Krisis Internasional

Kim Jong Un Pertama Kali Muncul dari Persembunyian Sejak Qassem Soleimani Tewas dalam Serangan Drone

Kim Jong Un bersembunyi karena khawatir jadi target pembunuhan berikutnya oleh AS dan sekutunya.

Daily Mail
Di tengah sifatnya yang demikian brutal itu, Kim Jong Un ternyata ketakutan, dia bersembunyi, saat mengetahui orang nomor dua Iran, Qassem Soleimani tewas dibunuh AS. 

Namun, pemimpin di saat ini, telah menolak praktik tersebut.

"Ketua Kim telah menekankan hubungan persahabatan pribadi yang telah dibangunnya dengan Presiden Donald Trump," kata seorang pejabat Seoul kepada harian Korea Selatan, Joong Ang.

"Entah, dia mengakui bahwa dia berbeda dari Qassem Soleimani atau dia memiliki niat untuk memamerkan pekerjaan konstruksi."

Sebuah laporan tentang tamasya Kim tidak mengacu pada pembunuhan atau perselisihan tiran yang sedang berlangsung dengan AS.

Kim Jong Un memberikan 'panduan lapangan' kepada para pekerja di pabrik pupuk.

Ada preseden bagi penguasa Korea Utara lenyap pada saat krisis internasional.

Faktanya, masalah ini hampir tidak tersentuh oleh jaringan propaganda Korea Utara.

Lembaga penyiaran negara, KCNA hanya menjalankan laporan kecil kemarin mencatat bahwa China dan Rusia telah mengutuk serangan AS di Baghdad.

Terungkap Sejumlah 36 Pertanyaan yang Ditanyakan kepada Novel Baswedan yang Diperiksa Polda 10 Jam

Para korban serangan itu tidak disebutkan namanya dan tidak ada kepekaan terhadap serangan itu.

Pada hari Selasa, laporan singkat lain menggambarkan demonstrasi anti perang di ibu kota AS.

Kemunculan kembali Kim Jong-un terjadi di tengah laporan bahwa Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan telah menyimpulkan bahwa mustahil baginya untuk menyerah dengan bersedia menyerahkan senjata nuklirnya.

Temuan itu dijelaskan kepada Lee Eun-jae, seorang anggota oposisi di Majelis Nasional Selatan, oleh seorang pejabat NIS.

Dia diberitahu bahwa Korea Utara percaya keamanan masa depannya tidak akan pernah bisa diserahkan.

"Jadi, metode negosiasi yang melibatkan pertukaran senjata nuklir untuk sanksi adalah tidak mungkin."

Keamanan dunia memang dalam situasi yang buruk setelah rezim Bashar Al Assad di Suriah melakukan pembantaian dan pembunuhan besar-besaran dengan dukungan Iran.

Dukungan itu diberikan oleh Qassem Soleimani yang mempunyai kekuatan senjata sebagai seorang tokoh Syiah untuk membantai umat Islam di banyak negara.

Teror yang dilakukan Qassem Soleimani berkurang setelah kematiannya.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved