PRURide2019
Granfondo 120Km PruRide 2019, Kisah Ban Bungkus Permen dan Nyaris Pingsan di Panggang
Mengalami langsung balap sepeda jalan raya dalam skala yang paling sederhana sekalipun memberi nuansa berbeda dalam peliputan PRURide 2019.
Penulis: Max Agung Pribadi | Editor: Max Agung Pribadi
Mengalami langsung balap sepeda jalan raya dalam skala yang paling sederhana sekalipun memberi nuansa berbeda dalam peliputan PRURide 2019 sebagaimana dialami wartawan Warta Kota Max Agung Pribadi yang menjajal rute Granfondo 120km.
Hujan deras yang mengguyur Yogyakarta langsung menghapus panas terik seharian tadi, Sabtu (8/12/2019).
Sehabis menghadiri arahan teknis Granfondo 120km PRURide 2019 di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, saya kembali ke penginapan dengan pikiran berkecamuk.
Tentang rute yang baru saja dibahas dan detail rintangan alam yang akan menghadang. Tentang cuaca. Tentang tanjakan Panggang. Jalur Penggaris.
Tentang angin kencang. Soal masalah teknis sepeda, liku-liku jalan, dan sebagainya.
Semua mengerucut pada satu pertanyaan besar soal kemampuan menghadapi semuanya dan finis tetap di atas sadel?
Biasanya saya meliput kejuaraan balap sepeda jalan raya.
Dengan adanya event sportfest PRURide 2019 yang mempertandingkan lomba balap sepeda Granfondo, terbuka kesempatan untuk mengalami bagaimana rasanya ada di posisi pembalap sepeda dengan segala pertarungannya.
Sebagian besar peserta Granfondo ini memang bukan atlet profesional.
Namun mereka boleh dibilang kalangan pesepeda yang secara tekun menggeluti sepeda balap dengan latihan serius, berkomunitas, dan rajin mengikuti berbagai event lomba ataupun sekedar eksibisi.
Sampai di penginapan, saya siapkan semua perlengkapan dan memasang alarm.
Badan terasa penat setelah menyelesaikan liputan hari itu dengan laporan tentang arahan teknis lomba balap sepeda PRURide 2019 tadi.
Sudah pukul 21.00 WIB.
Tapi mata yang tadinya sudah berat kini jadi sulit terpejam.