Tips

Ini Cara Ampuh Agar tidak Tertipu Beli Masker Via Online

Modus dari penipuan belanja via online saat ini dimanfaatkan dengan berpura-pura menjual barang yang sedang banyak dicari orang.

Editor: Mohamad Yusuf
istimewa
Foto diberikan korban penipuan masker kepada TribunJakarta.com, Senin (30/3/2020). Ternyata yang dikirim kardus isi kardus bekas. 

"Saya dan teman-teman (ibu-ibu pengajian) patungan beli maskernya, cuma saya yang pesan dan tanggung jawab," kata A, saat dihubungi, Senin (30/3/2020).

Setelah tahu bahwa dirinya tertipu oleh pedagang masker tersebut, A menyebut sempat syok lantaran tak enak hati dengan temannya.

 UPDATE, Angka Kematian di Spanyol Masih Diatas 800 Orang, 14 Persen Tenaga Medis karena Kurang APD

"Iya, kacau. Saya bingung memikirkan bagaimana cara mengganti uang teman saya," ujar A.

A mengatakan, beruntung sejumlah temannya memahami insiden yang menimpanya.

"Untung teman saya ada yang mengerti apa yang saya alami. Tapi tetap, saya tidak enak hati dengan mereka," ujarnya.

"Beberapa orang ada yang sudah saya ganti uangnya, cuma ya mereka ada yang mengerti juga," lanjutnya.

Pada 21 Maret 2020, A melaporkan kasus ini kepada pihak Polres Metro Jakarta Pusat.

Kini, kasus penipuan tersebut sedang ditangani jajaran Polres Metro Jakarta Pusat.

 Saddil Ramdani Tersandung Kasus Hukum, Begini Reaksi Manajemen Bhayangkara FC

Nomor laporan A pun tercatat dengan nomor: 487/K/III/2020/RESTRO JAKARTA PUSAT.

"Akhirnya saya laporan ke Polres Metro Jakarta Pusat, agar tak ada korban lagi," pungkas A.

Ternyata isinya seperti ini

Setelah wanita berusia 46 tahun berinisial A tertipu belasan juta saat membeli masker di toko online, kini dia menceritakan hal serupa.

Kali ini, dia menjelaskan insiden tersebut dialami temannya, berinisial C.

"Kemarin, teman saya juga kena tipunya begini, dia pesan masker, barangnya dikirim," jelas A saat dihubungi TribunJakarta.com, Senin (30/3/2020).

"Pas dibuka, isinya bukan masker, malah dus-dus kecil bekas," sambungnya.

Karena itu, A menyatakan kerugian yang dialami C senilai kira-kira Rp5,6 juta.

 Ini Arti Nama Cucu Pertama Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri

"Parah banget. Dia mengalami kerugian Rp5,6 juta," ujar A.

A pun menduga, penipu yang menjual masker kepada C merupakan komplotan yang sama.

"Kalau saya duga, itu komplotannya mereka. Karena mereka itu ada beberapa akun, setelah saya kena tipu itu," kata dia.

"Nama Bank-nya pun sama, tapi nomor rekeningnya tidak sama, sih," lanjutnya.

Terlebih, saat A dan C melaporkan hal ini ke kantor Bank yang dimaksud, mendapat cerita mengenaskan juga.

Ada seorang nasabah yang tertipu hingga Rp 17 jutaan.

"Bahkan waktu saya laporan ke bank tempat saya transfer, ada pegawai banknya yang bilang, ada korban kerugiannya sampai Rp 17 juta," ucap A.

A menjelaskan, C berniat membeli masker guna disumbangkan kepada pihak yang membutuhkan.

 BenihBaik.com Salurkan Donasi dari Pengguna Tokopedia pada Media Group untuk Bantu Pengadaan APD

Yakni orang yang rentang terpapar virus corona (Covid-19), di antaranya tenaga medis dan warga Jakarta yang bekerja di luar rumah.

"Sama kayak saya, untuk disumbangkan ke orang-orang," ujarnya.

Diberitakan TribunJakarta.com sebelumnya, wanita 46 tahun berinisial A, kena tipu saat membeli masker di toko online hingga Rp 11 jutaan.

Dia menjelaskan, hal tak mengenakan ini terjadi pada 18 Maret 2020.

"Total Rp 11 juta lebih. Saya beli di toko online, pada 18 Maret 2020," kata A.

Dia melanjutkan, jumlah belasan juta tersebut untuk lima kali transaksi.

Pada tiap transaksi tersebut, sambungnya, harga masing-masing paket masker berbeda.

"Ada yang ratusan ribu sampai belasan juta," ujar A.

Sang pelaku penipuan pun berusaha mengirimkan paket masker pesanan A.

Namun, hingga keesokan harinya, 19 Maret 2020, pesanan A tak kunjung dikirim.

Alhasil, A curiga dan langsung mengajak pelaku bertemu.

 Ini Jenis Madu yang Bisa Sembuhkan Berbagai Penyakit!

"Tapi dia (pelaku) menolak saya ajak bertemu biar memastikan benar apa tidak," ujarnya.

"Dia malah bilang, tidak bisa bertemu. Ini paketnya saya kirim melalui jasa pengiriman barang. Dia bilang begitu sambil marah-marah," sambungnya.

Padahal, kata A, masker yang dipesan ini untuk disumbangkan bagi masyarakat yang membutuhkan.

Sebab, Ibu Kota Jakarta sedang dilanda wabah virus corona (Covid-19).

Tak tinggal diam, pada 21 Maret 2020, A melaporkan kasus ini kepada pihak Polres Metro Jakarta Pusat.

Kini, kasus penipuan tersebut sedang ditangani jajaran Polres Metro Jakarta Pusat.

Nomor laporan A pun tercatat dengan nomor: 487/K/III/2020/RESTRO JAKARTA PUSAT.

 Gara-gara Wabah Corona, Ribuan Pemangkas Rambus Asal Garut Bakal Tinggalkan Jabodetabek

"Akhirnya saya laporan ke Polres Metro Jakarta Pusat, agar tak ada korban lagi," pungkas A.

Sementara, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto menerangkan, penyidik masih menyelidiki laporan ini. Dengan meminta keterangan pelapor dan saksi.

"Iya kami selidiki. Semoga segera bisa kami ungkap," kata Heru.  (TribunJakarta.com)

 Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Beli Masker di Toko Online, Seorang Wanita Tertipu Hingga Belasan Juta dan Ternyata Isinya Benda Ini,  Penulis: MuhammadZulfikar

Gunakan Uang Elektronik

Mewabahnya virus corona di dunia, khususnya Indonesia memicu tingginya permintaan masker sejak beberapa bulan belakangan.

Ditambah dengan aksi panic buying atau pembelian berlebihan masyarakat, keberadaan masker pun kini kian langka di pasaran.

Kondisi tersebut diungkapkan Pakar Keamanan Siber Pratama Persadha sebagai celah kejahatan oleh para oknum penjual online.

Modusnya dipaparkan Pratama Persadha lewat menjual masker lewat media sosial atau toko online, tetapi tidak mengirimkan barang sesuai pesanan.

"Atau dalam beberapa kasus yang dikirim adalah masker bekas," ungkap Pratama Persadha dalam siaran tertulis pada Senin (30/3/2020).

Terkait hal tersebut, Pratama Persadha mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai praktek penipuan tersebut.

Sebab lanjutnya, para penipu dalam prakteknya tidak menggunakan rekening bank sebagai metode pembayaran.

Mereka menggunakan uang elektronik seperti Gopay dari Gojek atau Ovo sebagai alat pembayaran transaksi.   

 Jangan Terlena dengan Virus Corona, Sandiaga Uno: Banyak Saudara-saudara Kita Memerlukan Donor Darah

"Sebagian besar menipu lewat akun media sosial, terutama FB dan Instagram. Memang umumnya mereka memakai rekening bank, tapi kini para penipu banyak menggunakan akun Gopay dan Ovo," jelasnya.

Alasan para pelaku kejahatan menggunakan uang elektronik dijelaskan Chairman lembaga riset siber (Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) itu karena beberapa hal. 

Hal pertama dipaparkannya karena akun Gopay dan Ovo sangat mudah dibuat, yakni cukup login lewat aplikasi Gojek serta mengisi email dan nomor telepon.

 Imbauan di Rumah Aja Terus Digaungkan, Sandi Malah Joging Santai Keliling Rumah Hingga Monas

Persyaratan dalam pendaftaran akun Gopay dan Ovo dijelaskannya sangat sederhana dan rawan manipulasi, berbanding terbalik dengan pembuatan rekening bank.

"Artinya identitas bisa dipalsukan. Bahkan untuk meyakinkan calon korbannya, pelaku bisa membuat nama akun Gopay dan Ovo dengan tambahan titel seperti sarjana," ungkap Pratama Persadha. 

"Hal ini bisa meyakinkan korban yang kurang mengerti," tambahnya.

Perumda Pasar Jaya menjual masker seharga Rp 2.500 per lembar di JakMart Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (5/3/2020)
Perumda Pasar Jaya menjual masker seharga Rp 2.500 per lembar di JakMart Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (5/3/2020) (Warta Kota/Rangga Baskoro)

Sedangkan alasan para pelaku kejahatan menggunakan uang elektronik lainnya dijelaskan Pratama Persadha karena masyarakat kini sudah sangat terbiasa dengan pembayaran elektronik.

Pembayaran sangat mudah dan sederhana, sehingga banyak masyarakat yang kini menggunakannya sebagai alat pembayaran pengganti uang.

“Mungkin pihak GoPay dan OVO bisa membuat fitur pelaporan bila terjadi penipuan. Pengetatan juga perlu dilakukan, terutama dengan KTP," jelas Pratama Persadha.

"Memang KTP dibutuhkan saat membuat akun dengan fitur lebih tinggi, namun akun basic hanya email dan nomor telepon saja," tambahnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, penipuan masker lewat Gopay dan Ovo tersebut menjadi bukti belum suksesnya Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menjalankan fungsi pengawasan, khususnya dalam registrasi nomor ponsel.

Sebab, registrasi nomor ponsel dengan menggunakan data orang lain katanya masih bisa dilakukan, sehingga banyak nomor siluman digunakan untuk melakukan kejahatan.

“Agar masyarakat tidak tertipu, jangan tergiur harga masker murah. Selain itu, biasanya pelaku berjualan di grup Facebook dan Instagram dengan menutup kolom komentar postingan," ungkap Pratama Persadha.

"Dan juga perhatikan, mereka ini akunnya tidak jelas dan sangat sedikit teman dan interaksi kegiatan media sosialnya," tutupnya.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved