaran Kartu Pra Kerja Dibuka Minggu Depan, Begini Syarat dan Panduan Cara Membuat Akun

Saat berbincang dengan Heri, ia mengaku Minggu mengadakan misa live streaming pada Minggu Palma di Gereja Katolik Paroki Kristus Terang Dunia Waena.

Saat homily, umat biasanya konsentrasi mendengar narasi imam.

“Pas beliau sampikan homili atau khotbah, beliau tertunduk diam. Kami pun merasa kaget sebentar. Ternyata ada sedikit suara isak. Di situlah semua tim saya, merasakan situasi haru,” kata Heri.

Ia melanjutkan, “Kami mengalami sedih di situ. Biasanya, banyak umat yang ikut perakan pada Minggu Palma, bahkan sampai meluber ke luar gereja, tetapi kali sepi. Tidak ada umat, karena memang dilarang datang misa ke gereja. Sedih memang. Kami menangis.”

Video Marshanda Jadi Trending Topik, Beri Komentar Pedas Soal Fenomena TikTok: Dulu Gue Dituduh Gila

Kata Heri lagi, “Mungkin di situlah pastor merasa sedih. Karena ibarat Yesus mengingat 12 rasulnya. Sedih memang dan kami pun meleleh, menangis semua. Jadi Pastor Paulus memang menangis. Mungkin dia menahan haru. Lama sekali terdiam. Beberapa detik. Sampai mungkin dia ambil napas. Jadi beberapa kali menangis.”

Tidak ingin larut dalam kesedihan yang mengganggu jalannya misa live streaming, akhirnya dan kru, mendukung semangat Pastor Paulus.

Mereka memberi jempol, supaya melanjutkan misa.

“Kalau tidak, mungkin Pastor akan melanjutkan menangis. Padahal saat itu, live streaming. Jadi kami beri support,” kata Hermanus sembari menyebut, Romo Paulus Wolor baru bertugas satu bulan di Paroki. Sebelumnya beliau menjabat pektor pada Seminari Menengah Santo Fransiskus Asisi Waena-Jayapura.

OJK Tetapkan Golongan yang Berhak Ajukan Restrukturisasi Kredit, Termasuk Cicilan KPR

Dihina Sudah Menopouse dan Masa Tua Kelabu, Tamara Bleszynski Ultimatum Hatter, Beri Waktu 24 Jam

Isi khutbah lengkap

Berikut ini isi homily atau khotbah lengkap Pastor Paulus Wolor Pr yang ditayangkan langsung melalui siaran video live streaming perayaan Misa Minggu Palma (5/4/2020) di Gereja Kristus Terang Dunia Waena (KTDW), Kota Jayapura, Papua.

Saudara-saudari,
Hari terus bergulir pelan tapi pasti, datang dan pergi silih berganti sesuai irama masanya. Tidak terasa kita sedang berada di masa minggu Sengsara Tuhan kita, Yesus Kristus, yang oleh kita orang Katolik menyebutnya dengan minggu Palma.

Minggu di mana menjadi momen sukacita, karena Yesus Tuhan disambut di Kota Yerusalem sebagai Raja.

Hari ini ketika memasuki suasana sakral, saya atau kita teringat akan Minggu–minggu Palma tahun sebelumnya. Saat indah ketika bersama keluarga, bersama umat kita merayakan Minggu Palma dalam suasana gegap gempita. Saya dan kita sekalian sadar bahwa situasi lampau ternyata bisa berubah di luar akal sehat anak manusia.

Bahwa situasi kini bisa berubah total, berubah tanpa seseorang terlebih dahulu memprediksinya. Situasi kelam yang menimbulkan berkah batin massal manusia sejagat.

Karena itulah saudara–saudara pada masa–masa kudus ini, orang–orang tidak lagi hilir mudik di halaman gereja. Hiasan–hiasan gereja khas Katolik seolah raib. Latihan–latihan koor senyap seketika.

Exuited, Madah Pujian Paskah, yang menjadi kabar sukacita Kristus Bangkit, sepertinya larut dalam suasana sunyi mendalam.

Semua gereja lengang, bahkan sepi. Sepi sekali, gereja seolah tak bertuan. Di saat seperti ini, ketika gerbang gereja tertutup rapat, Minggu Palma kita rayakan. Hari Agung dimuliakan. Dimuliakan dalam kesunyian.

Lidah seolah keluh menyanyikan lagu Hosana Putera Daud.

…(Mendadak Pastor Paulus terdiam, lebih kurang 41 detik)….

Pastor Paulus Wolor menlanjutkan khotbahnya:

Di kala Yesus Disambut di Gerbang Yerusalem, tak lagi berkumandang riuh. Hati pun kian pedih, perih terasa.

Lagu–lagu khas Minggu Palma, hari ini tak berkumandang indah …

…(Sang pengkhotban, Pastor terdiam. Ia mengambil sapu tangan, mengusap ingus dan airmata)…

Ia meneruskan khotbah.

Lagu–lagu khas Minggu Palma, hari ini tak berkumandang indah dalam rumah Tuhan. Tiada lagi arak–arakan dengan Palma di tangan. Tiada lagi lautan manusia. Hari ini suka tidak suka, mau tidak mau, setuju tidak setuju virus Covid-19 memaksa kita dalam tanda petik, kembali dalam rumah kita.

Rumah hari ini menjadi sebegitu pentingnya, bukan saja karena ada pemanusiaan manusia di sana, melainkan juga adalah gereja mini untuk bersujud syukur di hadapan Allah, Sang Raja.

Di dalam gereja mini ini, masing–masing keluarga. Masing–masing kita masuk lebih dalam lagi kedalam diri sendiri untuk membasuh kaki. Menguduskan diri, menyucikan hati guna menciptakan saat teduh keheningan agung sebagai syarat merayakan Minggu Palma.

Saudara-saduari terkasih,
Saat teduh itu tercipta untuk merenungkan kisah Yesus dieluk-elukkan di Yerusalem. Dalam keheningan itu kita coba merenungkan kembali kisah 2020 tahun yang silam, di kala Yesus masuk di kota Yerusalem.

Saya dan kita membayangkan dalam balada perjalanan Yesus. Yesus sedang berjalan bersama murid–muridnya. Perjalanan jauh itu meletihkan. Karena itu, mereka berhenti sejenak. Kemudian Yesus menyuruh kedua muridnya pergi ke kampung yang di depan mu itu. “Lepaskanlah keledai itu dan bawalah kemari. Jika ada orang menegur kamu. Katakanlah Tuhan memerlukannya.”

Pertanyaannya saudara–saudari mengapa keledai dan bukan kuda atau agar kelihatan gagah perkasa, mengapa tidak unta saja. Mengapa harus keledai. Bukankah keledai itu binatang bodoh. Mengapa Yesus Raja rela menunggang binatang bodoh itu.

Keledai oleh manusia dianggap bodoh. Tetapi ternyata di mata Yesus keledai mempunyai pesan moral yang tinggi. Keledai binatang peliharaan yang jinak. Ia punya peranan baik, tidak bertabiat jahat. Ia terkesan binatang lugu dan polos. Ia binatang patuh dan bukan binatang bandel apalagi pembangkang.

Mudah dikendalikan tanpa harus menggunakan kekang untuk mengendalikannya.
Maka ketika Yesus memilih untuk menunggang keledai, sejatinya adalah tamparan Yesus kepada kita yang kita patuh setia.

Ketika Yesus dengan sadar memilih keledai. Yesus sedang mengeritik kemunafikan kita. Yesus sedang menguliti keangkuhan kita. Ketika Yesus dengan sadar memilih keledai, Yesus sedang mengeritik kemunafikan kita. Karena yang sering terjadi adalah apa kataku, apa kata ku, apa kata kita dan bukan apa kata Yesus.

Maka ketika Yesus menyuruh murid–muridnya, Dia langsung mengajarkan. Jikalau orang menegurmu, jawablah begini. Artinya jawab menurut apa yang diajarkan Yesus. Kita diwajibkan untuk mengatakan apa yang seturut dikatakan Yesus.

Acapkali apa yang kita katakan adalah apa kata kita dan kata kita kadang bermakna ganda. Kata kita bisa ditafsir politis. Bahkan acapkali berbunga dusta. Maka keledai lugu dan polos adalah kritikan kepada kita, bahwa kita mesti lugu dan polos. Tidak boleh membangkan. Harus turuti kata Yesus, karena sabdanya, firmannya adalah demi kebaikan dan keselamatan kita manusia.

Fakta seringkali menunjukkan bahwa kita berlaku sebagai penulis injil baru. Menulis kata–kata kita sendiri, di atas lekak lekuk garis kehidupan kita sampai lupa apa yang dikatakan Yesus.

Lebih parah lagi kita bahkan menyungkir balikkan firmannya dan menggantinya dengan firman kita. Bahkan ketika kita sedang tercengkeram oleh situasi yang tidak bersahabat.

Kita juga masih sering melawan. Tidak patuh, yang pada gilirannya menjadi manusia pembangkang. Membangkang bahkan membelakangi firmannya.
Maka begitu hari agung ini dirayakan, Yesus sebenarnya mengajarkan kita, belajarlah pada keledai itu. Belajar dari binatang yang membawanya masuk kota Yerusalem.

Bila kita sudah belajar dari keledai itu, maka kita sudah menjadi manusia baru. Manusia beriman terbarukan. Iman terbarukan karena walau dalam situasi genting ini, dikala dunia sedang berduka cita oleh hantaman pandemic virus yang mematikan ini. Iman kita diuji dan terus diuji. Ibarat emas diuji dalam tanur api, dia akan semakin berkualitas.

Demikian pula iman, ketika dicoba dalam badai virus Covid-19, dia menjadi iman yang semakin terbarukan. Iman yang terbarukan adalah iman yang sudah dimurnikan. Dimurnikan takkala kita melakukan retret agung di rumah selama badai ini belum berlalu. Iman terbarukan adalah iman yang penuh optimis, bahwa habis gelap terbitlah terang. Iman terbarukan adalah iman penuh pengharapan, bahwa badai akan berlalu.

Iman terbarukan adalah iman yang penuh keyakinan bahwa Kristus sang raja selalu merajai hati sanubari kita semua.

(Sumber: YouTube/Multimedia KTDW/Gereja Paroki Kristus Terang Dunia Waena, Papua)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved