Info Balitbang Kemenag
Survei Penggunaan Smartphone Siswa Usia Dini di Lembaga Pendidikan Raudhatul Athfal, Begini Hasilnya
Pihak Balitbangdiklat Kemenag RI melakukan survei mengenai dampak penggunaan smartphone di usia dini.
Penulis: Advertorial | Editor: PanjiBaskhara
• Latar belakang orang tua sangat bepengaruh terhadap pola asuh ini. Hasil penelitian mengungkap bahwa perbedaan tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan keberadaan wifi di rumah sangat berpengaruh terhadap bagaimana pola asuh dilakukan.
• Bagi orang tua yang berpendidikan tinggi, penghasilan tinggi dan orang tua bekerja sangat mengetahui bahaya dan manfaat HP bagi anak. Oleh karenanya dengan meningkatnya pendidikan, penghasilan maka rasa perhatian terhadap anak ketika menggunakan HP juga akan meningkat.
• Variabel pekerjaan orang tua juga berpengaruh dimana orang tua yang bekerja akan sangat perhatian terhadap anak menggunakan HP dibandingkan ibu rumah tangga. Rasa kuatir akan bahaya dan manfaat HP tentu dirasakan oleh orang tua yang bekerja.
• Variabel lainnya yang berpengaruh adalah keberadaan wifi di rumah. Keluarga yang mempunyai wifi di rumah akan mendorong anak lebih sering menggunakan HP. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa keluarga yang mempunyai fasilitas wifi di rumah maka intensitas penggunaan HP oleh anak meningkat 1.5 kali lebih tinggi.
3. HP mempunyai dampak negatif terhadap psikologis, kesehatan, malas belajar, dan interaksi sosial.
Hasil penelitian ini menunjukan dampak negatif tertinggi pada psikologis.
Dengan anak meningkat bermain HP 1 jam maka akan meningkatnya dampak negatif psikologis (bad mood, marah, sedih, dan lainnya) anak sebesar 9.8%.
• HP juga mempunyai dampak buruk bagi interaksi sosial dimana setiap kali anak meningkat intensitas bermain Hp 1 jam maka dampak buruk berkurangnya interaksi sosial (bermain, berkomunikasi, berinterkasi) akan menurun sebesar 8,64 persen.
• HP juga mempunyai dampak terhadap pola belajar yaitu sulit konsentrasi dan malas belajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketika anak meningkat 1 jam menggunakan HP maka akan menimbulkan dampak buruk pada malas belajar dan sulit konsentrasi belajar sebesar 4.5 persen. Artinya tingkat kemalasan anak dan sulitnya anak fokus belajar akan meningkat 4.5 persen setiap peningkatan bermain HP 1 jam.
• Hasil penelitian menunjukan ketika anak meningkatkan intensitas penggunaan HP 1 jam maka akan meningkatkan dampak negatif kesehatan (pendengaran, sakit kepala dan sulit tidur) sebesar 2.8 persen.
• Ketika anak bermain HP maka dampak positif yang diperoleh (wawasan, pandai berkomunikasi, dan lainnya) akan meningkat 2,82 persen.
4. Peranan guru dalam pengajaran HP sangat penting.
Namun hasil penelitian ini masih menjumpai RA yang tidak mempunyai tata tertib tentang HP sebanyak 33 persen.
Lebih jauh ada guru yang membolehkan siswa RA membawa HP ke sekolah sebanyak 8 persen.
HP tentu mempunyai dampak positif akan tetapi tanpa pendampingan guru/orang tua, HP akan memberikan dampak negatif lebih tinggi.
Pengajaran HP oleh guru berdasarkan penelitian masih lebih dominan pada aspek kognitif terutama bahaya dan manfaatnya sedangkan pada sisi psikomotorik masih perlu peningkatan.
Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahawa tingkat penggunaan smarthpone di kalangan peserta didik RA dalam taraf intensitas masih rendah.
Dimana 70.6 persen orang tua menyatakan bahwa penggunaan HP anak dalam sehari di bawah 1 jam dengan konten/ aplikasi yang sering dibuka adalah bermain game, youtube dan menonton film kartun.
Bemain game pada anak sangat wajar karena game merupakan aplikasi interaktif yang diminati anak, hanya saja perlu pola pendampingan bagi bagi anak sehingga penggunaan HP lebih positif.
Dari sisi latar belakang orang tua, perbedaan tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan keberadaan wifi di rumah sangat berpengaruh terhadap bagaimana pola asuh dilakukan.
Semakin meningkat frekuenasi bermain HP lebih dari 1 jam maka akan meningkatnya dampak negatif psikologis (bad mood, marah, sedih, dan lainnya) pada anak
Peranan guru dalam pengajaran HP sangat penting.
Namun hasil penelitian ini masih ada RA yang tidak mempunyai tata tertib tentang HP.
Lebih jauh ada guru yang membolehkan siswa RA membawa HP ke sekolah.
HP tentu mempunyai dampak positif akan tetapi tanpa pendampingan guru/orang tua, HP akan berikan dampak negatif lebih tinggi.
Rekomendasi
1. Pendidikan pada anak dilakukan melulu dua tempat yaitu keluarga dan sekolah.
Pendidikan di keluarga jadi tanggung jawab sepenuhnya orang tua dan pendidikan anak di sekolah (RA) menjadi tanggung jawab negara.
Oleh karena itu maka Kementerian Agama perlu menghadirkan buku panduan pengayaan untuk guru RA (yang libatkan ahli pendidikan dan psikologi anak), soal metode pembelajaran smartphone di RA yang lebih depankan aspek psikomotorik.
2. Kementerian Agama perlu menyusun kurikulum/ muatan/ pengayaan bagi para guru untuk mengaktifkan kembali permainan tradisional.
Tujuannya adalah untuk melatih psikomotorik anak dan mengurangi kecanduan anak terhadap HP.
3. Kementerian Agama perlu mendorong setiap RA mempunyai tata tertib terkait pemakaian HP di lingkungan RA.
HP akan mempunyai dampak positif lebih tinggi bagi anak bila digunakan dalam perhatian/ pengawasan guru/orang tua.
4. Setiap RA wajib melakukan aktifitas parenting atau temu bersama orang tua terkait penggunaan HP pada anak.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman orang tua akan dampak positif dan negatif HP pada anak.
5. Setiap RA wajib mempunyai buku laporan perkembangan anak (buku penghubung) yang memuat intensitas penggunaan HP oleh anak di rumah.