Museum

Melihat Kuburan-kuburan Kuno di Kebon Jahe, Ada Ribuan Makam Orang Belanda di Tempat Ini

Makam orang-orang Belanda yang dulunya sekitar 4.600 nisan kini hanya tersisa 1.242 nisan

Editor: Feryanto Hadi
Warta Kota/Feryanto Hadi
Kuburan di Museum Taman Prasasti 

Museum Taman Prasasti di Jalan Tanah Abang I Jakarta Pusat mempunyai banyak perbedaan dengan museum-museum lain di Jakarta.

Sebab, koleksi yang Museum Taman Prasasti bukanlah benda-benda yang biasa kita saksikan di museum, melainkan di dalamnya hanya berisi makam khususnya orang-orang Belanda dan orang asing pada jaman pendudukan VOC dan Jepang di Indonesia.

Tapi jangan salah. Meskipun di dalamnya berisi ribuan kuburan kuno, tempat ini, sekarang sudah didesain menjadi sebuah taman.

Melihat dari Dekat Tandu Jenderal Sudirman, Teman Bergerilya Menghadapi Agresi Belanda

Mengenal Jenderal Urip Sumoharjo, Kreator Angkatan Bersenjata RI

Setiap hari ada saja masyarakat yang berkunjung untuk menyaksikan kuburan para pejabat maupun orang penting Belanda yang gugur di Batavia maupun di berbagai daerah di Indonesia, saat itu.

Tidak hanya masyarakat lokal ingin melihat langsung pemakaman kuno yang menyimpan banyak cerita sejarah tersebut.

Banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Museum Taman Prasasti ini, terutama dari Belanda.

Museum Taman Prasasti
Museum Taman Prasasti (Warta Kota/Feryanto Hadi)

Museum ini sangat unik. Selain gedung utamanya bernuansa bangunan khas Belanda, nisan-nisan dan prasasti di dalamnya juga mempertontonkan pemandangan yang tidak ditemui di pemakaman lain di Jakarta, maupun di Indonesia.

Terlebih banyak makam yang dibuatkan prasasti di atasnya atau dengan bentuk nisan yang menjulang tinggi, bahkan ada makam yang di atasnya terdapat seorang patung wanita yang sedang tertunduk, menyembunyikan wajahnya.

Seramnya Lonceng Kematian dan Penjara Bawah Tanah di Gedung Bekas Balaikota Belanda di Jakarta

Sejarah Perbankan Nusantara Sampai Awal Abad ke-19, Bangsa-bangsa Eropa Punya Andil Besar

Menurut cerita, makam ini kerap disebut Si Cantik Menangis, dimana patung perempuan itu digambarkan sedang menangisi suaminya yang bunuh diri karena terkena malaria.

Waktu itu, malaria merupakan penyakit yang menakutkan dan kerap menyebabkan kematian.

Makam orang-orang Belanda yang dulunya sekitar 4.600 nisan kini hanya tersisa 1.242 nisan.

Ini dikarenakan banyak jenazah yang sudah dipindahkan. Ada yang dikembalikan ke negaranya Belanda dan ada sebagian yang dimakamkan di makam umum Tanah Kusir.

Sudah Operasi Kelamin Jadi Wanita, Gebby Vesta Shalat Pakai Sarung, Ingin Dimakamkan Sebagai Pria

Sarwendah Istri Ruben Onsu Beberkan Alasan Sebenarnya Keluar dari Cherrybelle

Sejarah

Warta Kota berkunjung ke museum itu, belum lama ini.

Masuk ke area museum, kita akan melihat hamparan nisan yang berdiri tegak. Bentuknya macam-macam dan sudah pasti berbeda dengan nisan yang sering kita temui di pemakaman pada umumnya.

Semua nisan, memiliki keterangan yang menjelaskan mengenai nama, asal, tempat dan tanggal lahir, tempat dan tanggal meninggal.

Banyak juga kuburan yang di atasnya di bangun sebuah prasasti. Prasasti itu menjelaskan sekilas mengenai orang yang dikubur di makam tersebut.

Istri Kuli Bangunan Terinspirasi Adegan Sinetron, Ajak Pria Ngamar, Suami Datang, Korban Diperas

Sering Dipuji karena Dianggap Terlalu Cantik, Dokter Bebby Linn Beberkan Tip Tampil Menawan

Nisan, pada masa itu, menjadi identitas bagi mereka yang dikuburkan. Seperti halnya nisan yang ada di komplek pemakaman ini, pada setiap nisan dijelaskan mengenai identitas jenazah yang dimakamkan di bawahnya.

Seperti misalnya nisan berbentuk buku ada di makam Direktur Stovia Dr HF Roll.

Roll adalah orang yang mempertahankan Sutomo tetap bersekolah meskipun ada berbagai tekanan dari Pemerintah Belanda untuk menghentikan gerakan Boedi Oetomo yang digagas Sutomo

Menurut sejarahnya museum ini merupakan hibah dari Tuan Tanah Gubernur Jenderal ke 29 Batavia, WV Halventius, putra Gubernur Jendral Jeremias Van Rimsdijk (1775-1777).

Awalnya, pemakaman ini diberi nama Kerkhof Loan, yang resmi digunakan pada 28 september 1795.

Museum Taman Prasasti didirikan di bekas pemakanan kuno yang telah beroperasi sejak 1795. Dikenal sebagai Kebon Jahe Kober (kober=kuburan).

Dinamakan demikian karena lokasi pemakaman ini terletak di kawasan Kebon Jahe, Gambir, Jakarta Pusat.

Dulu, pemakaman ini diperuntukkan bagi para bangsawan dan pejabat tinggi Belanda pada masa VOC berkuasa di Batavia.

Seiring dengan perjalanan waktu, juga digunakan oleh umum terutama mereka yang beragama nasrani.

Sejak 1975, pemakaman ini ditutup dan kemudian dipugar lalu diresmikan penggunaannya sebagai museum pada tahun 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin.

Pada Agustus 2003, Museum Taman Prasasti bergabung dengan Museum Sejarah Jakarta dalam satu manajemen.

Museum Taman Prasasti merupakan bukti sisa taman pemakanan umum dari akhir abad ke-18, dengan koleksi nisan makam abad ke-16 dan ke-17.

Sangat berharga sebagai tempat memberi kesaksian tentang komposisi penduduk Batavia yang berasal dari seluruh dunia, informasi tentang panjang pendeknya usia termasuk kematian banyak anak dan beragam bahasa yang digunakan di kota ini.

Sebagai komplek pemakaman bagi para pejabat VOC dan orang-orang Belanda yang berjasa pada masa itu, membuat Museum Taman Prasasti kaya akan berbagai gaya aksitektur klasisme, neo-gotik dan Hindu-Jawa seni pembuatan nisan makam dari abad ke-17 sampai abad ke-20.

Bangunan utama yang dibangun pada tahun 1844, juga menjadi unsur penting dalam lintasan sejarah.

Bangunan di depan komplek pemakaman tua ini adalah bangunan bergaya Doria yang disediakan untuk menyemayamkan jenazah sebelum melalui upacara penguburan.

Terdapat dua sayap di kiri dan kanan masing-masing untuk menempatkan jenazah pria dan wanita

Tempat-tempat Legendaris di Jakarta yang Kini Berganti Wajah, Ada Sunda Kelapa Hingga Harco Glodok

Menikmati Keheningan Ala Soe Hok Gie di Lembah Mandalawangi

Akses

Berkunjung ke tempat ini bisa ditempuh dengan menggunakan bus Transjakarta koridor I jurusan Blom M-Kota, turun di Halte Monas lalu ikuti jalan yang berada di samping Museum Nasiona menuju jalan Abdul Muis.

Lalu berjalanlah menuju ke arah barat, letak museum ini berada persis di samping kantor Balai Bota Jakarta Pusat.

Atau bisa juga ditempuh dengan menggunakan mikrolet M-08 jurusan Tanah Abang-Kota. (Warta Kota/Feryanto Hadi).

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved