Krisis Internasional
Kim Jong Un Pertama Kali Muncul dari Persembunyian Sejak Qassem Soleimani Tewas dalam Serangan Drone
Kim Jong Un bersembunyi karena khawatir jadi target pembunuhan berikutnya oleh AS dan sekutunya.
Setelah Qassem Soleimani tewas akibat dibunuh Amerika Serikat (AS), diktator Korea Utara yang dikenal tega dan kejam, Kim Jong Un lenyap ditelan bumi.
Kim Jong Un bersembunyi karena khawatir jadi target pembunuhan berikutnya oleh AS dan sekutunya.
Kim Jong Un di negaranya dikenal sebagai pemimpin yang kejam, jika ada jajaran di Korea Utara yang tidak menyenangkan hatinya, mereka bisa langsung dieksekusi.
Ada yang karena mengantuk akibat kurang tidur, saat diketahui Kim Jong Un, jenderal itu menghadapi regu tembak.

Ada juga yang dieksekusi dengan cara dimasukkan ke kandang buaya.
Di tengah sifatnya yang demikian brutal itu, Kim Jong Un ternyata ketakutan, dia bersembunyi, saat mengetahui orang nomor dua Iran, Qassem Soleimani tewas dibunuh AS.
Qassem Soleimani menjadi sasaran pembunuhan AS setelah dirinya diketahui melancarkan sejumlah aksi teror, khususnya terkait dengan warga United States (US) alias AS itu.
Tidak heran, Kim Jong Un mencari selamat dengan sementara waktu bersembunyi dulu.
• Kepolisian Menelusuri Catatan Kriminal Reynhard Sinaga di Indonesia yang Divonis Bui Seumur Hidup
Akhirnya, tokoh kontroversial itu muncul untuk menunjukkan dirinya dalam keadaan aman dan siap melawan musuh negara komunis dengan kekuatan nuklir tesebut.
Seperti dikutip Warta Kota dari Daily Mail, Rabu (8/1/2020), Kim Jong Un memakai memperlihatkan dirinya, setelah sekian lama menghilang.

Kim Jong Un memperlihatkan dirinya dengan memakai mantel kulit hitam, saat ia terlihat di depan umum untuk pertama kalinya, sejak kematian Qassem Soleimani, menyusul desas-desus bahwa ia bersembunyi sejak serangan drone AS.
Kim Jong Un muncul di depan umum di tengah rumor bahwa dia bersembunyi karena ketakutan akan dibunuh AS berikutnya.

Dia mengenakan mantel kulit, saat dia melakukan paninjauan lapangan kepada pekerja pabrik.
Ada preseden bagi penguasa Korea Utara yang menghilang pada saat krisis internasional terjadi.
Kim Jong Un telah terlihat di depan umum untuk pertama kalinya sejak kematian jenderal Iran, Qassem Soleimani.
Kabar ini seolah membantah desas desus bahwa ia telah bersembunyi ke lubang tikus di bawah tanah, setelah pembunuhan tersebut dilaksanakan AS.
• Terungkap Faktor yang Mengakibatkan Anton Medan Histeris Saat Menghadiri Sidang Trio Bau Ikan Asin
Pemimpin Korea Utara itu tidak terlihat sejak 31 Desember, hal itu terjadi ketika ia menyatakan bahwa ia akan memulai kembali uji coba rudal dan senjata nuklir.
Dia mengancam dengan menyatakan uji coba dilakukan, kecuali AS membatalkan kebijakan permusuhannya.

Namun, setelah kematian Jenderal Soleimani, dengan propaganda Korea Utara tentang serangan itu, desas desus bermunculan di negara tetangga, Korea Selatan bahwa tiran itu diam karena takut.
Tapi, sekarang, dia kembali muncul ke permukaan.
Kim Jong Un memang menjadi horor tersendiri karena nuklir yang dimiliki bisa diarahkan ke negara yang dianggap sebagai musuhnya, khususnya Korea Selatan.

Di tengah keterangan yang semakin memuncak, dia kembali muncul dengan kembali menawarkan sejumlah ancaman.
Kunjungan berupa inspeksi lapangan yang terkenal karena keburukannya kepada para pekerja di pabrik pupuk, yang sedang dibangun di Sunchon, Provinsi Pyongan Selatan.
• Reynhard Sinaga Dikenal Sosok Supel dan Serius Dalam Menuntut Ilmu di Mata Teman Semasa Kuliah di UI
Kim Jong Un terlihat di depan umum untuk pertama kalinya sejak kematian jenderal Iran, Qassem Soleimani.
Pemimpin Korea Utara itu mengunjungi pabrik pupuk yang sedang dibangun di Sunchon, Provinsi Pyongyang Selatan.
Kim Jong Un memberikan panduan lapangan kepada para pekerja di pabrik pupuk.
• Fadli Zon Ungkap Tidak Boleh Ada Negosiasi dengan Cina Terkait Natuna Merupakan Wilayah Indonesia
Ada preseden bagi penguasa Korea Utara lenyap pada saat krisis internasional terjadi.
Mantan pemimpin Korut adalah Kim Jong Il langsung menghilang dari mata publik selama 25 hari, setelah invasi AS ke Afghanistan pada tahun 2001, dan menghilang selama 50 hari, setelah invasi Irak pada tahun 2003.
Seperti bapak, seperti anak atau like father, like son adalah istilah yang tepat untuk kedua sosok tersebut.
Kelakuan mereka mirip dan senang menebar ketakutan kepada dunia, khususnya negara-negara yang dianggap sebagai ancaman.
• Pengacara Mengungkap Keluarga Setuju Jenazah Mantan Istri Sule Diautopsi karena Ditemui Kejanggalan
Namun, pemimpin di saat ini, telah menolak praktik tersebut.
"Ketua Kim telah menekankan hubungan persahabatan pribadi yang telah dibangunnya dengan Presiden Donald Trump," kata seorang pejabat Seoul kepada harian Korea Selatan, Joong Ang.
"Entah, dia mengakui bahwa dia berbeda dari Qassem Soleimani atau dia memiliki niat untuk memamerkan pekerjaan konstruksi."
Sebuah laporan tentang tamasya Kim tidak mengacu pada pembunuhan atau perselisihan tiran yang sedang berlangsung dengan AS.
Kim Jong Un memberikan 'panduan lapangan' kepada para pekerja di pabrik pupuk.
Ada preseden bagi penguasa Korea Utara lenyap pada saat krisis internasional.
Faktanya, masalah ini hampir tidak tersentuh oleh jaringan propaganda Korea Utara.
Lembaga penyiaran negara, KCNA hanya menjalankan laporan kecil kemarin mencatat bahwa China dan Rusia telah mengutuk serangan AS di Baghdad.
• Terungkap Sejumlah 36 Pertanyaan yang Ditanyakan kepada Novel Baswedan yang Diperiksa Polda 10 Jam
Para korban serangan itu tidak disebutkan namanya dan tidak ada kepekaan terhadap serangan itu.
Pada hari Selasa, laporan singkat lain menggambarkan demonstrasi anti perang di ibu kota AS.
Kemunculan kembali Kim Jong-un terjadi di tengah laporan bahwa Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan telah menyimpulkan bahwa mustahil baginya untuk menyerah dengan bersedia menyerahkan senjata nuklirnya.
Temuan itu dijelaskan kepada Lee Eun-jae, seorang anggota oposisi di Majelis Nasional Selatan, oleh seorang pejabat NIS.
Dia diberitahu bahwa Korea Utara percaya keamanan masa depannya tidak akan pernah bisa diserahkan.
"Jadi, metode negosiasi yang melibatkan pertukaran senjata nuklir untuk sanksi adalah tidak mungkin."
Keamanan dunia memang dalam situasi yang buruk setelah rezim Bashar Al Assad di Suriah melakukan pembantaian dan pembunuhan besar-besaran dengan dukungan Iran.
Dukungan itu diberikan oleh Qassem Soleimani yang mempunyai kekuatan senjata sebagai seorang tokoh Syiah untuk membantai umat Islam di banyak negara.
Teror yang dilakukan Qassem Soleimani berkurang setelah kematiannya.