Banjir Jakarta
KISAH Kakek Sulaeman Rumahnya Kebanjiran Enam Meter, Terjebak di Atap Berjam-jam Belum Dievakuasi
Bayangan air banjir naik sangat cepat masih terlintas di ingatan Sulaeman Ahmad, kakek berusia 68 tahun tersebut.
Penulis: Muhammad Azzam |
• Transjakarta Harmoni-Kalideres Belum Dapat Beroperasi, Simak Rute Lainnya
"Kita lagi tidur tiba-tiba basah, lagi pada bangun dan naik ke loteng ke atap rumah buat jemur baju itu," tutur Sulaemen.
Puncaknya pukul 11.00 WIB siang, air semakin tinggi masuk di lantai dua rumahnya hingga televisi yang posisinya diatas lemari terendam air.
"Kami lagi pada diatap, cucu bilang kek TV kena air. Saya intip ke bawah benar aja habis kena air padahal sudah ditaruh di atas lemari," kata dia.
Adapun ketinggian air di lantai dua rumahnya seleher dirinya. Mereka sekeluarga bersepuluh terjebak di atap rumahnya hingga berjam-jam.
• SAKSI MATA Beberkan Detik-detik Hanyutnya Warga Palmerah Ikuti Lomba Renang saat Arus Sungai Deras
"Kita kejebak mulai dari jam 12 siang air sudah tinggi bangat. Engga bisa kemana-mana," kata dia.
Sulaemen sempat kesal karena proses evakuasi yang lambat. Sebab, dari pukul 12.00 WIB. Dirinya bersama keluarganya baru dapat dievakuasi pukul 19.00 WIB. Itupun setelah berdebat oleh tim penyelamat.
"Itu juga setelah debat panjang dan rebutan perahu karet, karena waktu awal cuman ada satu perahu yang ada mesinnya. Tapi akhirnya bisa dievakuasi setelah ada bantuan Brimob dan TNI," ungkap dia.
Ia kesal tak diprioritaskan saat proses evakuasi. Padahal, dirinya sudah lansia, ditambah cucunya masih anak-anak dan ada yang usai 2 tahun.
• TERENDAM Banjir 150 Sentimeter, Warga Perum Puri Bintara Bekasi Selamatkan Barang hingga Kendaraan
Banjir kali ini cukup parah hingga menutupi seluruh rumahnya menyisakan atapnya saja.
Pengalaman tahun-tahun lalu, bahkan pada 2007 dan 2016 ketika kondisi serupa terjadi banjir hanya memenuhi lantai satu saja tidak sampai ke lantai dua.
Dari pengalaman itulah, Sulaemen berserta keluarganya tidak segera keluar rumah saat air mulai masuk.
"Ini paling terparah banjirnya selama saya tinggal 17 tahun disini. Lihat aja ampe sisa atap aja, mobil-mobil yang pada parkir diatas aja ikut hanyut karena air tingginya sampai titik itu," tutur Sulaeman.